[KookV] Kita, Purnama dan Senja. (3/3)

65 10 2
                                    

Seoul, di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, ada tempat yang selalu menjadi saksi bisu pertemuan dua insan yang saling mencintai dengan cara mereka sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seoul, di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, ada tempat yang selalu menjadi saksi bisu pertemuan dua insan yang saling mencintai dengan cara mereka sendiri. Di sebuah bukit yang terletak agak jauh dari pusat kota, Jeon Jeongguk dan Kim Taehyung sering kali menghabiskan waktu bersama, memandang langit yang berubah dari birunya siang hingga gelapnya malam. Tempat itu adalah pelarian mereka dari segala tuntutan dan beban kehidupan.

Taehyung, dengan sifatnya yang lembut dan submisif, selalu menemukan ketenangan dalam kebersamaan mereka. Jeongguk, dengan sikap dominannya, selalu memastikan bahwa Taehyung merasa aman dan terlindungi. Meski begitu, hubungan mereka tidak selalu berjalan mulus. Ada banyak hal yang tidak pernah mereka ungkapkan, perasaan-perasaan yang terpendam dalam hati masing-masing, yang pada akhirnya menciptakan jarak di antara mereka.

Suatu hari, di saat senja menjelang dan matahari mulai tenggelam, mereka kembali berada di bukit itu. Taehyung duduk di atas rumput yang basah oleh embun sore, sementara Jeongguk berdiri tak jauh darinya, memandang ke arah cakrawala yang mulai memudar.

"Kenapa kita harus selalu kembali ke sini, Guk?" tanya Taehyung pelan, suaranya nyaris tertelan angin.

Jeongguk menoleh, menatap Taehyung dengan mata yang penuh kerinduan dan kegelisahan. "Karena di sini, kita bisa menjadi diri kita sendiri. Di sini, ngga akan ada yang bisa ganggu kita."

Taehyung mengangguk pelan, meski hatinya masih dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Ia mencintai Jeongguk, lebih dari apapun di dunia ini. Tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak tenang, seolah ada hal yang sedang disembunyikan dari dirinya. Dan Taehyung tidak tahu apakah dia siap untuk menghadapi kenyataan itu.

Jeongguk duduk di sampingnya, menarik Taehyung ke dalam pelukannya. Mereka berdua terdiam, hanya mendengarkan suara angin yang berdesir di antara pepohonan, dan melihat purnama yang mulai muncul di langit malam yang gelap. Itu adalah momen yang selalu mereka hargai, namun kali ini terasa berbeda. Ada kesedihan yang menggelayuti hati mereka, meski tak ada kata-kata yang terucap.

"Lo percaya sama gua, kan, Tae?" tanya Jeongguk tiba-tiba, suaranya terdengar berat.

Taehyung mengangkat wajahnya, menatap Jeongguk dengan bingung. "Tentu aja gua percaya sama lo, Guk. Kenapa lo tanya gitu?"

Jeongguk mengalihkan pandangannya ke arah purnama yang mulai bersinar terang. "Gua ngga tau... Kadang gua ngerasa kayak kita terlalu banyak bergantung sama tempat ini, kayak kita ngga berani hadapin kenyataan di luar sana."

Taehyung terdiam, merasakan ketakutan yang mulai merayap di hatinya. "Lo ngga pengen datang ke sini lagi?"

"Bukan begitu, Tae," Jeongguk menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. "Gua cuma takut, takut kalau pada akhirnya, tempat ini nggak akan bisa menyelamatkan kita lagi."

Kalimat itu menggantung di udara, menyisakan rasa perih yang tak terucapkan. Taehyung merasakan air matanya mulai menggenang di sudut matanya. Dia tahu bahwa apa yang dikatakan Jeongguk itu benar. Mereka tidak bisa terus bersembunyi di balik keindahan senja dan purnama, karena pada akhirnya, mereka harus menghadapi dunia nyata di luar sana—dunia yang penuh dengan tuntutan dan ekspektasi yang tak selalu sejalan dengan apa yang mereka inginkan.

𝐑𝐄𝐋𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍. [Vottom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang