Bab Tak Berjudul 5

39 9 0
                                    

Mey merasa semakin curiga dengan perilaku Krist yang semakin aneh. Suatu malam, saat Krist sedang mandi, ponselnya berbunyi. Mey melihat layar ponsel Krist dan melihat pesan dari Singto yang berbunyi, "Aku merindukanmu. Kapan kita bisa bertemu lagi?" Hati Mey berdebar kencang. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dan memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut.

Keesokan harinya, Mey memutuskan untuk mengikuti Krist setelah syuting selesai. Ia melihat Krist pergi ke apartemen Singto. Mey mengikuti dari kejauhan, berusaha untuk tidak ketahuan. Saat Krist tiba di apartemen Singto, Mey melihat mereka berdua saling tersenyum dan berbicara dengan akrab. Mey merasa hatinya semakin hancur.

Ketika Krist dan Singto masuk ke dalam apartemen, Mey mendekat untuk melihat lebih jelas. Tepat sebelum pintu apartemen tertutup, Mey melihat Krist dan Singto berciuman. Pemandangan itu membuat Mey terkejut dan marah. Tanpa berpikir panjang, ia berteriak, "Krist!".

Krist dan Singto terkejut mendengar teriakan Mey. Krist segera berbalik dan melihat Mey berdiri di depan pintu dengan wajah penuh kemarahan dan kesedihan. "Mey, aku bisa jelaskan..." kata Krist dengan suara gemetar, ia mendekati Mey.

Mey tidak bisa menahan emosinya. "Jelaskan apa, Krist? Aku melihat semuanya! Bagaimana kamu bisa melakukan ini padaku?" teriaknya dengan air mata mengalir di pipinya. Mey merasakan campuran antara kemarahan dan kesedihan yang mendalam, seolah-olah hatinya hancur berkeping-keping.

Singto merasa bersalah dan mencoba untuk menenangkan situasi. "Mey, tolong dengarkan kami," katanya dengan suara lembut.

Namun, Mey tidak ingin mendengar penjelasan apa pun. "Tidak! Aku tidak ingin mendengar apa pun dari kalian berdua. Aku pikir kamu mencintaiku, Krist. Aku pikir kita bahagia bersama. Tapi ternyata kamu mengkhianatiku," katanya dengan suara penuh kesedihan. Mey menggenggam erat ponsel di tangannya, berusaha menahan gemetar.

Krist merasa hancur melihat Mey begitu terluka. "Mey, aku minta maaf. Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu. Aku terjebak dalam situasi yang sulit," jawabnya dengan suara penuh penyesalan. Krist merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya saat ia mencoba menjelaskan.

Mey menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa mempercayai kamu lagi, Krist. Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya," katanya sebelum berbalik dan pergi.

Krist merasa panik dan tahu bahwa ia tidak bisa membiarkan Mey pergi begitu saja. Ia segera berlari mengejar Mey. "Mey, tunggu! Tolong, dengarkan aku!" teriak Krist dengan suara penuh harap.

Singto mencoba menahan Krist. "Krist, biarkan dia pergi. Kita bisa bicarakan ini nanti," katanya dengan nada memohon.

Namun, Krist tetap memilih untuk mengejar Mey. "Aku harus bicara dengan Mey. Aku tidak bisa membiarkan dia pergi seperti ini," katanya dengan tegas, melepaskan diri dari pegangan Singto dan berlari mengejar Mey.

Singto merasa hancur melihat Krist memilih untuk mengejar Mey. Ia tahu bahwa keputusan Krist ini mungkin akan mengubah segalanya. Dengan hati yang berat, Singto menutup pintu apartemennya, merasa kesepian dan terluka. erasaan bersalah dan kesedihan menyelimuti dirinya. Singto merasa seperti orang ketiga yang tidak diinginkan, meskipun ia juga mencintai Krist dengan tulus.

Saat Krist melepaskan diri dari pegangan Singto dan berlari mengejar Mey, Singto merasakan luka yang mendalam. Ia merasa ditinggalkan dan tidak berharga. Singto selalu tahu bahwa hubungan mereka rumit, tetapi ia tidak pernah membayangkan bahwa Krist akan memilih Mey di saat-saat kritis seperti ini.

Dengan hati yang berat, Singto menutup pintu apartemennya. Ia merasa kesepian dan terluka, seolah-olah seluruh dunianya runtuh. Singto duduk di sofa, memandangi ruangan yang tiba-tiba terasa begitu kosong. Air mata mulai mengalir di pipinya saat ia merenungkan semua yang telah terjadi.

Singto merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia mencintai Krist, tetapi ia juga tahu bahwa Mey adalah bagian penting dari hidup Krist. Perasaan cemburu, marah, dan sedih bercampur menjadi satu, membuat Singto merasa semakin hancur. Ia bertanya-tanya apakah Krist benar-benar mencintainya atau hanya menganggapnya sebagai pelarian sementara.
Dalam kesendiriannya, Singto merenungkan masa depan. Ia tahu bahwa hubungan mereka tidak akan pernah sama lagi. Singto merasa takut kehilangan Krist.

Disisi lain setelah Mey pergi, Krist merasa panik dan tahu bahwa ia tidak bisa membiarkan Mey pergi begitu saja. Ia segera berlari mengejar Mey. "Mey, tunggu! Tolong, dengarkan aku!" teriak Krist dengan suara penuh harap.

Mey berhenti dan berbalik, air mata masih mengalir di pipinya. "Apa lagi yang ingin kamu katakan, Krist? Aku sudah melihat semuanya," katanya dengan suara penuh kesedihan.
Krist mendekat dan mencoba meraih tangan Mey, tetapi Mey menepisnya. "Mey, aku minta maaf. Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu. Aku terjebak dalam situasi yang sulit," katanya dengan suara penuh penyesalan.

Mey menggelengkan kepalanya. "Situasi yang sulit? Kamu berbohong padaku selama ini, Krist. Aku pikir kita punya sesuatu yang nyata, tapi ternyata semua ini hanya kebohongan," katanya dengan suara penuh kemarahan.

Krist merasa hancur melihat Mey begitu terluka. "Aku bingung dengan perasaanku, Mey. Aku mencintaimu, tapi aku juga mencintai Singto. Aku tidak tahu harus berbuat apa," jawabnya dengan suara penuh kebingungan.

Mey menatap Krist dengan mata penuh air mata. "Aku tidak bisa mempercayai kamu lagi, Krist. Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya," katanya sebelum berbalik dan pergi.
Setelah Mey pergi, Krist merasa hancur dan bingung. Ia tidak tahu harus berbuat apa atau ke mana harus pergi. Dengan langkah berat, Krist kembali ke apartemennya sendiri. Ia merasa kesepian dan penuh penyesalan.

Krist duduk di sofa, memandangi ruangan yang tiba-tiba terasa begitu sunyi. Ia merasakan beban kesalahan yang sangat besar. Air mata mulai mengalir di pipinya saat ia merenungkan semua yang telah terjadi. Krist merasa hancur melihat bagaimana ia telah menyakiti dua orang yang sangat ia cintai.

Ia memikirkan kembali semua momen indah yang ia habiskan bersama Mey dan Singto. Krist merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Ia mencintai Mey, tetapi ia juga mencintai Singto. Ia tidak tahu bagaimana bisa terjebak dalam situasi yang begitu rumit.

Krist merasa takut kehilangan keduanya. Ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan yang sulit, tetapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam kesendiriannya, Krist merenungkan masa depan dan mencoba mencari jalan keluar dari kekacauan yang ia ciptakan.
.
.
.

.t.e.b.e.c.e.h.

Story Of August (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang