IV : TERLAMBAT

202 24 1
                                    


Di dalam kamar dengan kondisi yang acak-acakan, terdapat seorang gadis yang sedang tergesa-gesa bersiap untuk pergi ke kantor.

Dengan heboh Lisa berlari kesana kemari mencari barang yang akan dia bawa ke kantor. "Hari pertama diriku memasuki kantor sebagai Lisa dan sekarang malah telat, bodoh!" umpatnya. Dengan berlari Lisa menuruni tangga untuk menuju pintu keluar. Kegaduhan yang ditimbulkan oleh Lisa membuat Agam dan Anindya menatap kearahnya.

"Lisa, sarapan dulu, nak!" tegur Anindya saat melihat putri semata wayangnya dengan tergesa memakai pantofelnya. "Aku sarapan di kantor saja, bu. Udah telat!" seru Lisa. Bagaimana tidak telat, dirinya bangun jam 07.30 sedangkan sebelum jam 08.00 para karyawan Ganendra Group sudah harus stand by di kantor. "Aku pamit! Sampai jumpa sebentar, ayah ibu!"

Agam dan Anindya dibuat geleng-geleng kepala akan tingkah anak gadis mereka. Tapi tumben sekali Lisa telat ke kantor, pikir mereka. "Ayah, apa perasaan ibu saja tentang anak kita yang berubah?" tanya Anindya pada Agam. Agam yang dilempari pertanyaan seperti itu juga merasakan hal yang sama.

Mereka jelas tau jika putri semata wayang mereka itu sangat tidak ingin terlambat karena ingin menjadi yang pertama menyambut Wistara di kantor.

Namun Agam menepis pemikiran itu dan meyakinkan istrinya. "Lisa kita tak berubah, sayang. Dia hanya begadang saja makanya bisa telat" ujar Agam. Anindya pun merespon perkataan suaminya dengan anggukan, tapi hatinya masih tetap pada keyakinannya; putrinya memang berubah.

Waktu telah menunjukkan pukul 08:15 dan Lisa belum juga tiba di kantornya. Dirinya dibuat cemas akan hukuman yang nantinya akan diberikan oleh atasannya. "Pak, bisa lebih cepat? Saya sudah terlambat" ucap Lisa setengah memelas pada sopir taxi. Sang sopir pun menambah kecepatan kuda besinya itu agar sang penumpang bisa tiba dengan segera di tempat tujuannya.


Tak berselang lama Lisa pun tiba di kantor. Dengan tergesa, Lisa berlari keluar dari taxi setelah membayar biaya perjalanannya. Langkah kakinya dengan cepat berlari masuk berharap dirinya bisa lolos dari hukuman. Namun sayang, dewi keberuntungan tak berpihak padanya. 20 meter dari jarak Lisa berlari, sudah ada bagian kedisiplinan yang berdiri kokoh menunggu karyawan yang terlambat.


"Hei yang disana! Jangan kabur!" Yap, Lisa berusaha melarikan diri tapi keburu dilihat oleh salah satu divisi kedisiplinan. Karena sudah ketahuan Lisa menjadi pasrah. Dengan langkah lesu Lisa berjalan menuju ke arah orang yang memanggilnya.


Lisa disuruh berbaris bersama dengan para karyawan lain yang terlmbat. Dengan patuh Lisa berbaris bersama dengan para karyawan. Pria di samping Lisa menatap Lisa dengan gemas.

Siapa yang tidak gemas, Lisa menampilkan ekpresi seperti mau menangis karena takut dihukum. "Hei, santai saja. Kita tidak akan disuruh push up atau berlari" ucap pria tersebut. Lisa yang mendengar ucapan itu makin lesu dengan wajah yang makin menekuk kebawah.


Dia ingat betul, dalam novel "Cinta Murni Vanda" terdapat adegan dimana salah satu tokoh figuran pria kedapatan terlambat, memang dia tak disuruh berlari, push up, atau membersihkan toilet. Namun dirinya mendapat hukuman lain, dimana pekerjaannya akan bertambah 2x lipat dari yang seharusnya.


Akibatnya tentu saja si figuran itu menjadi lembur 2 hari di kantor dan berujung sakit. Membayangkan dirinya akan mendapat pekerjaan 2x lipat membuat Lisa stress. Siapa yang suka mendapat pekerjaan 2x lipat dari yang semestinya?!


"Kata-katamu itu tidak membantu sama sekali untuk membuatku lega" ucap Lisa dengan lesu. Mendengar tanggapan Lisa malah membuat pria itu makin gemas padanya. Tanpa diduga pria tadi menunduk, mendekati tubuh Lisa dan berbisik tepat pada telinganya. "Gavriel Paramudya, itu namaku"


Lisa teringat akan figuran lain yang jatuh pada pesona Kirana, Gavriel. Gavriel merupakan lelaki tampan lainnya yang bekerja di perusahaan milik Wistara. Memang, selain terkenal karena perusahaan terkemuka dengan sosok pemimpin muda yang sukses, Ganendra Group juga terkenal karena hobi mengoleksi karyawan dengan visual diatas rata-rata.


Gavriel Paramudya, dia juga merupakan salah satu pembenci Lisa karena perlakuan Lisa pada Kirana. Jika Wistara melukai fisik dan hatinya, Gavriel malah menghancurkan mentalnya.

Dengan keji Gavriel menjebak Lisa dengan memberinya obat perangsang dalam minuman beralkohol. Lisa yang saat itu sedang patah hati karena Wistara lagi dan lagi memilih Kirana akhirnya melampiaskan emosinya di sebuah club malam. Tanpa sengaja Gavriel melihat Lisa disana dan langsung melancarkan aksinya.

Disana, Lisa dilecehkan dengan tidak wajar oleh orang suruhan Gavriel yang berjumlah 7 orang. Berkat kejadian itu akal sehat Lisa semakin terkikis. Beruntung Lisa tidak sampai hamil.


Mengingat alur novel menyeramkan itu membuat bulu halus pada tubuh Lisa merinding. Secepat kilat Lisa berlari, menjauhi barisan manusia yang sedang menunggu hukuman itu. Dirinya tak peduli, pokoknya dia harus menjauh sejauh mungkin dari orang-orang yang berpotensi menjahatinya.


Lisa berlari tak tentu arah sambil menegok ke belakang, takut jika Gavriel mengejarnya. Akibatnya Lisa menabrak seseorang dan membuat dirinya jatuh terduduk dilantai. "Sshh.. sialan, mengapa hari ini aku sial sekali.." lirih Lisa. "Dimana sopan santunmu, nona?" ujar orang yang Lisa tabrak.

Mendengar suara itu Lisa lantas mendongakkan kepalanya, menatap orang tersebut. Dirinya lagi-lagi dibuat terpana akan visual dari orang itu. Tubuhnya yang tinggi dengan bentuk tubuh tegap dan proposional, wajah putih mulus tanpa noda, rahang yang tajam, dengan mata elang yang seakan bisa menelanjangi Lisa.


Sadar akan sesuatu, Lisa lantas berdiri dengan panik. "Wistara?" tanya Lisa dengan terkejut. Orang itu nampak heran dengan Lisa, apa-apaan reaksi sok terkejut itu? Bukan kah dia selalu mengejarku bak orang gila? Pikirnya.

Melihat keterdiaman dari orang itu disertai dengan barisan karyawan yang berjejer di belakangnya membuat dugaan Lisa makin kuat. Tak salah lagi, dia Wistara.


Wistara yang melihat tingkah aneh dari wanita dihadapannya ini dibuat heran. Tidak seperti biasanya, wanita itu hanya terdiam memandangi Wistara dengan takut, seperti melihat dewa kematian. "Cepat kembali keruanganmu, nona!" ujar Pak Herman, salah satu orang di barisan itu yang menyuruhnya untuk enyah dari hadapan Wistara. Mendengar seruan itu dengan secepat kilat Lisa berjalan menjauh dari hadapan mereka.


Melihat Lisa yang berjalan menjauhinya semakin membuat Wistara bingung. "Trik apa yang sedang dia mainkan kali ini" gumam Wistara. Dengan acuh Wistara berjalan, kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat tujuannya.















Segini dulu yaa..
Sorry aku lagi hectic banget di rl akuu huhu..
Ditunggu kelanjutannya yaa gaiss •^.^•

Lisa Become The Main In This TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang