Kepulangan yang Tak Terduga

2 0 0
                                    

Di bawah langit Jakarta yang kelabu, Lily berdiri di ambang pintu rumah tua yang telah menua bersama waktu.

 Angin pagi yang lembut berhembus melalui dedaunan, membawa aroma kopi yang baru diseduh bercampur dengan bau pakaian anak-anak yang berserakan di lantai. Rumah ini, dengan dindingnya yang penuh kenangan, telah menjadi benteng bagi Lily dan Alvaro, putranya yang berusia enam tahun. Tempat ini adalah pelindung dari dunia luar yang keras dan tak pasti, tempat di mana mereka dapat merasa aman.


Sebagai seorang guru SD, Lily tahu betul pentingnya rutinitas dan stabilitas bagi anak-anak. Pagi hari dimulai dengan kesibukan menyiapkan sarapan, memastikan Alvaro siap untuk hari yang penuh kegiatan. Setelah sarapan, Lily mengantar Alvaro ke sekolahnya, di mana dia akan menghadapi tugasnya sebagai pendidik yang penuh dedikasi. 


Hari-harinya diisi dengan mengajar, membimbing, dan memberikan dukungan kepada murid-muridnya—pekerjaan yang dia cintai dan yang memberinya kekuatan untuk menjalani hidup sehari-hari.

Setelah mengantar Alvaro ke sekolah, Lily melanjutkan ke sekolah dasar tempat dia mengajar. Dia memulai hari dengan semangat, menyambut siswa-siswanya dengan senyuman dan menyiapkan materi pelajaran. Kelasnya dipenuhi dengan tawa dan keceriaan anak-anak yang antusias belajar. Namun, meskipun Lily menikmati pekerjaannya, pikirannya tidak bisa sepenuhnya lepas dari perasaan gelisah yang menghantuinya.


Pagi itu, setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan di sekolah, Lily memutuskan untuk membeli kebutuhan sehari-hari di swalayan terdekat. Rutinitas sederhana ini, seperti biasa, direncanakan dengan teliti agar tidak memakan waktu lebih lama dari yang diperlukan. Namun, pagi itu, ada sesuatu yang terasa berbeda di udara. Lily tidak menyangka bahwa rutinitas sederhana ini akan berubah menjadi pertemuan yang mengguncang hidupnya.

Di lorong swalayan yang dipenuhi dengan rak-rak barang kebutuhan rumah tangga, di antara keramaian pelanggan dan suara mesin kasir, Lily melihat sosok yang sangat dikenalnya. Alpha. Mantan suaminya, dan ayah dari Alvaro. Setelah bertahun-tahun menyelesaikan S2 di Inggris, Alpha kembali ke Jakarta dengan gelar baru sebagai ahli bedah saraf. Dengan jas lab putih yang mencolok dan topi baseball yang dikenakan terbalik, Alpha tampak seperti seorang profesional yang baru saja kembali dari tugas-tugas berat di luar negeri. Namun, bagi Lily, kehadiran Alpha bukan sekadar momen yang tak terduga—itu adalah ancaman nyata bagi dunia yang telah dia bangun dengan susah payah untuk Alvaro.

Meskipun Alpha tidak menyadari kehadirannya, Lily merasa terjebak dalam momen yang menegangkan. Perasaan itu mengingatkannya pada masa lalu yang penuh luka dan kesedihan. Mereka menikah tanpa restu ibunya. Pada awalnya, semuanya tampak baik-baik saja, tetapi tekanan dari orang tua Lily terus menerus mengganggu hubungan mereka. Ibu Lily tidak pernah menerima pernikahan itu dan terus menekan Lily untuk mengakhiri hubungan tersebut.Akhirnya, pada titik terendah dalam hidupnya, Lily terpaksa membuat keputusan yang sangat sulit. Dengan rasa sakit hati dan kesedihan mendalam, dia mengikuti kehendak ibunya dan menceraikan Alpha tanpa memberi tahu Alpha terlebih dahulu. Ini adalah keputusan yang menghancurkan bagi Lily, tetapi dia merasa tidak punya pilihan lain. Akibatnya, Alpha tidak pernah tahu alasan di balik perceraian itu—dan dia tidak pernah mengetahui tentang putranya, Alvaro.


Sekarang, setelah bertahun-tahun terpisah, Alpha kembali ke Jakarta, dan pertemuan tak terduga di swalayan itu membawa kembali semua rasa sakit dan ketegangan masa lalu. Lily tahu bahwa dia harus menghadapi Alpha, tetapi dia tidak siap untuk melakukannya. Dengan keputusan yang cepat, dia meninggalkan swalayan, meninggalkan troli belanjaannya yang masih setengah penuh. Langkahnya terburu-buru, dan pikirannya berputar-putar dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Dengan setiap langkah yang dia ambil, perasaan cemas semakin mendalam. Alpha telah kembali, dan Lily tahu bahwa dia harus siap menghadapi dampak dari kepulangan ini.


Saat Lily kembali ke rumah, dia berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Alvaro, yang tidak tahu apa-apa tentang kegundahan ibunya, terus asyik dengan buku gambarnya. Lily melanjutkan rutinitas hariannya dengan cepat, mencoba menjaga suasana tetap normal untuk putranya. Namun, pikirannya terus melayang kembali pada pertemuan tak terduga itu. Setiap detik terasa semakin mendekatkan pada momen ketika dia harus menghadapi kenyataan yang tak terhindarkan.


Setelah menyiapkan makan malam dan membantu Alvaro dengan pekerjaan rumahnya, Lily memutuskan untuk mengecek media sosialnya. Dia berharap bisa melupakan sejenak perasaan cemas yang mengganggunya dan mungkin menemukan beberapa informasi yang bisa membantunya merencanakan langkah selanjutnya. Ketika membuka aplikasi media sosial, layar handphone-nya tiba-tiba berkedip dengan sebuah notifikasi baru. Lily menatap layar dengan penuh perhatian, dan nama yang muncul di layar membuat napasnya terhenti sejenak. Itu adalah nama Alpha.


Notifikasi menunjukkan bahwa Alpha baru saja mengikuti akun media sosial Lily. Tidak ada pesan atau komentar, hanya tanda bahwa Alpha ingin tetap terhubung. Jantung Lily berdetak cepat saat dia menatap layar, pikirannya berputar-putar dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi.


Alpha tidak tahu apa-apa tentang Alvaro, dan Lily tidak pernah membagikan informasi pribadi mereka di media sosial. Namun, kehadiran Alpha yang tiba-tiba di ranah digitalnya menambah lapisan ketegangan yang sudah ada. Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus mengabaikannya atau menghadapi kenyataan bahwa Alpha mungkin mulai mencari tahu lebih banyak tentang kehidupannya?


Lily merasa cemas dan bingung. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus menghindari Alpha selamanya. Kepulangan Alpha ke Jakarta mungkin berarti bahwa masa lalu yang selama ini dia coba sembunyikan akan kembali menghampiri mereka. Lily merasa terjepit antara keinginan untuk melindungi Alvaro dan kebutuhan untuk menghadapi kenyataan yang tak terhindarkan.Dengan perasaan campur aduk, Lily membuka profil Alpha di media sosial, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang apa yang dia lakukan dan apa yang mungkin dia inginkan. Dia menemukan foto-foto Alpha yang menunjukkan dia terlibat dalam berbagai kegiatan profesional dan sosial di Inggris. Alpha tampak sukses dan bahagia, tetapi Lily tahu bahwa penampilan luar tidak selalu mencerminkan apa yang ada di dalam hati seseorang.


Lily merenung sejenak, mencoba mengumpulkan pikirannya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Kepulangan Alpha adalah sebuah tantangan yang harus dia hadapi, dan dia harus siap untuk menghadapinya dengan cara yang bijaksana. Lily merasa tertekan, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan ketakutannya menguasai hidupnya.Saat matahari mulai merunduk di cakrawala, Lily melanjutkan rutinitas malamnya, berusaha menjaga suasana tetap tenang untuk Alvaro. Namun, pikirannya terus dipenuhi oleh pertanyaan dan kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia tahu bahwa Alpha akan mencoba menghubunginya, dan dia harus memikirkan langkah-langkah yang tepat untuk melindungi dirinya dan putranya.


Babak baru dalam hidup Lily baru saja dimulai, dan dia harus siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Dengan hati yang dipenuhi rasa takut dan keraguan, Lily tahu bahwa dia harus menghadapi masa lalu yang kembali menghantui, dan dia harus siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serenade LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang