Chapter 6 : Ketidaksengajaan

516 86 33
                                    


*****

* Kediaman Ashel

Setelah selesai sarapan pagi bersama Chiko berpamitan dengan ashel katanya ada urusan sedikit dan ashel tidak masalah dengan itu, hingga akhirnya Chiko pun pergi meninggalkan ashel sendirian di kedamaian mereka berdua.

Ya ashel menikah dengan Chiko sudah punya rumah sendiri jadi mereka tidak tinggal dengan keluarga dari keduanya, karena Chiko ingin belajar mandiri walaupun sebenarnya ashel belum siap untuk pisah dengan sang mommy tapi bagaimanapun dia harus mulai terbiasa dari sekarang.

Kediaman yang mereka tempati memang lah tidak semegah mansion yang mereka singgahi sebelumnya tapi ini atas permintaan ashel kepada Chiko dia menginginkan rumah yang sederhana tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil dan Chiko menuruti kemauan ashel. Rumah yang kini menjadi awal dari perjalanan ashel, dan dirumah ini juga dia belajar menjadi seorang istri. Ashel masih sekolah hanya saja pihak keluarga memintanya untuk home schooling, awalnya ashel tidak setuju karena dia masih sangat ingin menikmati masa sekolahnya tapi dengan ancaman Bobby membuat ashel harus rela jika harus home schooling.

Ashel masih ingin menikmati setiap momen yang ada disekolah itu tapi dia juga berpikir bagaimana tanggapan siswa/siswi lain jika tau dia sudah menikah? Tidak mungkin jika dia tidak di bully. Dan itu juga yang membuat ashel menerima keputusan Bobby untuk home schooling.

Saat ini ashel benar-benar sendirian di rumah tidak ada orang hanya ditemani dengan tv saja, karena dilanda bosan ashel pun memutuskan untuk berkeliling area perumahan saja setidaknya itu membuatnya tidak terlalu stres memikirkan kehidupannya di kedepan harinya.

Ashel>>) karena pagi ini tidak ada kegiatan dan aku benar-benar bosan aku memutuskan untuk berkeliling saja. Mencari suasana baru dan setidaknya bisa menghilangkan rasa stres saat aku sendirian di rumah. Di kompleks perumahan ini semua orang sudah mengenalku dengan baik sebelum aku menikah dengan kak Chiko jadi aku tidak terlalu sepi.

Aku duduk di sebuah taman kompleks ini yang banyak sekali ibu-ibu sedang mengasuh anaknya, sudut bibirku pun terangkat melihat anak kecil yang berlarian terlintas di pikiranku betapa repot nya aku nanti jika sudah memiliki anak. Untuk seusiaku orang-orang masih sibuk dengan dunia mereka masing-masing, seperti sibuk dengan pekerjaan bahkan sibuk dengan dunia percintaan dan aku sekarang malah sibuk dengan urusan yang aku sama sekali belum siap.

Tidak ada yang bisa dirubah lagi semuanya sudah tertulis bahkan saat kita dilahirkan bagaimana takdir kita, kehidupan kita, bahkan kapan alur hidup kita sudah ditentukan dan sekarang aku yakin ini lah alur hidupku yang sudah tuliskan dan aku berharap ini alur yang terbaik darinya. Aku sudah tidak punya tenaga untuk protes lagi pada papi ataupun siapapun yang pasti sekarang kita jalani dan semoga aku kuat menghadapi semuanya. (<<).

"Merepotkan bukan?" tanya seseorang yang membuat ashel terkejut mendengar itu.

"I-iya" jawab ashel dengan gugup, saat ini detak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Buat kamu" orang ini pun menyodorkan satu botol teh dingin kearah ashel.

Ashel melirik minuman itu dan mengambilnya, "terimakasih" balas ashel yang hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Aku tidak menyangka bertemu denganmu disini padahal aku tadi hanya jalan-jalan saja" beber orang itu dengan tatapan fokus ke depan.

Ashel menoleh kearahnya menatap lekat wajahnya dari samping, "benar kata oniel kita hanya bisa bertemu tanpa kesengajaan" ucap ashel dengan tersenyum getir.

CERITA KITA S2 [DELSHEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang