LIMA BELAS

313 37 8
                                    

"Dari mana kamu belajar hal-hal seperti ini?" Tidak lain tuturan bertafsir tajam lah yang dilayangkan. Mungkin rasa kesal itu masih mencolok dalam hati—belum sirna penuh meski kaki sudah menginjak area helipad gedung Ralarash. "Lamiyra?" panggilnya lagi—sebab, diperhatikan Keth, wanita itu luar biasa santai, malah tak acuh mencelupkan potongan sea cucumber bersama cairan kental saus gurih abalone.

Mereka berdua menempati ruangan paling tertutup di lantai enam puluh tiga. Area utama paling eksklusif—hanya dipersilahkan kepada mereka yang terakrab, boleh menikmati hidangan Cantonese sambil berbincang ditemani lansekap gedung-gedung pencakar langit sekitar.

"Miyra?"

"Oh, Tuhan. Sebentar Keth, tolong aku sedang lapar." Lamiyra mengangkat intonasi suara selagi mengunyah irisan kulit garing peking duck dan pancake tipis. Tidak peduli kalau lelaki itu di seberang sana mengulas ekspresi sangat jengah. Tab yang disuguhkan dibalik Keth hingga menghadapnya lagi. "Dari mana? Hoo—ya dari mana-mana saja lah," jawab Lamiyra sembarangan. Menghabiskan segelas air dingin usai itu—perutnya dirasa jauh lebih nyaman saat ini.

"Kamu tahu hal-hal seperti ini ilegal, kan?"

"You're not stupid for leaking them to the public."

"Don't tell, you're related to Michal Newlands?"

Michal Newlands is the son of the owner of Ralarash. Both of them know him well from their time at ACSJ, and they used to be in the same group for the yearly summer trips to Helsinki.

"Please, is it important?" Lamiyra jengah diberondol pertanyaan-pertanyaan menyelidik—bahkan untuk sekarang, tidak penting sama sekali. Tidak penting darimana, koneksi seperti apa ia bisa mengakses kamera di lantai enam puluh dua dan memberikan hadiah—bahan paling berguna untuk lelaki itu. "Setidaknya ini bahan tercukup untuk memukul mundur Golba dan membuat mereka jadi stop berkeinginan menjerat kamu. Ya—meskipun kamu lucu-lucu juga, malah menyambut ciuman Francesca di lain waktu. Quite understandable, lah, considering she's insanely pretty. Tipe kamu yang seperti dia ya, ternyata?"

Keth tersenyum manis. Menyimpan dua tangannya di atas meja sekaligus melempar kerlingan usil untuk Lamiyra. "Sayangnya dia adalah alat Golba. Ah, to be honest, those last kisses were really addictive," jelasnya jujur.

Dan wanita itu bergidik jijik. Kemudian lirikan mata kembali dipatri di tabnya—Lamiyra mual. "Istrinya Soesatyo memang selalu bergaya seperti ini ketika di luar?" tanyanya berpura-pura.

"That's his secretary, bukan istrinya." Keth mengurai.

"Right. Well, this woman is way too young." Lamiyra melanjutkan. "Besar juga nyalinya berani fine dining publik. Bagaimana kalau ada yang menangkap mereka selain kita? Atau keluarganya sudah lama tahu?" Ia mendesis keheranan. Tersenyum kecut menyaksikan lebih banyak adegan tak senonoh antara si tua bangka dan wanita muda yang berulang kali mengecup tanpa henti. Tak tahu malu, sudah bau tanah masih saja gatal. "Bayangkan semarah apa Francesca dan Ibunya kalau ada yang mengetahui kartu mujarab mereka. Oh—jangan lupakan si Tom Ginantra, kabar burung akan terjun di Pilkada nanti. Basis suaranya cukup kuat dan mereka sangat-sangat menjaga nama keluarga sampai akhir Pilkada berlangsung. Best thing is, with this footage, you can give them shock therapy."

Sulit dijabarkan mengenai kisah kedekatan erat antara Tom dan Soesatyo. Singkatnya Tom adalah pesuruh—pemikir handal untuk segala pergerakan grup Golba. Meski secara garis keturunan tidak mewarisi Golba sepenuhnya, namun posisi yang ditempati Tom sudah sangat-sangat strategis. Lima belas tahun bergelar dewan wakil rakyat, benar-benar menciptakan kemakmuran yang luar biasa untuk dirinya dan juga Golba.

Great WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang