the lady in red

612 62 2
                                    

Hari ini Sergio diminta oleh Rafael untuk menjadi groomsmen-nya. Oleh karena itu, kini pria itu tengah berdiri di belakang Rafael bersama dengan Satya dan juga Jason. Kanthi dan Jessica tampak berdiri di belakang Arum yang tampak cantik dengan gaun pengantin yang cukup simple tapi tetap elegan dan cantik.

Wajah gadis itu tampak sangat bahagia. Seolah ia memang menunggu momen ini dalam waktu yang sangat lama. Seolah ia benar-benar jadi pengantin wanita paling bahagia sedunia.

Aku sudah menghadiri banyak pesta pernikahan. Tapi pasangan yang terlihat seperti Arum dan Rafael saat menatap satu sama lain, itu jarang ditemukan. Mereka bahagia yang tidak pura-pura. Mereka memuja bahkan saat hanya saling diam dan menatap mata satu sama lain. Seperti pernikahan yang lainnya, pernikahan kedua sejoli ini mungkin juga tidak akan mudah. Namun, dengan cinta mereka yang meledak-ledak di udara, aku yakin mereka akan selalu bahu-mambahu dalam membangun rumah tangga. Hingga masalah apapun yang menerpa, mereka akan tetap kokoh berdiri bersama.

Aku duduk di bangku paling depan dan sejajar dengan tempat Sergio berdiri. Sejak tadi kami terus bermain mata dan kadang bercanda tanpa kata. Membuat aku tanpa henti tersenyum lebar, dan pipiku rasanya panas karena rasa bahagia yang bergelung di dada. Ah, jatuh cinta memang indah.

Aku dan Sergio berhenti bermain mata saat akhirnya pendeta memulai upacara pernikahan. Kini semua orang memfokuskan tatapannya ke altar. Dan aku ikut tersenyum bahagia saat mendengar janji pernikahan yang diikrarkan oleh keduanya. Hingga akhirnya sang pendeta mendeklarasikan kalau keduanya resmi menjadi suami istri dan mereka berciuman dengan mesra yang langsung mendapat sorakan dan tepuk tangan oleh para tamu.

***

Sergio langsung menghampiriku setelah Arum dan Rafael meninggalkan altar pernikahan. Pria itu mengulurkan tangannya dengan senyuman super lebar yang sangat menular, karena secara otomatis kini aku juga ikut tersenyum lebar.

Sergio memeluk pinggang rampingku dengan posesif. Lalu menuntunku untuk mendekat pada Rafael dan Arum untuk mengucapkan selamat.

Aku memeluk Rafael singkat lalu memeluk Arum seraya mengajaknya cipika-cipiki. "Selamat menikah Rafael, Arum! Semoga menjadi keluarga yang selalu bahagia sampai kakek-nenek, ya!"

Arum tertawa bahagia. "Terima kasih, Sekar. Makasih udah datang dan makasih buat playlist-nya. We love it!"

"You're welcome!"

Lalu aku berbisik di telinga Sergio yang sontak membuat Sergio mendekatkan telinganya ke bibirku. "By the way, ngomongin playlist. Gue juag punya playlist buat lo."

"Playlist apa?"

"Nanti kalau udah sampai rumah, gue kasih tahu."

Sergio tertawa kecil. "Oke."

Saat lagu The Lady in Red yang dinyanyikan oleh Chris de Burg memenuhi ruangan, Sergio segera mengulurkan tangannya untuk mengajakku berdansa. Dan tanpa protes sama sekali, aku pun membiarkan pria itu menuntunku bergabung dengan puluhan pasangan lainnya yang sedang berdansa. Tentu saja, Arum dan Rafael tetap jadi pemeran utamanya.

Aku menaruh satu tanganku di pundak Sergio, dan satu tangan Sergio memeluk pinggangku posesif. Sedangkan tangan kami yang lainnya saling bergandengan hingga menciptakan sengatan listrik yang membuat jantung jumpalitan.

Kami berdansa sambil menatap mata satu sama lain. Sambil tersenyum satu sama lain. Dan dari jarak sedekat ini, aku dapat melihat wajah Sergio dengan leluasa. Aku sangat merindukan pria itu. Dan perasaan merindukan seseorang, ternyata bisa sangat membahagiakan begini.

"Hm, The Lady in Red, jangan bilang lo emang sengaja milih gaun ini, lalu lagu ini, dan dasi yang lo pakai, buat diputar saat ini. Dan saat dansa dimulai, lo bisa dansa sama gue begini?"

"Yups, seratus buat lo."

Aku menepuk bahu Sergio pelan. "Kurang ajar banget! Kalo Rafael tau emangnya nggak marah?"

"Rafael bakal ngoceh kayak emak-emak super cerewet karena nggak punya duit. But yah, I can handle him."

Aku melepaskan genggaman tangan Sergio. Lalu mengalungkan kedua tanganku di leher pria itu.

"Thank you, Sergi."

Sergio mendekatkan wajahnya ke wajahku. Sehingga membuatku langsung meremas belakang kerah Sergio. Aku tidak siap untuk sampai ke tahap ini. Tidak saat hubungan kami masih tidak jelas begini.

Sergio tersenyum maklum, lalu hanya menempelkan hidungnya dengan hidungku.

"You're welcome, Sekar."

Lalu kami melanjutkan berdansa sambil berpelukan.

***

Setelah berdansa kami memutuskan untuk makan berbagai kue yang tersedia. Perutku juga sudah keroncongan karena tadi pagi hanya sempat sarapan sehelai roti tawar dengan selai cokelat.

Aku mengambil tiramisu cake dengan topping anggur dan es krim di atasnya. Saat kue yang manis dan agak dingin itu meleleh di mulutku, aku pun langsung merem melek karena rasanya memang sangatlah enak.

Sergio tersenyum sambil melihat aku makan. Membuat pipiku memerah karena diperhatikan seperti itu.

"Please, deh, Sergi! Nggak usah ngeliatin gue begitu! Tapi serius, ini kuenya enak banget! Cobain deh!" ujarku seraya mengulurkan piring kecil berisi kue ke arahnya.

Namun, Sergio malah mengelap sudut bibirku yang penuh krim dengan ibu jarinya. Lalu menjilat jari jempolnya yang penuh krim dengan gerakan sensual yang membuat panas dingin.

"Lo bener ini enak," ujarnya seraya tersenyum menggoda yang sontak membuatku menatap pria itu dengan pandangan tak percaya.

Astaga, tetanggaku yang satu ini benar-benar tidak baik bagi kesehatan jantung!

playlist (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang