Di akhir bulan Agustus, hujan kembali mengguyur Bangkok. Beberapa daerah bahkan terendam oleh air. Awan mendung terus menutupi sang mentari, membuat langsit terus tampak gelap.
Sementara itu, Singto merasa sangat terluka setelah meninggalkan apartemen Krist, ia berjalan pulang dengan air mata yang terus mengalir. Singto merasa hatinya hancur, seolah-olah seluruh dunianya runtuh. Ia mencintai Krist dengan tulus, tetapi ia merasa bahwa cintanya tidak cukup untuk membuat Krist memilihnya.
Beberapa hari telah berlalu, Singto masih berdiam di dalam apartemennya, ia duduk di sofa dengan perasaan hampa. Ia memandangi jari manisnya yang kini kosong tanpa cincin. Cincin itu adalah simbol cintanya kepada Krist, sesuatu yang selalu mengingatkannya pada hubungan mereka. Tanpa cincin itu, Singto merasa kehilangan arah dan tujuan.
Dan beberapa kali pula ia teringat dengan Krist di setiap inchi apartemennya, seolah pemuda itu menyisakan aromanya hingga membuat Singto terus teringat.
Singto mencoba untuk melanjutkan hidupnya, tetapi setiap hari terasa seperti perjuangan. Ia merasa kesepian dan terluka, tidak tahu bagaimana cara mengatasi rasa sakit yang ia rasakan. Singto sering terbangun di tengah malam dengan air mata yang mengalir, memikirkan Krist dan semua momen indah yang mereka habiskan bersama. Isak tangis seolah alunan musik yang wajib di mainkan di tengah malam didalam apartemennya.
Keputusasaan Singto semakin dalam. Ia merasa bahwa hidupnya tidak lagi memiliki makna tanpa Krist. Suatu malam, dalam keadaan putus asa, Singto memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ia menulis surat perpisahan yang penuh dengan rasa sakit dan penyesalan, lalu mengambil sejumlah pil tidur.
Namun, sebelum ia sempat melaksanakan niatnya, manajernya datang ke apartemen untuk memeriksa keadaannya. Manajer Singto merasa khawatir karena Singto tidak menjawab panggilan atau pesan selama beberapa hari. Saat manajer masuk ke apartemen, ia menemukan Singto dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan.
"Singto! Apa yang kamu lakukan?" teriak manajer dengan suara penuh kepanikan. Ia segera mengambil pil dari tangan Singto dan memanggil ambulans.
Singto merasa hancur dan malu. Ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi manajernya. "Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku merasa sangat hancur," katanya dengan suara penuh kesedihan.
Manajer Singto memeluknya dengan erat. "Kamu tidak sendirian, Sing. Kita akan melalui ini bersama. Tolong, jangan menyerah," katanya dengan suara penuh harap.
Setelah kejadian itu, Singto dirawat di rumah sakit dan mendapatkan bantuan dari seorang konselor. Ia mulai perlahan-lahan pulih dari keputusasaannya.
Beberapa hari kemudian, berita itu menyebar hingga sampai di telinga Krist. Tentu saja ia merasa sangat bersalah dan tahu bahwa dirinya harus bertindak."Krist, apa kau tau jika Singto masuk rumah sakit kemarin?" Tanya Phi Yui yang berada di rumah Krist.
Krist yang sebelumnya hanya diam langsung memalingkan muka pada sumber suara.
"Apa yang terjadi?"
"Kata Phi Jane, ia mencoba bunuh diri dengan menelan beberapa pil. Beruntung Phi Jane datang di waktu yang tepat."
Krist terdiam, bingung harus berkomentar .
"Aku tau kalian cukup dekat, ku kira kau sudah tau?" Phi Yui berjalan mendekati Krist, duduk disamping pemuda itu, "Kau tau, saat kau berpisah dengan Mey dan menghindari kami semua beberapa hari lalu itu, Singto lah yang membereskan kontrak kalian. Pinalti dan sebagainya, ia yang mengurusnya. Ia bahkan tak membiarkan aku membantu. Dia bilang, ia hanya tidak ingin kau terlihat buruk di depan orang lain. Bukankah dia sangat perhatian padamu?"
Krist tertegun, ini kali pertama ada yang membahas ini padanya, bahkan Singto tak mengatakan apa pun saat itu.
"Di rumah sakit mana phi?"
"Di Rumah Sakit S." Jawab Phi Yui dengan senyum lembut, ia tau jika Krist harus mengunjungi pemuda yang tengah mereka bahas.
Dengan hati yang gelisah, Krist pergi ke rumah sakit untuk menemui Singto. Namun, saat ia tiba di sana, ia diberitahu bahwa Singto sudah meninggalkan rumah sakit. Ia bertanya ke petugas disana, namun tak ada info yang dapat diberikan. Pihak rumah sakit hanya menyatakan jika pasien sudah kembali pulang.
Krist mendatangi apartemen Singto, namun tempat itu dalam proses pemindah tanganan. Tak ada yang memberikan info dimana pemuda itu berada.
Krist pergi ke tempat dimana manajer Singto berada, namun berakhir nihil. Sang manajer, yaitu Jane bahkan tak bisa memberitahukan keberadaan si artis.
"Maafkan aku, Krist. Tapi Singto berpesan untuk tidak memberitahukan pada siapapun keberadaannya." Ujar Jane dengan penyesalan.
"Lalu, bisakah kau mengirim pesan padanya?" Tanya Krist pasrah.
Jane tampak berpikir sejenak sebelum menganggukkan kepala.
"Aku akan menulisnya di selembar kertas, kau bisa memfoto dan mengirimkannya. Supaya ia yakin jika itu aku." Imbuh Krist.
Krist menuliskan sesuatu lalu meletakkan cincin Singto ke atasnya, memfotonya sebelum memberikannya pada Jane.Jane merasa tersentuh membaca tulisan Krist, ia sudah tau apa yang terjadi setelah Singto menceritakan semuanya. Menurut Jane, kali ini akan lebih baik jika Krist tau kemana Singto pergi. Setidaknya, apa yang terjadi selanjutnya adalah keputusan yang terbaik untuk keduanya.
"Krist, sebenarnya Singto telah mendapatkan izin dari dokter untuk pergi dan memutuskan untuk terbang ke Jepang. Ia akan melanjutkan S2-nya disana." Ujar Jane saat mengantar Krist pergi pulang. Krist tertegun mengetahui itu. Ia tak bisa berkomentar, bahkan saat ia sudah di dalam mobil, ia tak tau apa yang harus dilakukannya.
Setelah mengetahui bahwa Singto telah pergi ke Jepang, Krist merasa hancur dan penuh penyesalan. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa membiarkan Singto pergi begitu saja tanpa mencoba memperbaiki kesalahannya. Dengan tekad yang baru, Krist memutuskan untuk mencari Singto dan berbicara dengannya.
Setelah sampai di apartemennya, Krist kembali menghubungi manajer Singto untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang keberadaan Singto di Jepang. Namun Phi Jane menolak memberikan detailnya tanpa ijin dari Singto.
"Aku akan mengirimkan pesan pada Singto, setelahnya aku akan memberi tahu jika kau datang mencari. Apapun keputusan Singto setelah itu, aku akan memberi tahumu segera. Aku harap kau mengerti dan menerima keputusannya nanti." Ujar Phi Jane saat Krist menghubungi melalui panggilan. Sejujurnya Krist ingin memprotes keputusan Jane, tapi setidaknya ini sudah lebih baik. Sebuah keberuntungan Phi Jane memberi tahu jika Singto pergi ke Jepang. Setidaknya ia tau jika pun harus mencari, ia harus pergi ke Jepang, bukan hanya mencari di Thailand.
.
.
..t.e.b.e.c.e.h.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of August (SK) (END)
FanfictionTau kan lagu August nya Taylor Swift? yap, Dan ini cerita aku buat setelah aku denger lagu itu... sumpah, itu tuh lagu bikin nyesek... Dan ini kali pertama aku nulis cerita di bantu sama Copilot dan Gemini, bener - bener ngabantu, tapi terlalu ka...