Bab Tak Berjudul 10

42 11 3
                                    

Jika Agustus tahun lalu mereka bertemu, lalu Agustus tahun ini mereka berpisah, Krist harap Oktober tahun ini memberikan kesan yang indah seperti tahun lalu. 

Sudah tiga hari sejak Krist di Jepang, pemuda itu beberapa kali menangis di setiap kesempatan.

Singto sudah berulang kali mengatakan jika ia tak lagi marah pada Krist, namun pemuda itu tetap saja menangis sembari mengatakan kata maaf lagi dan lagi, bahkan dalam tidurnya.

Seperti halnya  malam ini, saat ia tertidur dengan Singto. Tetiba Krist memeluk erat tubuh pasangannya, membuat lelaki berkulit tan itu terbangun dari tidurnya.

"Phi..." Krist masih menutup mata, namun wajahnya basah akan air mata, sepertinya mimpi buruk, batin Singto.

"Sssttt... Aku disini..." Singto mengusap lembut punggung itu membuat Krist kembali terlelap.

Dan saat pagi, jika Krist membuka mata lalu tak menemukan Singto disampingnya, maka ia akan berlari keluar mencari lelaki itu.

Seperti pagi di hari ke empat ini, Krist telah berkeliling mencari Singto di kamar, kamar mandi dan juga dapur, namun tak dapat menemukannya.

Saat Singto  datang dan membuka pintu, Krist langsung menghamburkan tubuhnya pada sang kekasih.

"Phi dari mana?" Keluhnya dengan wajah yang lagi-lagi basah akan air mata.

"Hey..." Singto terkejut, namun ia tak bisa membalas pelukan Krist atau mencoba melonggarkannya, kedua tangannya penuh dengan belanjaan saat ini

Krist melonggarkan pelukannya, sedikit mendongak menatap pasangannya.

"Kurasa kita perlu bicara?" Tawar Singto membuat Krist mengerutkan kening. Namun ia memilih mundur selangkah dan mengambil belanjaan dari tangan lelaki di depannya itu. 

Singto tak berkomentar, ia membiarkan tas belanjaannya di ambil alih. Krist hanya meletakkannya ke atas meja di dekat kulkas lalu kembali kepada Singto yang kini tengah duduk di ruang tengah. 

Singto terlihat serius saat Krist berjalan dan mengambil duduk di seberangnya, "Sebenarnya apa yang terjadi Krist? Kau terus menangis dan mengatakan maaf bahkan dalam tidurmu?"

"Benarkah? Apa itu mengganggumu phi?"

Singto menggeleng, "Bukan seperti itu, hanya saja..."

"Jika Phi terganggu, kita bisa tidur di kamar masing - masing. Atau jika itu masih mengganggumu, aku bisa mencari tempat lain?"

"Krist..."

"Hanya jangan minta aku untuk menjauh lebih dari itu phi, aku tak yakin sanggup melakukkanya." Ujar Krist dengan sedikit senyuman yang terlihat menyakitkan.

 "Bukan seperti itu Krist. Hanya saja.." Singto menjeda kalimatnya, "Apa yang kau pikirkan Krist, apa yang kau takutkan hingga kau terus menangis dan mengatakan kata maaf?"

Krist menghela nafas, ia menurunkan pandangannya, tak berani menatap wajah serius lelaki di depannya itu, "Aku hanya takut kau pergi menghilang, aku takut kau tak akan memaafkan aku."

"Aku memaafkan mu krist, aku sudah katakan aku akan menerimamu. Hanya tunjukkan jika kau serius dengan kita. Dan aku bukan pelarian atas perginya Mey."

"Tidak phi, tak ada yang menjadikan mu pelarian. Aku tulus ingin bersamamu."

"Lalu buktikan!" Ucap Singto 

"Apa yang harus aku buktikan? Bagaimana aku membuktikannya agar kau percaya dan menerimaku?" Krist menghela nafasnya, bingung lagi dengan apa yang sebenarnya Singto minta darinya.

Story Of August (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang