[80] Ketika Suami-Istri Satu Frekuensi

9 3 0
                                    

Kemenangan telak jelas berada ditangan Anya. Sebagai penguasa segala elemen kehidupan di bumi, ibu muda beranak 2 itu berhasil mengalahkan sahabat suaminya.

Hoho-Hoho!

Tentu saja semua terjadi bukan atas kekuatannya sendiri. Kemenangan tersebut ada berkat bantuan tak kasat mata Kamarudin.

Dibalik diamnya suami Anya itu, matanya menyorot tajam Alexiz— Mengirim sinyal ancaman, dimana sahabatnya tak dirinya perkenankan untuk melakukan serangan balasan. Alexiz yang berotot harus rela menjadi samsak hidup sang ibu muda.

Betapa malangnya Alexiz. Sahabat yang dahulu selalu bersikap netral, kini mengikrarkan diri sebagai budak cinta pasangan hidupnya. Kamarudin lebih memilih Anya— wanita yang bahkan baru satu tahunan ini mendampingi dirinya.

Beruntung tangis Kamasea menginterupsi kebrutalan ibunya. Jika saja bayi cantik itu tidak menangis, Kamarudin Hasan akan benar-benar kehilangan sahabat karibnya.

Pasalnya, Anya sudah seperti kerasukan arwah tentara perang. Pukulannya tak melambat sedetik pun, seolah menganggap Alexiz seorang penjajah, yang patut untuk dihabisi.

"Hell! Pergi kemana brother gue yang always rasional, huh?"

"Nowhere!" jawab Kamarudin sembari mengulurkan waslap berisikan pecahan es batu ke tangan Alexiz.

"Bercandaan lo yang kelewatan."

Alexiz memiringkan kepalanya. Ia tidak merasa sedang bercanda dan hal tersebut dirinya ungkapkan kepada sang sahabat.

"Harusnya nggak gue tahan-tahan Anya tadi."

"CK! Come on! Lo untung kali punya mantu kayak gue, Kam."

Kamarudin melirik pintu kamarnya yang tertutup. Jangan sampai istrinya tiba-tiba keluar. Ia tak akan bisa memastikan keselamatan Alexiz jika perempuan itu mendengar kata-kata sahabatnya.

"Bukan untung, tapi buntung."

"I'm filthy rich," Alexiz merekahkan kedua tangannya. "Anak lo pasti nggak beda jauh sama emaknya. Lo butuh dana yang gede buat gedein cucu konglomerat."

Kamarudin menguap. Alexiz mengatakan sesuatu yang tidak perlu. Tanpa bantuan sahabatnya pun, ia bisa memenuhi segala kebutuhan Kamasea. Kakek dari ibunya memiliki kekayaan yang tidak main-main.

"Bangkotan kayak lo nggak mungkin bisa bikin anak gue kesemsem."

Ketika putri tercintanya dewasa, Kamasea akan menjadi gadis paling diminati. Wajahnya yang cantik serupa mamanya, sudah pasti menjadi daya pikat utama sang putri.

"Sea nggak bakalan tertarik sama sugar daddy banyak keriput."

Rahang Alexiz terjatuh. Mulutnya menganga lebar. Kalimat itu adalah kata-kata yang Anya tekankan padanya saat berlangsungnya penganiayaan.

"Mending lo stop ngayal! Tangan gue gatel pengen nonjok."

"Dasar Mak-Bapak posesif! Awas aja kalau lo pada ntar nyesel."

Tidak akan!

Orang tua mana yang akan menjerumuskan anak tercintanya. Alexiz bukanlah pria baik meski bibit, bebet dan bobotnya jelas. Kalau pun Alexiz akan menjadi satu-satunya laki-laki di dunia, lebih baik Kamaseanya yang cantik mati tanpa pernah merasakan indahnya cinta.

"Enaknya gue nginep dimana ya, Kam?"

"Mana aja asal bukan rumah gue!" Padat, singkat dan jelas. Kamarudin tak mau diusir keluar dengan tidur bertemankan guling kamar lain. Menerima Alexiz untuk menginap sama saja bunuh diri.

Dosen Kampret itu Suamiku!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang