Krist dan Singto sering mengatur pertemuan rahasia di tempat-tempat yang jauh dari keramaian. Mereka biasanya bertemu di apartemen Singto atau di kafe kecil yang sepi. Setiap kali mereka bertemu, Krist merasa lega bisa berbicara dan berbagi perasaannya dengan Singto.
Singto benar - benar mampu memberikan kenyaman yang tak bisa Krist temukan di orang lain.
Namun, ia juga merasa bersalah karena harus menyembunyikan hubungan ini dari Mey.
Dan hari ini tepat tiga hari setelah pertemuan mereka bertiga di lokasi syuting, dan keesokan harinya Mey pergi untuk melakukan konsernya. Masih di awal bulan Agustus yang lembab. Hujan terus mengguyur sedari pagi, menyisakan udaran dingin yang menyelimuti Kota Bangkok.
Setelah syuting selesai hari ini, Krist dan Singto memutuskan untuk bertemu di apartemen Singto.
"Phi, aku lapar..." Ujar Krist pada Singto yang tengah membuat kopi.
Singto berbalik, memberikan wajah tampannya setelah beberapa menit membiarkan Krist menikmati punggungnya sebagai pemandangan.
Mau memesan makanan?" Tawar Singto, membuat Krist mengangguk antusias. Singto lalu memberikan ponselnya, membiarkan Krist memilih apa yang ia inginkan.
Seperti biasa, Krist akan memesan apa yang ia suka. Dan tentu saja ia tak lupa memesankan kesukaan Singto.
Sembari menunggu makanan datang, keduanya duduk di sofa sembari menikmati film di ruang tamu.
"Apple gadis yang cantik..." Ucap Krist memecah keheningan.
Singto langsung memfokuskan diri pada Krist disampingnya, "Kau menyukainya?"
"Aku?"
Singto mengangguk, siapa lagi disini selain dia? Hanya Krist yang ada dan ia yang menyebut nama Apple pertama kali.
"Mana mungkin, bukankah kau phi?" Krist melemparkan tatapan curiga.
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Kalian terlihat lebih dekat dari biasanya. Seperti kemarin?" Krist menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Singto tak mampu menutupi perasaannya, ia tersenyum begitu lebar sebelum melontarkan sebuah pertanyaa, "Kau cemburu?" Ayolah, Singto terlihat sangat bahagia hanya dengan mendengar rentetan pertanyaan Krist yang terlibat cemburu.
"Mana mungkin!" Sangkal Krist, namun Singto sangat yakin jika itu adalah dusta.
Singto menarik Krist kedalam pelukannya, "Jika aku menyukai Apple, mungkin aku tidak disini bersamamu sekarang. Dan tentu saja aku bersamanya?"
Krist tersenyum tipis mendengar ucapan Singto.
"Jangan berpikir macam - macam, Krist..." Tambah Singto sebelum ia berdehem dan kembali melanjutkan kalimatnya, "Seharusnya aku yang cemburu sekarang, Mey semakin dekat denganmu. Bahkan ia juga menjemputmu, mengurangi waktu kita bersama."
Sejenak keheningan kembali tercipta, sebelum Krist menghela nafas masih didalam pelukan Singto, "Aku merasa sangat lelah dengan semua ini, Phi Sing," kata Krist dengan suara pelan. "Aku tidak ingin berpisah denganmu, tapi aku juga belum bisa meninggalkan Mey."
Singto melonggarkan pelukannya, ia menatap Krist dengan penuh kasih sayang, lalu mengusap pipi Krist dengan lembut. "Aku mengerti, Krist. Aku mencintaimu dan tentu saja aku pun tidak ingin kehilanganmu," katanya dengan suara yang tenang namun tegas.
Singto kemudian menarik Krist ke dalam pelukannya sekali lagi, memberikan rasa nyaman yang sangat dibutuhkan oleh Krist.
Selesai dengan makan malamnya, mereka berdua duduk dalam keheningan sejenak, menikmati kehadiran satu sama lain, menikmati gerimis di malam hari melalui jendela besar apartemen.
Singto kemudian memecah keheningan. "Krist, aku tahu ini sulit untukmu. Aku tidak ingin menambah bebanmu, tapi pada akhirnya kau tetap akan di hadapkan pada pilihan. Aku pasrahkan semuanya padamu. Apa pun keputusanmu, aku akan menerimanya. Tapi tolong, jangan tinggalkan aku," katanya dengan nada penuh harap.
Krist menatapnya lembut, ia tahu bahwa Singto benar-benar mencintainya dan tidak ingin kehilangan dirinya. "Aku juga tidak ingin kehilanganmu, Phi Sing. Aku hanya berharap kita bisa menemukan cara untuk membuat semuanya berjalan dengan baik," jawabnya dengan suara bergetar.
Singto mengangguk dan mencium kening Krist dengan lembut. "Kita akan menemukan cara, Krist. Aku percaya padamu," katanya dengan penuh keyakinan.
Krist menangkup wajah Singto, mendekatkan wajah mereka hingga menepis jarak yang tersisa. Sebuah ciuman yang penuh dengan cinta dan keinginan untuk tetap bersama meskipun banyak rintangan yang harus dihadapi. Awalnya hanya sebuah kecupan, namun Singto yang menginginkan lebih menggunakan lidahnya untuk menarik lidah Krist, suara bibir yang saling bertaut dengan hisapan lidah yang berisik memenuhi ruangan.
Sebelah tangan Singto yang bebas mulai bergeliya pada tubuh Krist, "Kau tau aku menginginkanmu sekarang...." Bisik Singto membuat Krist semakin menginginkan lebih.
"As you wish, phi..." Ucap Krist.
Tangan Singto yang bebas mulai menyusuri tubuh Krist, melepaskan satu persatu kancing Krist dengan tidak sabaran. Sesekali ia melepaskan ciumannya, menghujani kecupan di setiap wajahh Krist, yang kemudian turun ke rahang dan sampai di leher.
Kecupan dengan nafas yang memburu mulai turun hingga dada, seolah minyak yang tersiram di atas api, membuat nafsu mereka semakin meningkat. Tanpa berpindah ke dalam kamar, Krist dan Singto melanjutkan apa yang telah mereka mulai.
Setelah memuaskan hasratnya malam itu, mereka menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang masa depan dan bagaimana mereka bisa menjaga hubungan mereka tetap rahasia.
"Tetap tinggal?" Tawar Singto sesaat setelah melirik ke arah jam dindingnya.
Krist mengangguk, "Aku ingin disini.." sebuah jawaban yang selalu ingin Singto dengar.
Singto, yang selalu memimpin, memberikan dukungan dan keyakinan kepada Krist. "Kita akan melalui ini bersama, Krist. Aku akan selalu ada untukmu," katanya dengan penuh kasih sayang.
Krist mengangguk dengan senyumannya, dada bidang Singto benar - benar nyaman untuk menjadi sandaran di kala malam.
"Hanya lihat aku dan kau akan menemukan apapun yang kau inginkan, katakan padaku dan aku akan memberikannya padamu, heum?" Lanjut Singto yang mengeratkan pelukannya, membiarkan Krist bergerak senyamannya.
Krist merasa sedikit lebih tenang setelah mendengar kata-kata Singto. Ia tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, tetapi dengan Singto di sisinya, ia merasa lebih kuat dan siap menghadapi apa pun yang akan datang.
Mereka berdua berbaring di sofa, saling berpelukan, menikmati momen kebersamaan yang langka dan berharga. Dalam kehangatan pelukan Singto, Krist merasa aman dan dicintai. Mereka berbagi canda tawa, saling bercerita tentang impian dan harapan mereka, hingga akhirnya tertidur dalam pelukan satu sama lain, merasakan kedamaian yang jarang mereka dapatkan.
.
.
..t.e.b.e.c.e.h.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of August (SK) (END)
FanfictionTau kan lagu August nya Taylor Swift? yap, Dan ini cerita aku buat setelah aku denger lagu itu... sumpah, itu tuh lagu bikin nyesek... Dan ini kali pertama aku nulis cerita di bantu sama Copilot dan Gemini, bener - bener ngabantu, tapi terlalu ka...