morning idea.

47 10 1
                                    

Pagi itu, di kosan yang dihuni oleh berbagai macam kepribadian, suasana terasa lebih hidup dari biasanya. Sebuah ide spontan dari Aksa menciptakan sebuah momen yang mengikat semua penghuni kos dalam kehangatan kebersamaan.

Hari Sabtu biasanya adalah waktu bagi penghuni kos untuk tidur lebih lama, tapi pagi itu berbeda. Aksa, yang sudah terbiasa bangun lebih awal, mengetuk pintu kamar satu per satu.

Jeevan dan Aldo, yang biasanya bangun paling siang saat weekend, saling melirik saat suara ketukan di pintu terdengar. Aldo, dengan matanya yang masih setengah tertutup, membuka pintu dan menemukan Aksa di sana, tersenyum lebar.

“Pagi kali ini kita jalan-jalan sambil naik sepeda. Ayo, bangun!” kata Aksa dengan nada semangat.

Aldo mengernyit. “Naik sepeda? Sekarang?”

“Ya, sekarang!” Aksa tertawa. “Udaranya lagi seger banget. Lagian kapan lagi kita bisa kumpul bareng kayak gini?”

Aldo hanya bisa mengangguk sebelum menutup pintu kembali untuk bersiap-siap. Jeevan, yang mendengar percakapan mereka, menggerutu sambil menarik selimutnya. “Aelah, masih ngantuk. Tapi kalau nggak ikut, bisa kena omel Aksa.”

Aldo tertawa kecil, “Ayok, sekali-sekali bangun pagi. Ini kesempatan kita buat seneng-seneng.”

Di kamar lain, Mal dan Rai juga mendengar ketukan Aksa. Mereka saling memandang, agak bingung, tapi akhirnya memutuskan untuk ikut serta. “Jalan-jalan pagi? Kayaknya seru juga,” ucap Mal sambil meregangkan tubuhnya.

Rai mengangguk pelan. “Gua cuma berharap nggak terlalu capek sih.”

Di depan kosan, satu per satu penghuni berkumpul. Ryan sudah siap dengan setelan olahraga, sedangkan Zre membawa botol air minum besar tapi kembali lagi ke kamar. Adit dan Zakky, yang biasanya sibuk dengan tugas kuliah, kali ini tampak lebih santai, siap untuk menikmati pagi.

Aksa mengawasi semuanya dengan senyum puas. “Gua cuma pengen kita semua lebih sering ngumpul. Mumpung hari ini cuacanya lagi bagus, kita keluar bareng.”

“Kamu emang punya ide-ide yang aneh tapi seru, om,” ujar Kak Acel sambil tertawa. “Ini bagus banget, sesekali kita emang butuh waktu untuk santai bareng-bareng.”

Tak lama kemudian, Rafael Atmadeva Al-Khazini dan Ahmad Azka Al-Khazini, yang biasa dipanggil Rafa dan Azka, muncul dari pintu kamar mereka. Azka menguap lebar sambil menyisir rambutnya yang berantakan. “Kenapa kita gak tidur lagi aja, sih? Masih ngantuk gua.”

"Yaelah bang,” jawab Rafa sambil menepuk punggung Azka. “Kapan lagi kita bisa ngumpul semua? Om Aksa udah nyiapin semuanya, jadi ayo nikmati aja. Kita tinggal berangkat ini."

“Bener tuh,” kata Zre, yang baru keluar dari kamar dengan sepatu olahraga yang baru dipakainya. “Kadang kita malah sibuk sendiri-sendiri, ini momen bagus buat saling lebih dekat sebelum balik jadi pada sibuk lagi."

Perjalanan bersepeda dimulai dengan Aksa yang memimpin, namun dengan cepat mereka semua mulai menikmati perjalanan sesuai ritme mereka masing-masing. Aldo dan Jeevan bercanda sambil bersepeda, mereka ber atraksi beberapa kali . “Lihat nih Al, bisa gak lu kaya gini," seru Jeevan sambil mengkayuh sepedahnya sambil melepas kedua tangannya.

“lu kira lu doang yang bisa Jae!” balas Aldo dengan senyum lebar, lalu dia ikut melakukan hal yang Jeevan lakukan.

Sementara itu, Zre dan Ryan, yang lebih suka kecepatan, melaju di depan, sesekali menunggu yang lain. “Kayaknya kita harus pelan-pelan dikit nih,” kata Ryan sambil menoleh ke belakang. “Yang lain bakal ketinggalan jauh kalo kaya gini,”

“Biarin aja mereka,” jawab Zre sambil tersenyum. “Nanti juga mereka nyusul sendiri.”

Di belakang, Fiona, yang agak baru dalam bersepeda, sedikit kesulitan menyesuaikan diri. Mal, yang melihat ini, memperlambat laju sepedanya untuk menemani Fiona. “Jangan buru-buru, Dek. Pelan aja, kita nggak dikejar waktu kok. Santai.”

De NobisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang