Sembilan Belas

994 101 10
                                    

Bertepatan papa Cio menyampaikan rencana perjodohan, bertepatan dengan Mama Shani, Na dan Chika memasuki ruangan. Mendengar itu Chika mengurungkan niatnya masuk dan segera keluar lagi. Hanya mama Shani yang sadar Chika tidak jadi masuk, dan langsung mengejarnya.

"Lho ma, kok pergi lagi?" Saut papa Cio melihat istrinya keluar lagi dari kamar.

"Aunty Raa.....!!!!" Nachia langsung berlari memeluk Rara. Rara langsung menggendong Na.

"Pa, gak usah bercanda yang gak perlu Tian masih di rumah sakit lho!" Kata Tian menahan emosi.

Rara berusaha pura-pura tidak mendengar dengan bermain bersama Na. Namun dirinya sedikit menguping pembicaraan ayah anak itu.

"Lho yang bercanda itu siapa? Papa serius, dari pada kamu galauin cewe gak jelas macam mantan mu itu, ini Rara bibit bebet bobotnya bagus!" Kata Cio.

"Bukan gitu, Na itu lagi deket sama bundanya, jangan bikin dia bingung dengan ada orang lain dulu," kata Tian.

"Ah bisa dia itu adaptasi, tuh buktinya dia juga deket sama Rara," kata papa Cio menunjuk Na yang sedang main dengan Na.

"Pa, Na anak Tian, Tian yang tau dia gimana!" Sergah Tian mulai menaikan nada bicaranya.

"Halah, kamu itu ngurus hidup sendiri aja gak bisa!" Sentak papanya. Tian sudah hendak emosi saat mama Shani masuk dalam kamar.

"Na, ayo, ditunggu Nda," Kata Mama Shani tanpa memperdulikan suaminya dan anaknya.

"Dadah aunty, Na pergi dulu ya!" Kata Na langsung turun dari pangkuan Rara.

Oma Shani menggendong Na untuk pamit pada ayah dan Opanya sebelum membawanya keluar dari ruangan tanpa memperdulikan panggilan suaminya.

"Kamu bawa Na pergi, gak usah mikirin yang barusan, nanti mama yang kontak kamu, ati-ati ya kalian," kata Shani mengecup kening keduanya bergantian.

Chika pergi membawa Na dari sana. Ada sembab di kelopak matanya. Ada hati yang terluka mendengar perkataan papa Cio tadi.

Di dalam terjadi suasana yang agak canggung, dimana Cio asik ngobrol dengan Rara yang terlihat sedikit bingung dan menjawab seadaanya, sedangkan Tian berusaha memejamkam matanya dalam cemberut wajahnya.

"Hai, kamu sekertaris Tian kan, yang waktu itu bantuin Na pas sakit," sapa mama Shani memotong pembicaraan suaminya.

"Ah iya bu," kata Rara berdiri menyambut uluran tangan Shani.

"Dia anak temen papa pas SMA dulu, bapaknya banyak bantu ayah, dia ini anaknya pinter banget, bisa sampe di posisi sekarang dengan kerja keras," kata Papa Cio membanggakan Rara.

"Oh, good, semangat kerjanya," kata Shani kemudian pergi begitu saja tanpa terlihat excited bertemu dengan Rara.

Rara jadi merasa serba salah. Pasti ini ada kaitannya sama Chika yang tadi ada diluar, pikirnya.

Karena Rara merasa kondisinya makin canggung akhirnya dirinya memutuskan untuk pulang saja. Berpamitan dengan semuanya dan segera pergi.

"Kamu kenapa sih! Gak sopan sama tamu!" Tegur papa Cio pada mama dan Tian. Tian tidak mau merespon sementara mama Shani hanya memberikan bombastic sidenya aja, membuat papa Cio keder sendiri.

Zee datang tidak lama setelah sang papa pamit pulang. Dirinya membawa Marsha kesana.

"Dek, ni Marsha mau jenguk lu," kata Zee masuk bersama Marsha.

"Sore kak, sore tante," kata Marsha menyalami mama Shani dan menyapa Tian.

"Wah cantiknya, siapa ini?" Tanya Mama Shani.

"Marsha tante, adek kelasnya kak Zee dulu waktu kuliah," kata Marsha.

"Waktu Zee lulus Marsha baru masuk, kenal pas Zee jadi asdos dulu," kata Zee menjelaskan, mamanya hanya membulatkan mulutnya.

Marsha asik ngobrol dengan Tian. Walau mereka beda jurusan tapi sempat bertemu beberapa kali saat kuliah, jadi mereka memang sudah saling kenal.

"Adek kenapa? Tadi kayak kusut gitu mukanya? Chika lagi?" Tanya Zee. Mama Shani menarik nafas panjang dan menggeleng.

"Papamu," jawab mama Shani singkat.

"Ngapain lagi papa?" Tanya Zee.

"Jodohin adekmu ma sekertarisnya," jawab mama singkat. Zee hanya melongo mencerna. Mama Shani mencoba menceritakan kejadian sebelum Zee datang.

Zee berdecak kesal dengan sikap papanya. Terlalu sering memaksa dan semaunya sendiri. Semua orang dipaksa menurutinya.

**************************************

Kasian Chika, patah sebelum berkembang

Bagaimana akhir perjalanan ini

Masa cewe secantik ini disia-siain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa cewe secantik ini disia-siain

Tapi saingannya gini, susah sih kalo jadi Tian milihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi saingannya gini, susah sih kalo jadi Tian milihnya

Happy reading guys

Benang Merah Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang