Bab Tak Berjudul 2

48 7 0
                                    

Sudah satu minggu sejak Krist, Mey, dan juga Singto pergi bersama ke sebuah kafe. Pagi ini, seperti biasa, Krist harus melakukan syuting dengan Singto. Matahari baru saja terbit, dan sinar lembutnya menyelinap melalui celah-celah tirai kamar Krist dan Mey, menciptakan suasana hangat dan nyaman.

Krist terbangun lebih awal dari biasanya, tetapi bukannya langsung bangun dari tempat tidur, ia memilih untuk menikmati momen kebersamaan dengan Mey. Ia memeluk Mey erat, merasakan kehangatan tubuh kekasihnya yang masih terlelap. Mey perlahan membuka matanya dan tersenyum melihat Krist yang sudah terjaga.

"Aku harus pergi sekarang, padahal aku masih merindukanmu," ucap Krist sembari memeluk Mey di atas ranjangnya. Suaranya terdengar lembut namun penuh dengan rasa enggan untuk berpisah.

Mey tersenyum lembut, mengusap pipi Krist dengan penuh kasih sayang. "Ayolah, Phi, kau harus pergi atau Phi Yui marah karena kau terlambat," katanya dengan nada menggoda, mencoba menghibur Krist.

Phi Yui adalah manajer Krist, seorang yang sangat disiplin dan tidak suka jika ada keterlambatan. Krist tahu itu, tetapi hatinya masih berat untuk meninggalkan Mey. "Tapi aku masih ingin di sini bersamamu..." Krist semakin mengeratkan pelukannya, membuat Mey merasakan perasaan kekasihnya yang melimpah.

Mey tertawa kecil, mencium kening Krist dengan lembut. "Aku juga merindukanmu, tapi pekerjaanmu penting. Aku akan menunggumu di sini," katanya dengan penuh pengertian. Mey selalu mendukung karier Krist, meskipun itu berarti mereka harus sering berpisah.

Krist akhirnya menghela napas panjang dan melepaskan pelukannya. Ia bangkit dari tempat tidur dan mulai bersiap-siap untuk pergi. Mey duduk di tepi ranjang, memperhatikan Krist yang sedang berpakaian. "Jangan lupa sarapan dulu, Phi. Aku sudah menyiapkan roti panggang dan kopi untukmu," kata Mey sambil tersenyum.

Krist tersenyum dan mengangguk.

"Terima kasih, Mey. Kau selalu perhatian," katanya dengan tulus.

Setelah berpakaian, Krist menuju dapur dan menikmati sarapan yang telah disiapkan oleh Mey. Sementara itu, Mey mengikuti dari belakang, duduk di meja makan dan menemani Krist.

"Jangan terlalu lelah, ya. Ingat untuk istirahat," pesan Mey sebelum Krist berangkat. Krist mengangguk dan mencium pipi Mey sebelum akhirnya pergi. "Aku akan segera kembali. Jaga dirimu," katanya sebelum melangkah keluar.

Mey berdiri di ambang pintu, melihat Krist pergi dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa Krist harus bekerja keras, tetapi ia juga merindukan kebersamaan mereka. Mey menghela napas dan kembali ke dalam rumah, mencoba mengalihkan pikirannya dengan mempersiapkan diri untuk hari itu. Hari ini, Mey juga memiliki jadwal yang padat. Ia harus berlatih untuk konser tur dunianya yang akan dimulai dalam beberapa minggu. Mey tahu bahwa persiapan ini sangat penting, dan ia bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi para penggemarnya.

Di sisi lain, begitu Krist tiba di lokasi syuting, ia langsung menuju ruang ganti. Namun, di sana ia melihat Singto tengah berbicara dengan seorang gadis bernama Apple, pemeran utama wanita dalam drama itu. Mereka tampak akrab dan tertawa bersama, menciptakan suasana yang hangat dan penuh canda.
Ada rasa tidak nyaman yang tiba-tiba muncul di hati Krist. Ia mencoba menutupi perasaan itu dengan senyuman, meskipun sebenarnya ia benar-benar tidak suka melihat Apple dan Singto tersenyum bersama. Krist merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, melihat kedekatan mereka yang tampak begitu alami.

Krist berusaha mengalihkan pikirannya dan melangkah masuk ke ruang ganti dengan senyuman yang dipaksakan.

"Hey, kalian datang lebih awal," sapanya dengan nada ceria, meskipun hatinya bergejolak.

Singto menoleh dan tersenyum lebar. "Hai, Krist! Kami hanya sedang membicarakan adegan hari ini. Apple punya beberapa ide bagus untuk membuatnya lebih menarik," katanya dengan antusias.

Story Of August (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang