VII : BERTEMU (2)

612 61 1
                                    


Wistara tidak tau apa yang salah dari dirinya. Saat melihat bibir milik Lisa, kewarasan Wistara seakan hilang dari permukaan.

Apalagi saat bibirnya dan bibir Lisa menyatu dan saling mengecap, kewarasan Wistara hilang. Hal yang baru dia rasakan selama lebih dari 28 tahun itu mampu mengalahkan kewasarannya.

Saat sedang asik merasakan rasa manis pada bibir Lisa, Wistara dibuat kesal karena Lisa malah mendorongnya, melepaskan pangutan memabukkan itu. Wistara belum menyadari kehadiran Kirana.


Dirinya baru menyadari kehadiran gadis itu saat ia mendengar suara milik Kirana. Awalnya Wistara merasa marah karena aksinya diganggu, tapi saat mengetahui jika yang mengganggu mereka adalah Kirana, ia langsung merasa bersalah.



"Karena wanita yang anda cintai sudah hadir disini, saya pamit kembali ke ruangan saya, pak" pamit Lisa mengagetkan Wistara. Belum cukup Kirana yang membuat Wistara kelabakan oleh rasa bersalah, sekarang Lisa yang makin membuat perasaan Wistara campur aduk.


Tanpa menunggu persetujuan Wistara, Lisa segera berjalan keluar dari ruangan milik Wistara. Lisa akhirnya berpapasan dengan Kirana, namun apa peduli Lisa? Dirinya dengan acuh berjalan melewati Kirana.


Setelah kepergian Lisa, Kirana malah masuk, berjalan menuju Wistara. Wajah lugu nan polos milik Kirana mampu membuat siapapun yang melihatnya pasti terpesona.

Itu yang Wistara rasa saat pertama kali bertatapan dengan Kirana. Namun sekarang yang ada dalam benaknya hanyalah wajah Lisa beserta dengan kelembutan dan kemanisan bibirnya yang baru saja Wistara rasakan.


"Apakah sekarang kau sudah melabuhkan hatimu padanya, Tara?" Tanya Kirana dengan lembut. Bukan tanpa sebab dirinya bertanya seperti itu pada Wistara.


Dari awal bertemu Wistara selalu meratukan dirinya, membuat Kirana terbuai meski tak sampai melabuhkan hatinya pada Wistara. Kirana tau, orang sepertinya tak pantas bersama sosok seperti Wistara. Kejadian tadi membuktikan jika Kirana harus mundur. Dia bukan wanita yang gila pria kaya dan rela melakukan segala upaya untuk mendapatkannya.



Keterdiaman Wistara seperti secara tak langsung membenarkan pertanyaan Kirana. "Tara, saat bersamaku kau tidak seperti itu. Jika memang dia adalah pilihanmu, aku tak apa. Sedari awal kita tidak terikat hubungan apapun, kan?" ujar Kirana.


Ucapan kirana barusan mampu menarik atensi Wistara untuk menatapnya. "Apa maksudmu?" tanya Wistara tidak mengerti.

Wistara sekarang sedang meyakinkan dirinya bahwa Kirana adalah wanitanya, wanita yang dia dambakan, bukan Lisa. Wistara masih menolak fakta jika Lisa berhasil mengambil kendali hati dan juga pikirannya.


"Tara, berbahagialah" jawab Kirana dengan senyum teduh yang mampu membuat Wistara terenyuh. "Kau pantas bahagia bersama wanita pilihan hatimu. Kejar dia, sebelum kau menyesal, Tara" lanjut Kirana. Tanpa menunggu lama, Kirana membungkuk lalu berjalan keluar dari ruangan Wistara.


Dalam ruangannya, Wistara membeku. Dia memikirkan kata yang keluar dari mulut Kirana. Wistara itu pintar, dirinya bahkan lulus dari universitas terbaik di dunia dalam kurun waktu 3,5 tahun dan mendapat gelar cumlaude.

Tapi apa ini, mengapa kata sederhana yang diucapkan Kirana membuat dirinya kelimpungan memikirkannya bahkan sampai sakit kepala seperti ini?




Jika Wistara sedang dilanda sakit kepala, lain halnya Lisa yang sepanjang jalan menggerutu tidak jelas. Dirinya kesal karena Kirana mengganggu sesi enak antara dirinya dengan Wistara. "Wistara pasti sedang memohon pada Kirana untuk tidak meninggalkannya dan mengatakan jika ia mencintai Kirana, cih" gumam Lisa dengan kesal.


Saking terlarut dalam umpatan dan cacian untuk dua sejoli tadi, Lisa malah menubruk tubuh seseorang. Untung dirinya dan orang itu tidak sampai terjatuh. Menyadari kesalahannya, dengan menyesal Lisa meminta maaf pada orang tersebut.


"Sialan, kenapa Wistaraku masih mempekerjakan orang seperti ini disini" umpat orang itu. Lisa yang merasa diumpati pun menjadi semakin kesal. Bangsat, akan kurobek mulut mu itu, batin Lisa.

Dia belum melihat rupa dari orang yang dia tabrak karena dirinya menundukkan wajahnya sebagai bentuk penyesalannya. Namun, kata Wistaraku yang diucapkan oleh orang itu membuat Lisa penasaran.



Di dalam novel, yang memanggil Wistara dengan sebutan seperti itu hanya Vanda. Jadi apa orang ini adalah Vanda si antagonis itu?, batin Lisa menerka.


Tanpa membuang waktu, Lisa segera mengangkat wajahnya guna melihat rupa orang dihadapannya. Dan boom! Benar dugaannya, wanita dihadapannya sekarang merupakan Vanda.

Wanita dengan rambut coklat sedikit pudar dengan dagu yang agak lancip disertai dengan gaya berpakaian yang glamour, itu ciri Vandana yang disebutkan dalam novel.


"Minggir dari hadapanku, sekarang!" ujar Vanda dengan kesal. Dirinya sudah sangat ingin bertemu pujaan hatinya tapi wanita rendahan ini malah menghadang jalannya.

Lisa pun menuruti permintaan Vanda. Setelah jalannya sudah tak dihadang oleh Lisa, Vanda segera berjalan menuju ruangan Wistara.

Lisa pun kembali melanjutkan langkahnya sambil menyusun rencana untuk membalaskan dendamnya karena si tokoh antagonis sudah muncul. "Tunggu, sebentar lagi kehancuranmu akan segera datang menghampirimu, Vanda sayang" gumam Lisa dengan seringai menyeramkannya.





















Makin hari makin pendek, ide aku buntu gaisss huhu :(
Maaf yaaa🥹

Lisa Become The Main In This TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang