15.

314 27 0
                                    

🍒

"Lo diundangkan sama Nabila ke pernikahannya dia?" tanya Arfen saat keduanya duduk disofa apartemen pria itu.

Kiara yang lagi asik ngemut es krim batang hanya mengangguk. Matanya fokus pada tayangan televisi dimana Singa sedang melakonkan sebuah drama yang akhir-akhir ini banyak peminatnya.

"Dateng?" tanya Arfen lagi.

"Lo?" Kiara balik bertanya. Matanya menoleh dan menatap ke arah sang sahabat.

"Gue sama Banyu dateng. Tahu sendiri Banyu deket sama mantan lo itu."

Kiara mengangguk saja. Lalu kembali fokus pada Tv didepannya. Seakan tidak berniat untuk membahas perihal pernikahan sang mantan dengan sepupunya.

"Mau ikut?" tanya Arfen meminta perhatian sahabatnya itu.

"Enggak tahu Fen. Kalau nyokap datang kayaknya gue bakal sama dia deh. Tapi enggak tahu juga."

Arfen sekali lagi menoleh ke arah sang sahabat.

"Lo tahu kan gue ada kerjaan dihari itu."

Memang benar. Tepat saat hari pernikahan Nabila dan Bara, Kiara harus berada di luar kota selama tiga hari. Proses syuting untuk adaptasi salah satu novelnya mulai pada hari itu juga. Jadi mau tidak mau dia sebagai penulis asli harus ikut men-survei tempat dan beberapa adegan.

"Kan lo bisa pending dulu kerjaan lo. Toh datang ke nikahan enggak butuh waktu seharian."

Suara yang tiba-tiba datang membuat keduanya menoleh secara bersamaan untuk melihat siapa yang datang.

"Dih jailangkung." Kiara memutar bola matanya jengah, lalu kembali fokus pada Singa dilayar kaca.

"Kamu datang kok enggak bilang sih Bay?" tanya Arfen yang langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menuju sang kekasih.

"Kangen aja sama kamu."

Telinga Kiara mendengar suara ciuman yang sedikit lama.

"Cipokan dikamar sana. Gue mau lanjut nonton."

"Lo pulang aja deh." Banyu menjawab protes Kiara dengan pengusiran.

"Lo yang ngapain kesini, ganggu kencan gue aja."

Banyu berjalan dan duduk disamping tubuh Kiara, mendesak wanita itu agar bergeser padahal Kiara sudah berada diujung sofa. Karena kesal, Kiara memukul kepala Banyu dengan stik bekas es krimnya.

"Itu kotor Kay." protes Banyu dan memukul Kiara dengan bantal sofa.

"Setan."

Dan keduanya saling memukul sampai Arfen datang dan memisahkan keduanya.

"Kalian bisa enggak kalau ketemu enggak perlu ribut?" tanya pria cantik itu sambil berkacak pinggang. Matanya menatap tajam sang kekasih dan sahabat secara begantian.

Kiara berdecih dan melepaskan cengkramannya pada dasi Banyu. Sedangkan sang Bos langsung bergerak menjauh dari tubuh Kiara.

"Dia yang mulai." kata Kiara pelan.

Arfen menggelengkan kepalanya dengan lelah.

Ketiganya sama-sama menoleh ke arah pintu masuk saat suara tombol pintu yang di tekan lalu diikuti suara langkah kaki.

"Baru pulang Fre?" tanya Kiara pada putri tunggal Arfen.

Freya gadis berusia 17 tahun yang masih mengenakan seragam SMA itu hanya mengangguk pelan dan berjalan menuju kekamarnya. Seakan tidak melihat kehadiran sang ayah disana.

"Freya makin lama makin pendiam aja." kata Kiara pada Arfen yang hanya dijawab oleh helaan nafas. Mata Arfen menoleh dan menatap lama ke arah pintu kamar sang putri yang tertutup rapi.

i'm a Cherry on Top Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang