Tiga Belas

984 93 5
                                    

Di kantor Tian masih harus mendengar orang-orang yang sayup-sayup bergosip tentangnya. Mulai dari dia yang mainin perasaan Rara, sampe dia yang ketauan nidurin mantan istrinya lagi sampe harus nikah lagi. Namanya gosip, makin di gosok makin sip.

"Pak, Rara minta maaf ya, anak-anak jadi ngomongin bapak yang nggak-nggak, Rara tau bapak udah denger pasti gosipnya," kata Rara tertunduk.

"Gak papa Ra, santai aja, saya kan gak setaun dua taun jadi anaknya si "bapak", jadi dah biasa di gosipin aneh-aneh, namanya juga gosip," kata Tian hanya senyum. Rara tampak lebih lega.

"Saya malah minta maaf ma kamu jadi keseret ma masalah ini," kata Tian memandang Rara.

"Sori pak, Rara sekedar nanya, bapak beneran mau nikah lagi sama mba Chika?" Tanya Rara agak ragu. Tian tidak menjawab hanya tersenyum.

"Ma..maaf pak kalau saya lancang, saya permisi," kata Rara buru-buru keluar ruangan Tian.

Zee tiba-tiba masuk ruangan Tian dengan wajah bete. Tian hanya memandang abangnya yang duduk di kursi depannya dengan wajah kusut.

"Ape lu!" Sentak abangnya melihat Tian menatapnya. Tian hanya geleng-geleng melihat tingkah tantrum abangnya.

"Kenapa sih lu selalu jadi pusat perhatian? Gue lho yang anak pertama! Gue lho yang pewaris kerajaan," protes Zee.

"Lu mau? Ambil," kata Tian lempeng.

"Kenapa harus selalu lu yang mau apa-apa bisa dapet? Kenapa kalo gue harus usaha?!" Zee masih aja ngomel-ngomel.

"Karena gue bungsu!" Saut Tian memancing emosi Zee.

"Songong lu!" Kata Zee menoyor kepala adeknya.

"Bang, seenggaknya lu bisa jaga nama baik keluarga, gue di mata papa itu udah bulak balik ngerusak nama keluarga, kalo gak ada lu ma mama gue dah diusir tau," kata Tian kali ini serius.

"Tau gitu gue biarin aja kali ya," kata Zee membalas adiknya.

"Lu kalo mau pukul-pukulan ayo dah," kata Tian mulai kesel. Sementara Zee malah nyengir.

"Bang, maafin gue ya selalu jadi beban keluarga," Tian kali ini bicara serius.

"Gak usah ngomong gitu, gue gak suka, kita cuman berdua, kalo bukan lu yang gue jagain siapa lagi? Gue bangga, di balik tololnya lu, lu selalu berusaha nyelesaiin masalah lu sendiri, dengan cara lu," kata Zee berdiri dan mendekat ke adiknya. Dia menarik Tian berdiri dan memeluknya.

"Ngapain kalian?" Tanya papa Cio yang tiba-tiba masuk. Zee dan Tian segera melepas pelukan mereka. Tian menghapus titik air mata disudut matanya.

"Itu bibir kenapa?" Tanya papa Cio. Zee bahkan batu menyadari sudut bibir adiknya yang luka setelah Cio mengatakannya.

"Gak papa," jawab Tian.

"Nanti malam bawa Chika ke rumah," kata papa Cio. Tian hanya mengangguk.

"Kamu papa skorsing, sampe masalah ini selesai," kata Cio keluar dari ruangan Tian.

"Lah itu mah jatohnya liburan!" Kata Zee berlari mengejar papanya. Tian hanya nyengir.

Sepeninggal keduanya Tian membereskan barang-barangnya. Rara masuk membawa surat teguran yang barusan di berikan padanya.

"Pak!" Kata Rara panik.

"Iya, gak papa, kamu handle dulu ya, kalo ada apa-apa kabarin aja nanti saya bantu," kata Tian lanjut membereskan barangnya.

Rara berdiri di sudut ruangan tampak bingung dan canggung. Perusahaan ini dibawah marketing Tian sebenernya jauh meningkat dibanding sebelumnya, tapi urusan pribadinya menyeret nama perusahaan sehingga dia harus di skorsing.

"Daripada kamu bengong disitu mending bilang anak marketing saya mau ngomong," kata Tian. Rara segera mengangguk dan keluar dari ruangan Tian.

Tidak lama Tian sudah berdiri didepan seluruh ruangan marketing. Semua mata tertuju padanya.

"Saya sebelumnya minta maaf atas kegaduhan urusan pribadi saya yang mengganggu kantor ini, saya sadar akan kesalahan saya dan menjadikan teguran dan hukuman ini menjadi waktunya introspeksi diri, saya berterima kasih atas segala yang sudah kalian berikan untuk perusahaan ini dan tim marketing, berkat kalian perusahaan ini sudah jauh lebih meningkat dari sebelumnya, keep the good work, saya ijin pamit dulu, see u next time, sekali lagi saya mohon maaf," kata Tian membungkukan badannya dan berjalan pergi meninggalkan timnya yang kembali mulai bisik-bisik.

Tian kembali ke apartemen Chika menjemput Nachia yang masih disana dan mengabarkan kalau nanti malam di minta papanya kerumah. Chika jelas kaget dan bingung tapi dia gak punya pilihan.

**************************************

What will happen next?

Happy reading guys

Benang Merah Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang