I Can Get You! 「Prolog」

18 12 1
                                    

Julya wanita dengan paras yang cantik dengan fisik bak gitar spanyol. Matanya yang berwarna hijau terang bak batu mana yang menambahkan energi jika seseorang menatapnya. Rambutnya yang bergelombang dengan warna oranye bak rubah. Di lain sisi rambut itu bisa menggambarkan matahari jika Julya tersenyum cerah.

Ernest pria misterius yang dingin. Ia adalah pria yang sangat tampan namun tidak populer. Pria yang mempunyai mata indah bak laut dalam yang membuat siapa pun yang melihatnya seperti melihat palung mariana yang memiliki segudang rahasia. Rambutnya yang lebat dan berwarna hitam legam membuatnya semakin terlihat misterius.

Di masa saat dimana mereka berkuliah, Julya selalu membuntuti Ernest dimana pun ia berada mau itu di kamar mandi,

"Ernest.. kamu mau kemana hari ini??" Tanya Julya.

"Bukan urusanmu" jawab Ernest dengan tegas.

"Tega sih kamu.. makin cinta deeh" Julya berucap dengan berusaha menyamakan langkahnya dengan Ernest. "Ernest.. kamu pelan-pelan dong jalannya.."

Ernest tidak memelankan jalannya dan bahkan menambahkan kecepatannya, sampai akhirnya Ernest berbelok, Julya mengikuti langkahnya namun ia berhenti setelah melihat kalau itu adalah toilet pria. Julya berpikir akan menunggu sampai Ernest keluar
Namun sudah 2 jam dia berdiri di sana namun Ernest belum juga keluar dan akhirnya ia pun menyerah. Di lain sisi Ernest dengan cerdiknya memakai jaket dan topi untuk menutupi dirinya dan keluar dari sana tanpa sepengetahuan Julya.

Saat mata pelajaran berlangsung.

Siang ini Julya sudah berada di kelas ia menyusup karna ingin melihat Ernest dari dekat. Julya terus menatap Ernest yang berada di samping kanannya.

"Jangan menatapku terus" gumam Ernest sambil memperhatikan yang dijelaskan di dosen.

"Kau salting?" Tanya Julya.

"Tidak tuh" jawab Ernest dengan cepat.

"Hehe.. lucunya.. kali ini aku membuatkan bekal untukmu, menunya kali ini carbonara" ucap Julya memberi kotak bekal berwarna pink.

"Tidak perlu" ucap Ernest menyingkirkan kotak bekal itu.

"Hei.. ayolah jangan malu-malu" Julya mendorongnya lagi kearah Ernest.

"Fine.. aku terima, puas?" Ernest pun mengambil kotak bekal itu membuat Julya tersenyum.

"Gitu dong" Julya tersenyum puas. Ia melanjutkan aktivitasnya kembali yaitu menatap Ernest.

Dosen keluar dari kelas anak-anak yang lain juga mulai berdiri untuk pergi dari sana begitu juga dengan Ernest dan Julya.

Ernest lebih dulu keluar dari kelas membuat Julya berlari menuruni tangga. "Tunggu dong, Ernest" Julya mengikuti Ernest dari belakang menyusuri koridor.

Sampai akhirnya Ernest menyatakan perasaannya terhadap Julya.

"Ernest" panggil Julya ia mengikuti Ernest dari belakang.

Ernest menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Julya juga berhenti. Ernest membalikan badan dan berjalan sambil menatap tajam Julya membuat Julya sedikit takut.

Julya pulai terpojok ia memegang erat bukunya karna wajah Ernest mulai mendekat, Julya menutup matanya karna takut dengan mata Ernest yang sangat memperlihatkan kebencian padanya.

"Buka" Julya mendengar itu pun mulai membuka matanya.

Grep!

Ernest menekan pipi Julya dengan satu tangannya yang besar. "Jangan. Ikutin. Gua. Gue. Gak suka. Sama lu. Lu creepy tau gak!" Ucap Ernest penuh penekanan di tambah dengan tangannya yang menekan kesar rahang dan pipi Julya.

I Can Get You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang