Grateful.

41 10 5
                                    

Pagi itu, sinar matahari menembus celah-celah jendela kamar Jeevan, membangunkannya dari tidur. Dengan sedikit enggan, ia membuka mata dan menatap langit-langit kamar. Meskipun hari masih pagi, ia bisa merasakan kehangatan yang mengalir di dalam rumah kos mereka, tempat yang selama ini sudah menjadi rumah keduanya.

Jeevan Arsyanendra, atau biasa dipanggil Jae oleh teman-temannya, adalah seorang mahasiswa yang sibuk di Fakultas Otomotif. Kehidupannya di masa kecil cukup sulit; kedua orang tuanya meninggal ketika ia berusia 10 tahun dalam sebuah kecelakaan tragis. Namun, dalam kepedihan itu, ia menemukan harapan baru ketika orang tua Aldo, sahabat lamanya, memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak mereka. Sejak saat itu, ia hidup bersama Aldo dan keluarganya, menganggap mereka sebagai keluarganya sendiri.

Pagi itu, Jeevan bangun sedikit terlambat dibandingkan biasanya. Ia segera bersiap-siap untuk memulai harinya. Setelah cuci muka dan berpakaian, ia turun ke ruang tamu kosan. Di sana, ia menemukan Aldo yang sudah duduk di meja makan sambil menikmati sarapan dan membaca sesuatu di laptopnya.

"Lo bangun siang banget, Jae. Udah mau berangkat kampus?" tanya Aldo tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Iya, gue kebablasan tidur tadi malam. Tugas kuliah lo udah selesai?" jawab Jeevan sambil mengambil roti dari meja makan.

"Udah kelar. Gue mau nyicil tugas lain sekarang, biar nggak numpuk," Aldo menjawab sambil tersenyum tipis.

"Lo ada kelas jam berapa, Do?" tanya Jeevan sambil duduk di seberang Aldo.

"Kelas gue mulai jam sepuluh. Lo?"

"Gue jam delapan. Jadi gue berangkat duluan, kayaknya," jawab Jeevan sambil mengunyah rotinya.

Sejenak, mereka larut dalam kesibukan masing-masing. Tak lama kemudian, Jeevan bangkit dari kursinya dan bersiap untuk pergi ke kampus. Dia mengenakan jaket hitamnya dan mengambil helm yang tergantung di dekat pintu.

"Nih, gue duluan ya. Lo jaga diri, Do," Jeevan berkata sambil mengangkat helmnya.

"Iya, lo juga hati-hati di jalan, Jae," balas Aldo dengan nada tenang.

Jeevan pun melangkah keluar dari kosan, mengendarai motornya menuju kampus. Ia melaju dengan kecepatan sedang, menikmati angin pagi yang menerpa wajahnya. Kampusnya, Fakultas Otomotif, terletak cukup jauh dari Fakultas Sistem Informasi tempat Aldo menimba ilmu. Namun, meskipun mereka berada di fakultas yang berbeda, ikatan antara Jeevan dan Aldo tetap tak tergoyahkan.

Di kampus, Jeevan bertemu dengan beberapa teman sekelasnya, salah satunya adalah Rizal, teman dekatnya di fakultas.

"Jae! Udah siap buat praktikum hari ini?" tanya Rizal sambil menepuk pundak Jeevan.

"Siap banget, bro. Gue nggak sabar buat ngerjain proyek kali ini," jawab Jeevan dengan semangat.

"Kita bakal kerja keras nih. By the way, Aldo gimana? Gue denger dia sibuk banget di fakultasnya," Rizal bertanya sambil berjalan di samping Jeevan.

"Aldo? Ah, dia baik-baik aja. Sibuk banget sama tugas-tugasnya, tapi dia selalu bisa ngatur waktu. Gue kadang heran sama dia," jawab Jeevan sambil tersenyum.

Setelah selesai dengan aktivitas di kampus, Jeevan kembali ke kosan dengan perasaan lelah. Namun, begitu ia memasuki rumah kos, ia disambut dengan aroma masakan yang lezat dari dapur. Nachel, salah satu penghuni kos yang selalu peduli pada mereka, sedang memasak makan malam.

"Jae, udah pulang? Capek ya?" sapa Nachel sambil tersenyum hangat.

"Capek banget, Kak. Tapi ngeliat masakan Kak Acel, rasa capek aku langsung hilang," jawab Jeevan sambil tersenyum lebar.

De NobisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang