Guys, aku kan udah rajin up nih,
jadi bolehlah kalau aku minta kalian rajin komen😁Jadi kecepatan up ku tergantung ramenya komen kalian yaaa
Kalian bisa kasih saran terkait cerita ini
Selamat membaca
Resha tersenyum lebar sembari menatap pantulan dirinya di cermin. Ia merasa bahwa dirinya kini menjadi semakin tampan. Jadi, mungkin wajar kalau sekarang banyak gadis di sekolah yang dengan terang -terangan menyatakan perasaan padanya.
Tapi jujur saja, Resha tidak pernah tertarik karena yang ada di otaknya ia hanya menginginkan kebahagiaan bersama kakaknya.
"Gue aja tiap hari masih minta dimanja sama Abang masa iya punya pacar, yang ada diketawain."
"Pecah tuh kaca lama-lama." Gibran meledek sembari merapikan barang-barangnya.
Pagi ini cowok itu sudah berpenampilan rapi dengan setelan baju santainya. Sepertinya Gibran akan mengunjungi restoran peninggalan Mamanya yang kini sudah beralih menjadi miliknya.
Resha yang diledek tidak marah. Bahkan anak itu kini berjalan mendekati Gibran,lalu memeluk kakak kandungnya dengan erat. Bahkan sangking eratnya sampai-sampai Gibran kesulitan bernafas.
"Abang jangan sakit ya," ucap Resha. Entah kenapa kini wajahnya tak seceria tadi. Kalau begini Gibran merasa bersalah. Apakah ledekannya membuat Resha sedih?
"Siapa juga yang sakit."
Gibran menjawab ketus. Namun melihat bagaimana Resha yang enggan melepaskan pelukannya membuat Gibran mengusap punggung anak itu perlahan.
"Kamu kenapa?" tanya Gibran.
Jika Gibran sudah mengganti bahasanya dengan kata 'kamu' atau memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'abang' artinya cowok itu sedang berbicara serius dengan Resha.
"Nggak kenapa-napa. Resha cuman nggak mau Abang sakit. Resha kan cuman punya abang doang di dunia ini." Remaja itu menitikkan air matanya tanpa sadar.
Gibran tersenyum teduh. Cowok brengsek yang pernah menjadi pembunuh itu melepas pelukan mereka dan menatap manik sang adik dengan tulus.
"Sama kok. Abang juga cuman punya Resha. Jadi kamu jangan sampai kenapa-kenapa juga. Asal kamu tahu, abang mu ini bisa gila kalau kehilangan kamu."
Resha terkekeh meski kini wajahnya dihiasi air mata. Ucapan Gibran selalu bisa menenangkan perasaanya dan yang paling penting, Gibran tidak pernah berbohong padanya jadi Resha selalu mempercayai apa yang cowok itu katakan.
"Abang, Resha minta uang buat kerja kelompok."
Gibran yang semula berniat ingin berbicara banyak hal, kini merengut kesal. Tahu begini, tadi ia biarkan saja Resha khawatir sendirian. Tak perlu ditenangkan.
"Kalau mau minta uang bilang aja kali,nggak perlu nangis," ketus Gibran lalu mengambil uang cash yang ada di saku belakangnya.
Resha tersenyum lebar menerima uang bernilai 50.000 itu. Itu akan menjadi uang tambahannya hari ini. Lumayan kan, padahal Resha hanya minta uang untuk iuran tapi sepertinya Gibran sedang tidak pelit hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
WITH GIRESHA | GIRESHA 2
Ficção Adolescente"Penerus Alvares itu semakin agresif setelah melihat saudaranya diambang kematian, gue bahkan gak bisa membayangkan apakah ini awal kehancuran atau bersatunya mereka." Sifat Resha benar-benar jiplakan Gibran. Mereka sama-sama mematikan dan Resha mem...