Happy reading, semoga suka.
...
Sesuai perkataannya, pria itu akhirnya mengubah tatanan ruang kantor kami. Flynn memegang janji dan tidak menyingkirkan sofa hitam di dalam ruangannya itu tapi dia menambah satu lagi meja kerja dan mengubah keduanya agar berhadapan. Itu artinya setiap kali aku duduk di sana dan mengangkat wajah, aku akan bisa melihat senyum seksi pria itu kapanpun aku menginginkannya. Dipikir-pikir lagi, itu sama sekali bukan pengaturan yang buruk. Malah sebaliknya.
Menjadi manajer berarti aku menghabiskan lebih sedikit waktu di balik bar dan harus mengerjakan lebih banyak paperwork di dalam kantor. Tapi aku masih bisa bekerja di balik bar dan membantu kesibukan, terutama di setiap akhir pekan ataupun di acara-acara tertentu ketika bar dipastikan ramai membludak. Semua karyawan baru yang dipekerjakan pria itu tampaknya menyesuaikan diri dengan baik dan bisa bekerja dengan sangat baik, baik secara tim maupun individual. Menurut Flynn, pria itu memang merekrut mereka secara pribadi, orang-orang yang sudah dipercayainya dalam industri ini dan memang memiliki kualifikasi yang kompeten. Sejauh ini, semua transisi berjalan lancar dan operasional bar juga berjalan semakin baik.
Aku sedang duduk di balik mejaku dan membaca laporan penjualan dari malam sebelumnya sebelum membuat laporan mingguan. Di seberangku, Flynn sedang mengecek daftar stok, memastikan semuanya tersedia untuk acara di akhir minggu mendatang. Kebisuan di antara kami sangatlah nyaman dan memuaskan, seperti yang biasa terjadi setiap kali kami serius bekerja. Kami memang lebih sering bekerja bersama sekarang, terutama di dalam kantor ini tapi Flynn bekerja lebih keras dan lebih lama dariku. Seluruh perhatian pria itu, fokusnya, sepertinya tercurah pada Breezer Brew dan sisanya dihabiskannya di tempatku. Aku bahkan ragu dia pulang ke apartemennya beberapa minggu terakhir ini.
Menyadari tatapan pria itu, aku kemudiang mengangkat wajah dan mendapati Flynn tentang menatapku dengan intens.
"Ada apa?" tanyaku sambil tersenyum padanya. "Apa ada yang aneh di wajahku?"
"Tidak ada yang aneh. Aku hanya sedang menikmati pemandangan yang sangat... indah."
Aku tersipu dan tertawa di saat bersamaan. "Sesukamu saja, sepertinya kau punya banyak waktu tapi aku harus menyelesaikan laporan ini." Aku kembali fokus dan berkutat pada angka dan laporan yang harus kubuat. Aku masih bisa merasakan tatapan pria itu dan berusaha keras mengabaikannya.
"Siapa pria pertama yang kau cium?" tanya pria itu tiba-tiba.
Kepalaku langsung terangkat, menatap pria itu. Flynn sedang tersenyum, mata hijaunya menyorot penuh rasa ingin tahu.
"John Bright, kenapa?" tanyaku bingung.
"Berapa usiamu saat itu? Siapa itu John Bright?" tanya pria itu balik.
Aku terkekeh lalu menggelengkan kepalaku. "Apa-apaan ini? Ini semacam investigasi? Apa yang ingin kau ketahui? Itu sudah terjadi lama sekali."
Pria itu mengangkat kedua bahunya tapi tatapannya tidak meninggalkan wajahku. "Aku hanya penasaran. Aku tidak tahu banyak tentang masa lalumu. Humor me, please?"
Aku tidak yakin kalau ini adalah tempat dan waktu yang tepat untuk pembicaraan seperti ini tapi Flynn tampaknya penuh tekad. Aku bisa mengenali tatapan matanya tersebut.
Menyerah, akhirnya aku menjawab juga.
"Kalau aku tidak salah ingat, sepertinya ketika usiaku enam belas tahun. John adalah partner dalam tugas sciene dan dia sebenarnya tidak bersedia. Tapi guru kami memutuskan untuk memasangkan kami berdua jadi kami tidak punya pilihan. Aku tidak menyukainya dan dia juga tidak menyukaiku."
Alis pria itu kemudian terangkat heran. "Kenapa dia tidak menyukaimu?"
Aku memikirkannya sejenak. Rasanya sudah jutaan tahun berlalu, aku tidak lagi benar-benar mengingatnya. "Kupikir dia tidak menyukaiku karena aku pendek dan agak berisi, aku juga mengenakan kacamata dan wajahku juga berjerawat. Aku benar-benar pemalu dan tidak percaya diri saat itu dan juga tipe pendiam, tipe kutu buku, kau tahu? Ego pria itu tentu saja tidak bisa menerimanya, dia menginginkan partner yang cantik, pirang dengan tubuh langsing dan kulit bersih. Well, remaja laki-laki manapun pasti menginginkan itu."
"Dan bagaimana dengan dia sendiri? Sehebat apa dia?"
Aku tertawa menanggapi. "Dia anak punk. Menyukai musik-musik keras dan berisik, suka merokok di saat istirahat dan makan siang dan berpikir bahwa dia sangat keren." Aku menggeleng tidak percaya, bahwa sudah lama sekali aku tidak pernah memikirkan tentang John, aku bahkan nyaris tidak mengingatnya lagi. "Sebenarnya dia cerdas, hanya saja dia tidak ingin mengakuinya. Terakhir kudengar dia menjadi seorang akuntan. Jadi selama tugas bersama itu, dia membuatku mengerjakan semuanya, jadi aku membencinya. Padahal dia bisa, tapi dia berpura-pura tolol."
"Tapi dia menciummu?"
"Ya." Aku mengangguk. "Itu adalah hal paling aneh yang terjadi di antara kami. Saat itu jam pulang sekolah dan kami terpaksa tinggal karena harus mengerjakan proyek tersebut. Aku tidak ingat alasannya, seingatku John mengacaukan eksperimen pertama kami, jadi guru kami menghukumnya dengan menyuruh kami tinggal dan merampungkan eksperimen tersebut. Aku merasa sangat tidak adil saat itu karena harus ikut dihukum bersamanya."
"Dan?"
"Dan... entahlah, guru kami meninggalkan ruangan dan John kemudian mendekat dan menciumku. Aku terlalu terkejut sehingga kupikir aku akan pingsan saat itu."
Flynn hanya tertawa, tidak mengatakan apapun dan memori itu membanjir kembali dalam ingatanku.
"Aku nyaris tidak percaya saat itu. Kupikir dia membenciku dan... dia kemudian menciumku. Dan ciumannya tidak buruk. Maksudku, aku tidak pernah berpikir bahwa dia... ciumannya manis dan lembut, dan itu mengejutkanku."
"Dan kemudian, apa yang terjadi?" desak pria itu lagi.
"Kemudian kami mendengar guru kami kembali ke dalam kelas. Kami menyelesaikan eksperimen kami dalam diam an tidak pernah membicarakan apa yang terjadi. Semester berikutnya, ayahnya ditransfer ke luar kota dan John ikut pindah, tentu saja. Sejak saat itu, aku tidak pernah melihatnya lagi."
"That... sort of sad," ujar pria itu prihatin.
"Ya, kurasa. Bukannya kami akan... kau tahu... kami tidak mungkin memiliki hubungan spesial apapun. Tapi aku masih tidak percaya bahwa dia menciumku, itu membuatku merasa... diinginkan, merasa cantik. Untuk pertama kali dalam hidupku, seorang pria menyukaiku, bahkan hanya untuk satu detik, itu adalah sesuatu yang... it was huge for me, it meant something for me."
"Bagaimana dengan pria pertama yang tidur denganmu?" lanjut Flynn lagi.
____
Yang mau baca duluan sampai tamat, bisa ke Karyakarsa dan Playstore.
You can find my new collections too di Karyakarsa dan Playstore (khusus untuk 21+, cuplikan bisa didapatkan di Playstore dan Karyakarsa, cerita mengandung unsur forced submission, khusus untuk pembaca dewasa)
Luv,
Carmen
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandalous Love with The Boss
RomanceKisah sang bartender dengan bosnya. "Ini... apapun ini... kau tahu, antara kita. Apa ini?" Pria itu mengeratkan lengannya di sekelilingku lalu memutar kursi barku agar kami saling berhadapan dan lutut-lutut kami saling bertabrakan. Tangannya yang la...