Happy reading, semoga suka.
Full version tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
...
Bagaimana dengan pria pertama yang tidur denganmu?
Pertanyaan itu membuat aku tersenyum. "Jangan bilang kau cemburu pada masa laluku."
"Aku hanya ingin tahu."
Aku lalu mengangkat bahu dan menjawab. "Well, baiklah. Alex Wills. Aku bertemu dengannya di semester terakhir high school, beberapa minggu sebelum kelulusanku."
"Dia pacarmu?"
"Ya. Orangtuaku sangat tidak menyukainya. Menurut mereka, pria itu agak berandalan, anggota geng motor. Aku tidak berpikir kalau dia benar-benar mengerti tentang diriku atau bahkan peduli padaku. Tapi saat itu, aku tergila-gila padanya, jadi aku tidak bisa benar-benar melihatnya."
"Jadi kau mencintainya."
Aku tertawa mendengar perkataan pria itu. "Ayolah, aku hanya berumur delapan belas saat itu, tentu saja aku berpikir bahwa aku mencintainya."
"Apa kau pernah menyesal?" tanya pria itu kemudian.
"Terkadang," jawabku lalu mendesah. Dan rasa penyesalan itu kembali muncul ke permukaan. Hanya karena itu adalah sebuah kesalahan lama, tapi bukan berarti aku bisa dengan mudah menerimanya walau sudah bertahun-tahun berlalu. "Kami melakukannya di rumah orangtuanya, di sofa, ketika orangtuanya tidak ada di rumah. Dipikir-pikir, orangtuanya hampir selalu tidak pernah ada di rumah. Dia menyentuhku dan aku menyukainya. Lalu dia menciumku dan aku membiarkannya. Dan semua itu berlanjut."
Aku terdiam sejenak tapi Flynn masih menunggu.
"Semua bilang kalau saat pertama itu terasa sakit, tapi aku hanya merasa aneh karena tidak terbiasa. Rasanya tidak buruk tapi juga tidak menyenangkan, hanya aneh. Dan pria itu selesai dengan cepat. Aku kecewa, sejujurnya. Aku memiliki fantasi sendiri bahwa saat pertamaku akan indah tapi ternyata tidak. Lalu saat kami masing-masing melanjutkan ke college, hubungan kami juga berakhir. Aku bertemu beberapa pria di college, tapi tidak ada yang benar-benar serius. Ada satu, Rich, kami lumayan cocok tapi aku tidak begitu menyukainya. Lalu aku bertemu dengan Albert, kami berhubungan cukup lama. Kupikir saat itu dia adalah pria yang ditakdirkan untukku, dia nyaris sempurna, dia cerdas, tampan dan baik."
"Jadi apa yang terjadi?"
"Dia berselingkuh dariku."
"Oh, I am sorry." Ekspresi pria itu berubah, terlihat berbahaya dan aku senang karena Rich tidak ada dalam ruangan ini bersama kami.
"Dengan seorang pria."
"Apa?!"
Aku tertawa melihat reaksi Flynn. "Dia tidak tertarik pada wanita hanya saja dia tidak pernah sadar. Orangtuaku menyukainya dan aku tidak pernah memberitahu mereka. Dia masih bersama dengan pria itu hingga sekarang. Terkadang kami masih mengobrol."
Flynn menggelengkan kepalanya sambil tertawa. "Sepertinya kau tidak beruntung dengan pria, Lou."
"Ya, kau benar." Aku ikut tertawa. "Tapi Roger adalah yang paling parah dari semuanya, tapi kau juga sudah tahu itu."
"Ya, aku tidak pernah mengerti mengapa kau mau bersamanya dan mengapa kau bertahan begitu lama dengannya."
Rasanya aneh memikirkan bahwa pria itu melihatku bersama dengan pria lain selama itu sebelum kami kemudian memutuskan untuk menjalin hubungan.
"Rasanya lebih mudah daripada putus. Maksudku, aku berpikir bahwa aku seharusnya memiliki seorang kekasih. Semua teman-temanku sudah menikah dan memiliki anak, mereka membeli rumah, membangun keluarga. Dan di sinilah aku, memiliki seorang kekasih yang mencintai games-nya lebih dari aku tapi setidaknya aku tidak sendirian. Akhirnya memutuskan hubungan dari pria itu adalah keputusan terbaik kedua yang pernah kulakukan."
Alis pria itu langsung terangkat. "Keputusan terbaik kedua?"
Aku tersenyum lalu mendorong kursiku ke belakang, bangkit dan kemudian duduk di sudut mejanya agar aku bisa menatap pria itu lebih dekat. "Ya, menciummu malam itu adalah keputusan terbaikku."
Flynn tergelak keras mendengarnya dan mata hijau pria itu menggelap saat dia menatapku. "Jadi, tidak ada penyesalan?"
"Hanya ada satu."
"Apa itu?" tanya Flynn, terdengar cemas.
Aku menunduk dan menyapukan bibirku padanya sebelum berbisik lembut. "Bahwa kita tidak melakukan ini lebih cepat."
Mulut pria itu melumat bibirku dan mencuri semua napas dari paru-paruku. Aku bisa merasakan gairah menyebar cepat hingga ke ujung jemari kakiku. Tidak pernah ada seorang pria pun yang bisa membuatku merasakan semua ini. Flynn menarikku hingga aku duduk di atas pangkuannya sehingga tangannya bisa bebas masuk ke balik kaosku dan bermain-main dengan dadaku. Aku mengerang lembut.
Aku suka mencium pria itu, aku bisa melakukannya sepanjang hari. Aku bisa merasakan ereksi pria itu yang menekanku. Bercinta dengan pria itu di dalam kantor di tengah jam kerja benar-benar adalah hal gila dan sangat tidak profesional tapi saat ini, sepertinya tidak ada di antara kami yang peduli akan hal itu. Yang paling penting bagi kami saat ini adalah kebutuhan kami berdua dan chemistry luar biasa yang mengikat kami berdua.
Lalu interkom berbunyi dan memutuskan ciuman kami.
"Fuck!" maki pria itu sambil menekankan keningnya padaku sementara napasnya terdengar kasar. Dia lalu menekan tombol interkom dan bertanya kasar. "Ada apa?"
Rupanya dari bartender pria itu. "Pengantaran bir Guinness, Bos. Mereka sudah ada di sini."
"Oke, aku akan ke sana."
Pria itu lalu dengan lembut mengangkatku dan membantuku berdiri dari pangkuannya. Dia kemudian berdiri dan berusaha menyembunyikan tonjolan di celananya. Aku tidak bisa menahan tawa saat melihatnya. Pria itu menciumku lagi, ciuman kilat sebelum dia menjauhkan dirinya dengan enggan. "Aku akan kembali lagi nanti," janjinya sebelum meninggalkan ruangan kantor.
You can check my new story di Karyakarsa juga, full version langsung tamat ya.
Tema : forced submission, khusus dewasa 21+
Luv,
Carmen
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandalous Love with The Boss
RomanceKisah sang bartender dengan bosnya. "Ini... apapun ini... kau tahu, antara kita. Apa ini?" Pria itu mengeratkan lengannya di sekelilingku lalu memutar kursi barku agar kami saling berhadapan dan lutut-lutut kami saling bertabrakan. Tangannya yang la...