Happy reading, semoga suka.
Yang mau baca cepat, bisa silakan ke Karyakarsa ya. Bab 12-13 sudah update.
Luv,Carmen
_______________________________________________________________________________
Super Bowl Sunday baru akan dimulai setidaknya dua jam lagi, tapi bar sudah mulai ramai. Ini berkat Flynn yang bekerja keras membuat acara Super Bowl sebagai salah satu acara tahunan yang menguntungkan bagi mereka, dan sukses menjadikan Breezer Brew sebagai salah satu tempat populer di kota untuk menonton acara ini. Tak perlu diragukan lagi kalau ini adalah salah satu hari tersibuk setiap tahun, bahkan mengalahkan Malam Tahun Baru.
Flynn and aku duduk di sofa di kantor pria itu - tempat pertama kali kami berhubungan seks dua minggu lalu, - menyortir berkotak-kotak merchandise gratis yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan bir pada mereka. Merchandise-merchandise itu nantinya akan diberikan kepada para pelanggan yang datang tapi biasanya kami akan menyimpan beberapa kaos untuk nantinya dikenakan oleh para staf. Ini adalah satu-satunya hari di mana Flynn membebaskan para waitress untuk tidak mengenakan seragam mereka.
Aku melihat Flynn memegang sebuah kaos pendek ketat dan alisnya langsung terangkat. Dia menatapku penuh minat. "Bagaimana menurutmu?" tanyanya.
"Apa?" tanyaku balik.
"Kau ingin mengenakannya?"
Aku langsung menggeleng cepat. "Tidak mau! Lagipula, kaos itu terlalu kecil. Tidak akan muat."
Pria itu menarik kedua sisi kaos itu seolah ingin membuktikannya. "Pasti muat," katanya kemudian. Lalu dia mencondongkan tubuh dan mengecup bibirku. Kurasa dalam dua minggu ini, kami berciuman tanpa henti, jika dihitung mungkin melebihi semua ciuman-ciuman yang pernah kulakukan sebelum aku berhubungan dengan Flynn. "Lakukan untukku, oke?" bujuknya lagi.
"Kau gila." Aku tertawa lalu merenggut kaos itu dari tangannya. "Kau mau para pria mabuk itu menatap dadaku sepanjang malam?"
"Sejujurnya? Karena kau akan pulang bersamaku, aku tidak keberatan. Aku malah bangga dengan tubuhmu, kau juga seharusnya demikian," ujar pria itu.
Aku mencoba untuk menahan dengusanku. Selama dua tahun bekerja di Breezer Brew, aku tidak pernah sekalipun berusaha memanfaatkan tubuhku untuk mendapatkan lebih banyak tips. Dan aku merasa bangga karena tidak menjadi salah satu dari wanita-wanita itu, yang harus mempertontonkan kemolekan tubuh mereka demi mendapatkan lebih banyak uang tips. Aku tahu bahwa aku hebat dalam pekerjaanku dan Flynn pun mengakui itu. Aku tidak akan merendah hingga ke level tertentu hanya supaya para pelanggan menyukai pelayananku. Sudah cukup bagiku jika mereka puas dengan keahlianku meracik minuman dan keramahanku melayani mereka.
Dan Flynn mengerti tanpa aku harus menjelaskan. Mungkin dia bisa melihat tekad keras kepala yang terpancar dari mataku. "Oke, oke, kau tidak perlu mengenakannya. Tapi kalau aku membawa kaos ini pulang, kau akan mengenakannya untukku nanti malam?"
Aku menatap Flynn yang tengah menatapku dengan semacam tatapan yang biasanya langsung berhasil membuatku luluh. Aku tertawa pelan dan menyetujuinya. Aku lalu bangkit, meraih sekotak merchandise yang nantinya akan dibagikan dan membuka pintu, siap masuk ke medan perang di balik pintu di ujung koridor.
"Ada yang lain lagi, Bos?" tanyaku, sedikit meledek sambil menoleh untuk menatap pria itu yang sudah ikut berdiri sambil membawa beberapa kotak karton berisikan merchandise gratis.
"Ya," jawabnya sambil menatapku dengan mata berbinar. "Saat kau mengenakannya nanti malam, jangan kenakan apapun di baliknya."
Lalu pria itu berjalan mendekat dan bergerak melewatiku, tangannya dengan sengaja menyapu dadaku saat dia keluar dari pintu yang kubuka dan kutahan untuknya.
Melengos, aku mengikuti langkahnya.
Arena pertempuran sudah menanti. Malam ini akan menjadi malam yang super sibuk. Dan setelahnya... Tubuhku langsung berdesir. Dan setelahnya, aku masih harus memuaskan nafsu Flynn di ranjang.
Oh, ayolah, Lou. Kau juga sangat menikmatinya.
Hell! But yeah, aku memang menikmatinya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandalous Love with The Boss
RomanceKisah sang bartender dengan bosnya. "Ini... apapun ini... kau tahu, antara kita. Apa ini?" Pria itu mengeratkan lengannya di sekelilingku lalu memutar kursi barku agar kami saling berhadapan dan lutut-lutut kami saling bertabrakan. Tangannya yang la...