Mature Scene 21+
Happy reading, semoga suka.
Full version bisa didapatkan melalui Playstore dan Karyakarsa.
Luv,
Carmen
___________________________________________________________________________
Tentu saja, kami benar-benar melakukannya di atas meja bar. Aku bisa merasakan pria itu di mana-mana, dia memenuhi semua inderaku. Suara kesiap napasnya juga erangan rendahnya, aroma pria itu yang memabukkan, tubuhnya yang indah dan kuat, hangatnya kulit pria itu dan kesadaran itu menghantamku lebih keras dari semua orgasme yang pernah kuraih bersamanya. Aku mencintai Flynn.
Aku mencintai pria itu.
Kesadaran itu membuatku bergerak lebih cepat, berusaha lebih keras untuk membuat pria itu merasakan semua nikmat yang diberikannya padaku. Aku menungganginya dengan keras, otot-ototku mencengkeramnya, gerungan pria itu mengiringi gerakanku hingga dia bergetar, mencapai klimaks hebat yang membuatnya menggerung keras. Aku lalu terjatuh di atas tubuhnya dan menyembunyikan wajahku di lekuk lehernya.
Aku mencintaimu, batinku dalam hati, takut untuk mengatakannya karena aku tidak tahu apa yang dirasakan oleh Flynn. Aku tahu ada sesuatu yang istimewa di antara kami - tapi apakah itu cinta? Apakah pria itu merasakan hal yang sama? Jantung kami perlahan berubah teratur tapi aku masih tetap berbaring di atasnya, takut mengangkat wajahku dan menatap pria itu dan menyadari bahwa pria itu tidak menatapku seperti aku menatapnya, bahwa dia tidak merasakan apa yang kurasakan untuknya.
Kami terdiam untuk beberapa saat. Aku bahkan berpikir pria itu jatuh tertidur sebelum dia kemudian bergerak dan membelai rambutku dengan lembut. "Did you just fuck me on the bar?" tanya, sambil tertawa.
Tawa pria itu segera menular padaku.
"Yeah!" jawabku. Aku lalu mengangkat tubuhku dan menatap wajah tampan pria itu. Dia membalas tatapanku, nyaris dengan apresiasi yang sama. Aku kemudian menjauhkan tubuh kami dan turun dari meja bar. Aku mengambil pakaian pria itu dan memberikannya pada Flynn sebelum mengenakan pakaianku sendiri. Aku lalu melihatnya hanya duduk menatapku dan bergeming.
"Kenapa?" tanyaku akhirnya, tiba-tiba merasa takut pria itu akan mengatakan sesuatu yang tidak ingin kudengar.
"Apakah aku pernah memberitahumu bahwa kau adalah wanita yang sangat luar biasa, Lou?"
Aku tertawa lalu menggeleng. Aku kemudian membuka lemari pendingin dan mengambil dua botol bir, membukanya dan memberikan sebotol pada pria itu. "Tidak akhir-akhir ini, kenapa?"
Kali ini giliran pria itu yang tertawa. Dia lalu meminum birnya sebelum meletakkannya kembali. Setelah itu, barulah Flynn berpakaian. Kemudian dia meraihku dalam pelukannya dan berbisik parau di telingaku. "Kau wanita yang sangat luar biasa, Lou."
Aku gagap, sesaat bingung harus merespon apa. Aku takut kalau aku akan memberikan tanggapan yang salah. "Mm..."
Kami lalu hanya berdiri seperti itu, saling memeluk dalam gelap. Aku merasa kami sedang berdiri di ujung sesuatu. Tapi aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya. Aku juga takut memecah kesunyian di antara kami. Terlebih, aku merasa pria itu seolah sedang berusaha menyampaikan sesuatu, tapi merasa kesulitan sepertiku. Tapi apapun itu, hari sudah sangat larut dan kami sudah sangat capek. Saatnya untuk pulang. Sisanya... bisa menunggu nanti.
Jika ada sesuatu yangkupelajari dari pria itu selama bertahun-tahun bekerja di sini, bahwa jika priaitu ingin mengatakan sesuatu, itu haruslah menurut pemilihan waktunya sendiri.Mendesak pria itu tidak akan mendatangkan keuntungan apa-apa, malah sebaliknya.Jadi... aku akan menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandalous Love with The Boss
RomansaKisah sang bartender dengan bosnya. "Ini... apapun ini... kau tahu, antara kita. Apa ini?" Pria itu mengeratkan lengannya di sekelilingku lalu memutar kursi barku agar kami saling berhadapan dan lutut-lutut kami saling bertabrakan. Tangannya yang la...