04: "Kilasan Masa lalu"

2 2 2
                                    

Hai

Enjoy🤍
•••

"Dalam setiap kilasan masa lalu, tersembunyi jawaban yang belum terungkap."

•••

Happy Reading🌷

•••

Di Sebuah Kafe Kota Gama

Kafe kecil yang terletak di sudut jalan Kota Gama itu dipenuhi aroma kopi yang menyegarkan, bercampur dengan bunyi lembut alunan musik jazz yang mengalir dari pengerasan suara di sudut ruangan. Lampu gantung dengan cahaya temaram menambah kesan hangat, meski sore di luar cukup mendung. Analisa duduk sendirian di meja dekat jendela besar, mengenakan blazer panjang berwarna coklat kesukaannya, berpadu dengan jeans biru pudar. Secangkir kopi susu terletak di hadapannya, asapnya mengepul tipis ke udara.

Ia meraih cangkir itu perlahan, membiarkan hangatnya kopi meresap ke telapak tangan yang dingin. Sesaat, matanya terpancar pada butiran hujan kecil yang mulai membasahi kaca jendela. Di tengah ketenangan itu, pikiran melayang, membawa kembali kenangan yang sudah lama ia sembunyikan di sudut hati.

Enam tahun yang lalu...

Suasana sore di taman terasa berbeda. Analisa yang masih berusia sebelas tahun kala itu, duduk di bangku kayu bersama Katherine. Di bawah langit yang mulai memerah, kedua sahabat itu tertawa bersama, suara riang mereka mengisi udara di antara desiran angin yang menerbangkan dedaunan musim gugur.

"Lihat, Analisa! Dedaunan ini kayak emas yang berterbangan!" seru Katherine sambil mengangkat segenggam daun kering dan melemparkannya ke udara. Tawa ceria gadis itu menggema, seolah dunia hanya milik mereka berdua.

Analisa tersenyum, memandang Katherine dengan kagum. Katherine selalu ceria, selalu punya cara untuk membuat dunia terasa lebih hidup. "Iya, kayak di negeri dongeng," jawab Analisa, suaranya lembut. Ia mengambil daun yang jatuh di pangkuannya dan memainkannya dengan jari-jarinya.

Katherine kemudian menoleh, menatap Analisa dengan senyuman yang perlahan memudar, berubah menjadi serius yang jarang terlihat. "Analisa, nanti kalau kita sudah besar... kita nggak akan berubah kan? Kita bakal tetap kayak gini?"

Pertanyaan Katherine membuat hati Analisa terhenti sejenak. Tangan kecilnya meremas dedaunan yang mulai rapuh di genggamannya. "Kenapa kamu ngomong kayak gitu?"

Katherine menunduk, menggigit bibir bawah. "Nggak tahu, cuma ngerasa aja... dunia bisa berubah, orang juga berubah. Tapi aku tidak mau kita berubah."

Analisa meraih tangan Katherine, menggenggamnya erat. "Aku janji. Kita bakal selalu bareng. Kamu dan aku."

Oleh karena itu, dua gadis kecil itu saling berjanji tanpa tahu betapa banyak hal yang akan terjadi di masa depan-hal-hal yang akan mempertegas persahabatan mereka, mengguncang keyakinan mereka pada satu sama lain.

Tiba-tiba, gambar-gambar masa lalu melintas kembali lagi di benaknya, membawanya kembali lagi ke enam tahun yang lalu.

Seorang gadis kecil duduk termenung di sofa depan rumahnya. Ia mengenakan baju putih dan celana jeans, memegang sebuah buku usang yang agak besar dengan penuh perhatian. Setiap detik seolah menjadi seribu tahun, ketika ia menunggu Ayahnya memanaskan mobil untuk berangkat ke bandara.

Suara lembut dan familiar mengalihkan perhatiannya.

"Analisa?" Suara itu berasal dari Katherine, gadis kecil dengan rambut cokelat gelap dan jaket cokelat kesukaan. Katherine berlari mendekat, tatapan matanya mencerminkan kekhawatiran.

Hujan di Musim Gugur (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang