HAPPY READING GUYS!!!
***
Sebuah kafe yang terletak di pinggir kota di penuhi oleh anak remaja laki-laki yang sedang merayakan terbentuknya geng motor yang baru saja di buat oleh Navarro Saskara atau kerap di panggil dengan Varro.
Varro merupakan sahabat Marvel sedari kecil. Sahabat nya itu sengaja membangun sebuah geng motor yang bernama ORPHEUS untuk bersenang-senang. Marvel sendiri sempat menolak karena menurutnya cukup membuang waktu saja.
Varro pun sempat membujuk dirinya untuk ikut dan setuju dengan alasan, biar dunianya gak hanya tentang mafia. Hal itu membuat Marvel setuju dan ia menjadi wakil ketua geng Orpheus.
Marvel menyeruput kopi yang ia pesan, matanya memandang ke arah luar kafe dimana dinding kafe tersebut terbuat dari kaca sehingga bisa melihat jalanan.
"Var, Lo udah izin bokap Lo kan buat geng ini? Jangan sampe gak izin ntar jadi ubi semua kita" ucap seorang yang memiliki wajah tampan dan manis yang bernama Arzhel.
"Bener, gak lucu belum masuk SMA udah di tanam duluan, gagal nyari cewek gue ntar" cetus Nolan.
Varro berdeham, "udah, santai aja".
Arzhel dan Nolan bernapas lega, "gak jadi ubi kita" ucap mereka bersamaan.
"Vel, diem aja lu. Kebelet berak ya Lo?" Tanya Nolan yang sedari tadi melihat Marvel hanya diam melihat luar dan juga mendengar saja.
Plak
Arzhel memukul lengan Nolan, "bicaranya yang sopan, waket tuh".
"Waket apaan?" Tanya Nolan yang tidak mengerti.
Arzhel mendengus, "wakil ketua anjir!" .
"Oh iya iya, ampun waket" Nolan membungkuk tubuhnya seperti memintanya maaf.
Marvel mendengus, "alay" ketusnya.
Nolan memegang dadanya, "sakit hati gue".
Varro menggelengkan kepalanya, "biasa batu".
Arzhel menatap Varro,"minimal sadar diri Lo, Marvel sama aja".
Marvel hanya mendengarkan ocehan mereka sembari menikmati kopi. Matanya kembali menatap jalanan sampai melihat gadis yang sama sedang membawa kotak kardus dan gadis tersebut terlihat kesulitan. Tanpa pikir panjang Marvel langsung memakai masker dan topi lalu beranjak menghampiri gadis tersebut.
***
Selesai menyusun baju dan merapikan sedikit kost-an tempat Ayna tinggal, kini perutnya berbunyi pertanda bahwa ia sedang lapar. Ayna mengelus perutnya.
"Aduh cacing aku udah bunyi lagi, belum belanja makanan. Aku belanja sebentar deh, sekalian beli peralatan sekolah yang aku perluin".
Ayna pun pergi dengan berjalan kaki, karena kata ibu kostnya tidak terlalu jauh. Demi menghemat biaya pun Ayna memilih untuk berjalan saja.
Ayna masuk ke dalam toko peralatan sekolah, ia memberi beberapa peralatan yang ia butuhkan. Lalu ia belanja bahan makanan untuk ia masak hari ini.
Selesai belanja, Ayna pun berjalan pulang dengan kesulitan membawa barang-barang yang ia beli.
"Aduh berat banget, aku gak kuat".
"Kafenya rame banget, malu kalo aku jalan kayak nenek nenek. Aku pura pura kuat deh biar gak malu"
Ayna pun menegakkan badannya, lalu berjalan seolah kotak yang ia bawa tidak berat. Ayna menoleh setelah melewati kafe tersebut tanpa menyadari ada seorang laki-laki yang berjalan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUAL LOVELY
Teen FictionAyna Amarissa, gadis yang memiliki wajah imut dan cantik yang berasal dari panti asuhan yang berada di perdesaan. Saat usianya mulai memasuki 16 tahun, ia mendapatkan beasiswa untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) di salah satu sekolah ternama yang ada...