Sepuluh

1.1K 99 3
                                    

"Sori ya lu jadi berantem sama pacar lu," kata Tian saat mereka tiba di depan apartemen Chika.

"Ah itu bukan pacar gue, sori lu jadi kebawa, makasih ya udah di anter," kata Chika hendak turun dari mobil.

"Kalo lu mau ketemu Na kabarin aja ke gue," Kata Tian. Chika hanya mengangguk.

Saat dia hendak cipika cipiki dengan Tian, Tian hanya menyambut tangannya dan menolak halus cipika cipikinya.

Setelahnya Tian segera pulang. Sesampainya di rumah dia dikagetkan dengan Na yang ada dalam pelukan Omanya sambil sesenggukan.

"Na kenapa ma?" Tanya Tian mengambil alih Nachia dari Omanya.

"Tiba-tiba kebangun, nangis, manggil nyari kamu," kata Omanya.

"Oh yaudah ini dah mulai tidur lagi kok, Tian ke kamar ya ma," kata Tian membawa Na ke kamar.

Saat selesai berganti pakaian dan bersih-bersih Tian mendapat Videocall dari Chika. Chika mengatakan dirinya sempat merasa gak tenang dan menanyakan kondisi Na.

Tian menceritakan Na tadi kebangun dan nangis. Tian membiarkan Chika mengamati beberapa waktu anak gadisnya terlelap di sebelah ayahnya sebelum akhirnya mengakhiri videocall mereka.

Minggu pagi itu Tian mengajak Nachia jalan-jalan di taman dekat rumah mereka. Nachia asik bermain sementara Tian hanya menemaninya.

"Yah, Na capek," kata Na mendatangi ayahnya yang duduk di kursi taman.

"Udah? Mau pulang?" Tanya Tian. Na hanya mengangguk.

Mereka berjalan bersama pulang menuju rumah. Kadang diselingi membeli jajanan untuk dirumah.

"Yah, Na punya nda gak?" Tanya Na random. Tian cukup kaget dengan pertanyaan anaknya ini.

"Kok Na nanya gitu?" Kata Tian.

"Abisnya Na gak pernah liat Nda nya Na, gak kayak kakak itu," kata Nachia menunjuk sepasang ibu anak yang sedang bercengkrama bersama.

"Kan Na punya yayah," kata Tian lagi.

"Tapi kok kakak itu punya yayah nda," kata Na menunjuk orang lainnya yang bersama kedua orang tuanya.

"Na mau ketemu Nda nya Na?" Tanya Tian ragu. Nachia hanya mengangguk pelan seperti takut ayahnya marah.

"Okee, tar kita ketemu Nda ya," kata Tian senyum. Na langsung sumringah dan memeluk ayahnya.

Sesampainya dirumah, keluarganya cukup heboh mendengar Na bilang akan ketemu bundanya. Semua memandang Tian penuh pertanyaan.

"Ya kan emang bunda nya Na masih ada, dia punya hak ketemu Na," kata Tian melengos begitu saja kabur dari keluarganya.

Siang itu dia janjian dengan Chika di cafe yang sama dengan sebelumnya. Chika yang sangat excited sudah tiba lebih dulu dari Tian dan Nachia.

"Sori ya lama," kata Tian datang menggandeng Nachia.

"Hai sayang," kali ini Chika berusaha lebih ramah. Na masih sembunyi di belakang Tian.

"Lho Na katanya mau ketemu Nda? Ini Nda nya Na," kata Tian.

"Ini aunty jaat kemaren," kata Na cemberut. Tian melongo, sementara Chika malah ketawa.

"Iya sayang, maafin Nda ya, abis Nda kangen sama Na," kata Chika senyum manis sekali. Nachia bahkan terpana melihat senyum Na.

"Aunty, Nda nya Na?" Kata Nachia perlahan. Chika tersenyum mengulurkan tangannya.

"Kenalin nama Nda, Chika, Na dari kecil nemenin ayah sekolah, jadi Na belom pernah ketemu Nda," kata Chika. Perlahan Na menyambut tangan Chika.

"Iya sayang, Nda disini harus kerja, Na kan nemenin yayah di Jepang," kata Tian. Na hanya manggut-manggut.

"Na mau makan?" Tanya Chika. Na mengangguk.

Chika mengangkat Nachia keatas pangkuannya dan mulai menyuapi nya.  Na tampak mulai terbiasa dengan Chika. Tian hanya senyum memandang keduanya.

Tiba-tiba Rara muncul. Rara datang bersama keluarganya. Rara menyapa Tian dan Chika. Yang membuat Chika kaget adalah Na langsung turun dan memeluk Rara seperti melupakannya.

"Aunty Ra, aunty ra tau gak?" Kata Na dengan mulut yang masih ada makanannya.

"Itu Ndanya Na lho," kata Na menunjuk Chika. Kali ini Rara yang kaget.

"Mba Rara, sori ya kemarin saya kasar, mohon maaf," kata Chika berdiri meminta maaf pada Rara.

"Ah iya mba gak papa, saya juga minta maaf karena gak tau mba istrinya pak Tian," kata Rara.

"Mantan," koreksi Tian tanpa memandang keduanya. Chika dan Rara sama-sama merespon kata-kata Tian dengan mimik wajah, yang satu cemberut yang satu tersenyum.

**************************************

Hayoo Tian pilih mana?

Ya walau gak triple up, up nya dicepetin deh

Happy reading

Benang Merah Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang