[HopeV] Marah.

3K 231 5
                                    

Hoseok mengusap tengkuk lehernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hoseok mengusap tengkuk lehernya.

Meloloskan ringisan kecil kala merasakan ngilu yang menjalar di sela jari-jari tangan yang tampak terluka. Bibirnya terlihat sobek sedikit, ada warna biru keunguan yang juga terlihat di pipi kanan.

Di hadapannya sekarang berdiri pemuda manis, menatapnya dengan polos dengan mata kucingnya. Namun, Hoseok tau. Tatapan itu hanyalah lapisan luar dari tatapan yang sebenarnya disembunyikan oleh si manis.

“Kakak ngga masuk kelas?” si manis yang ber-name tag Taehyung tersebutt mengecek arlojinya. “Jam pelajaran terakhir udah lewat sejam, tinggal empat puluh menit lagi sebelum pulang–oh, atau Kak Hoseok mau pulang aja? Kan nanggung juga nih kalau masuk sekarang, kan?”

Nada kalimatnya ramah, terdengar lembut, namun bagi Hoseok itu sangat membuatnya gusar.

Ia terlampau mengenali pemuda manis ini. Hingga nada bicara yang terdengar normal bagi orang-orang terdengar sangat menakutkan bagi Hoseok.

“Taehyung.”

“Luka kakak harusnya juga diobatin tuh, jangan dibiarin aja. UKS sana, mumpung Kak Seokjin yang jaga hari ini.”

Taehyung segera berpaling, berniat untuk pergi. Namun niat hanyalah niat, tangannya dicekal dengan segera oleh Hoseok yang tidak ingin membiarkan si manis ini pergi begitu saja. “Tae sebentar dulu ya."

“Kak Hoseok, aku udah sepuluh menit izin ke toilet. Pelajaran terakhir aku biologi, kakak tau kan seberapa galak Pak jenggot itu? Jadi, lepasin ya.”

Hoseok menggeleng, ia semakin mengeratkan genggamannya. Menarik Taehyung mendekat.

“Maaf.”

Taehyung tidak bicara.

Hanya mencoba menutup mulutnya rapat-rapat dengan cara mengulum dan menggigit bibir atasnya  sambil tatapan yang enggan bersitatap dengan Hoseok.

“Maaf aku udah ingkar janji lagi, maaf kalau aku buat kamu khawatir lagi, maaf karna aku gak bisa berubah buat jadi lebih baik lagi kayak yang kamu minta,” Hoseok menatap Taehyung yang masih diam. “Maaf karna bikin kamu kecewa lagi. Aku sayang kamu, banget. Aku ngga punya alasan buat ngeles kayak bajaj, tapi aku cuma mau jelasin kalau tadi aku ngga ikut nonjok anak orang, cuma tadi kena apes ikutan ditonjok karna disangka ikutan tawuran juga padahal cuma jalan balik ke sekolah habis dari warung mie ayam bu Minah. Iya, maaf lagi karna tadi aku bolos pelajaran habis istirahat padahal kamu udah bilang harus langsung ke kelas,”

“Luka di tangan ini gara-gara kena balok kayu, mereka mau mukul kepala tapi untungnya aku reflek hadang pakai tangan. Ehe sakit sih, tapi entah kenapa aku tiba-tiba kebayang wajah kamu jadinya dapet energi buat balas, maaf sekali lagi karena aku ngga bisa nahan buat gak nonjok mereka ya. Terus pipi ini juga kena ngga sama ketuanya tadi, tapi tenang aku ngga lawan balik kok, karna Namjoon tiba-tiba maju terus ngabisin dia—”

Seketika Hoseok berhenti bicara saat Taehyung memeluknya tiba-tiba.

Dengan erat melingkarkan tangannya pada leher Hoseok dan menarik pemuda itu mendekat. Hoseok dapat merasakan Taehyung meletakkan dagu dibahunya. Tentu saja Hoseok tidak punya alasan untuk tidak membalas. Ia balik memeluk erat si manis kesayangannya.

“Udah kak, ngga usah diterusin.” Taehyung bicara pelan.

“Maafin aku ya, Tae. Memang aku ini bodoh banget karna ngga dengerin kamu, bodoh banget karna suka curi-curi buat pergi berantem—”

“Kak Hoseok, udah.”

“Iya Tae, okay.”

Hening sesaat hingga Taehyung merenggangkan pelukan mereka. Ia menyentuh pipi Hoseok dengan lembut, jantung Hoseok berdemo saat itu juga. Taehyung dari dekat terlihat sangat cantik sekali.

“Kak Hoseok yang paling ganteng, paling jahil, paling lucu, paling bawel, paling manja, paling nyeremin kalau marah, dan paling paling lainnya dengerin aku ya,” Taehyung menghela nafas. “Aku itu pacar kakak, bukan aku yang berhak ngelarang kakak buat ngelakuin sesuatu yang kakak suka, walaupun aku khawatirnya setengah mati. Aku cerewet ngingetin kakak buat ngga berantem atau hal buruk lainnya cuma karna aku ngga mau kakak sakit, aku sayang kakak juga loh, sayang pakai banget, tapi aku pikir kenapa kakak juga ngga sayang sama diri kakak sendiri?”

“Mungkij bagi kakak itu cuma pelampiasan doang buat hilangin jenuh, tapi bagi orang lain yang sayang kakak? Gimana perasaan ayah sama bunda di rumah? Perasaan Hyunmin? Perasaan aku juga? Kami semua pasti takut loh kalau terjadi apa-apa sama kakak nantinya, kan? Jadi, coba kakak pikirin hal ini kalau mau tawuran atau berantem lagi, syukur-syukur bisa buat kebiasaan jelek kakak itu berkurang.”

Taehyung itu—kenapa tabah sekali? Hoseok jadi makin jatuh dalam perasaannya pada Taehyung. Ia jadi teringat kata Jimin bahwa Taehyung itu seperti malaikat, hatinya lembut dan sabaaar sekali. Biarpun dia marah, dia gak akan meledak atau teriak-teriak, tapi suaranya bakal lebih halus dari biasanya. Dan diam kalau benar-benar marah, hingga menangis kalau benar-benar tidak bisa menahannya lagi.

“Tapi kalau masih ngga mempan juga, kita putus aja, gimana? Adil kan?"

Hoseok melotot, Taehyung nyengir jahil. “GAK MAU. GAK MAU PUTUS!”

Lho kok kakak gak mau? Nanti kan kakak bisa bebas ngapain aja, tuh. Ngga ada yang marahin, ngga ada yang cerewet, aku juga bisa ngga khawatir mulu—”

“Taehyung jangan gitu. Ngga mau, ngga mau putus hih. Jangan putus ya, aku bakal berusaha sebaik mungkin buat gak bandel lagi tapi jangan putus. Oke ya, sayangnya kakak?

“Hehehe, makanya jangan bandel terus. udah diceramahin masih aja. Mau lulus loh kamu kak. Iya-iya gak putus kok ini, tapi kalau kedepannya masih gini terus aku ngga tau loh ya."

“Taehyuuung.”

____________________

Gemes :""""

𝐑𝐄𝐋𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍. [Vottom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang