03: "Sekilas di Malam Hari"

3 2 4
                                    

Haiii readers 👐

Enjoy🤍
••••

•••••

"Setiap jejak yang tertinggal, membawa kita kembali ke masa lalu yang tak pernah hilang sepenuhnya."

•••••

Happy Reading🌷

•••••

Part 03: "Sekilas di Malam Hari"


Saat malam tiba, suara gerimis lembut mengetuk-ngetuk jendela kamar Analisa. Ia terbangun dari tidurnya yang singkat, matanya yang masih setengah terpejam memandangi langit gelap di luar. Cahaya lampu jalan memancar redup di antara tetesan air, memantulkan bayangan-bayangan aneh di dinding kamarnya.

Analisa bangkit perlahan, berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya. Dari sana, ia bisa melihat bagian Kota Gama yang tampak sepi dan tertutup kabut. Sesuatu tentang kota itu membuatnya merasa aneh—tenang, tapi terasa menyimpan banyak misteri.

Saat sedang terhanyut dalam pikirannya, terdengar suara ketukan lembut di pintu kamarnya. “Analisa? Kamu sudah bangun?” Itu suara Bunda. Analisa menjawab pelan, mempersilakan Bunda masuk.

Bunda tersenyum lembut saat masuk ke kamar, membawa segelas susu hangat. “Kamu pasti lelah setelah perjalanan tadi. Ayah dan Bunda juga sudah selesai menata kamar, mungkin kamu bisa lihat besok pagi. Istirahat yang cukup, ya.”

Analisa mengangguk sambil menerima gelas itu, namun raut wajahnya menunjukkan ada sesuatu yang masih mengganjal. Bunda menyadari itu, lalu duduk di tepi tempat tidur, menatapnya penuh perhatian. “Ada yang mau kamu bicarakan?”

Analisa terdiam sejenak, menatap gelas di tangannya. “Rumah ini... terasa aneh, Bun. Entah kenapa, sejak kita tiba, aku merasa ada sesuatu yang... tidak biasa,” ucapnya perlahan.

Bunda tersenyum tipis, mencoba menenangkan. “Pindah ke tempat baru memang sering terasa aneh di awal, sayang. Tapi perlahan, kamu akan terbiasa.” Ia menepuk bahu Analisa lembut. “Jangan terlalu dipikirkan, ya? Semua akan baik-baik saja.”

Setelah Bunda keluar, Analisa kembali duduk di tempat tidur, namun pikirannya masih sibuk. Rasa penasaran semakin menguat. Rumah ini, kota ini, semua terasa seperti teka-teki yang belum terpecahkan.

Beberapa jam berlalu dalam kesunyian, hingga akhirnya Analisa terbangun lagi oleh suara. Ia mendengar sesuatu—suara langkah kaki ringan di lantai bawah. Dengan hati-hati, ia turun dari tempat tidur, membuka pintu kamarnya perlahan dan mengintip ke luar. Lorong rumah gelap, hanya diterangi sedikit oleh sinar bulan yang masuk melalui jendela besar di ruang tamu.

Tanpa suara, ia menuruni tangga, langkahnya pelan tapi mantap. Jantungnya berdegup lebih cepat. Langkah-langkah itu—milik siapa?

Sampai di lantai bawah, ia melihat bayangan samar melintasi ruang tamu. Bayangan itu bergerak cepat, hampir tak terlihat, seperti seseorang yang berusaha menyelinap. Analisa menahan napas, tubuhnya tegang. Ia hampir saja memanggil Ayah atau Bundanya, tapi kemudian berhenti. Penasaran dan sedikit berani, ia memutuskan untuk mengikuti bayangan itu.

Bayangan tersebut berhenti di depan pintu kayu tua di ujung lorong—pintu yang tadi siang membuatnya merasa aneh. Analisa diam di sudut, memperhatikan dengan seksama. Pintu itu terbuka sedikit, menampakkan kegelapan di baliknya. Bayangan itu kemudian menghilang, seolah menelan diri dalam kegelapan ruangan tersebut.

Hujan di Musim Gugur (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang