ENAM- Panik

3 0 0
                                    

Aras sampai rumah lebih cepat, entah kemana dulu glen membawa istrinya pergi. Demi apapun hatinya sama sekali tidak tenang, walau aras tahu glen tidak akan melakukan apapun tapi tetap saja ia gelisah.

Tidak lama pintu terbuka, Gita sudah sampai, wanita itu cantik walau sangat terlihat kalut. menghela nafas, mau tidak mau aras harus mengajaknya bicara.
"Git, aku mau ngomong" Aras ragu, tapi ia mau tidak mau.

Sayangnya gita tidak menggubrisnya.
Aras menghampiri gita yang melangkah ke tangga. Meraih pergelangan tangannya dan terpaksa menahannya untuk mendengar ucapannya sebentar.

Mata gita memicing, ia tidak suka.

"Lepas"
"Git demi apapun kamu diemin aku gini aku ga suka" ucap aras resah.
"Kamu pikir aku suka?" Timpalnya
"Gini, aku ga mungkin pisah sama kamu, karena aku ga mau, ga bisa, ga sanggup. Bisa gila aku kalo kamu terus-terusan kaya gini" aras frustasi.
"Aku lebih pengen gila ras" gita membalas lirih.
"Git aku mau kita baik-baik lagi, kaya dulu lagi, ga bisa aku kaya gini sama kamu" aras benar-benar memohon.
"Lepas ras, aku cape"
"Gita?"
"Aku ga mau bahas ini sekarang, pikiranku masih kalut, hatiku masih bingung. Tentang kita yang udah menikahpun aku masih belum percaya"

"Git, besok aku harus pergi lama, ga akan tenang aku kalo kita belum dalam keadaan yang baik"

"Pergi aja, tenangin diri kamu juga aku"
"Gita, bukan itu yang aku mau"
"Terserah kamu lah ras, cape aku"
Gita benar-benar melepaskan genggaman tangan aras, pergi ke kamarnya setelah membanting pintu cukup keras. Sedangkan aras tambah kalut ditempatnya, besok ia sudah harus pergi lama sedang hubungannya dengan gita tidak baik-baik saja.

***

Pagi sekali aras sudah tepat di depan kamar Gita. Entah apa yang akan dia lakukan lagi kali ini. Ia sudah benar-benar penat, jangankan mengurusi pekerjaan mengurus diri sendiri saja dia lupa.

Benar kata Glen, cinta bisa membuat seorang menjadi gila.

Dulu jika gita dan Aras bertengkar, mereka hanya akan tidak saling menyapa pagi hingga sore, tidak pernah sampai harus berhari-hari diam seperti seseorang yang tidak saling mengenal. Maka hal ini adalah sesuatu yang tidak biasa bagi aras.

Menunggu gita yang tidak juga keluar dari kamarnya, membuat ares nekat masuk tanpa ia pikir bahwa pintu itu tidak terkunci. Gelap, ia hanya melihat gita yang masih terbaring tidur, aras mendekat untuk melihat remang-remang wajah cantik yang kini telah jadi istrinya. Sayang sekali, gita belum bisa menerimanya.

"Ras, tolong" aras terkejut karena tiba-tiba ditengah terlelap tidurnya dengan lemas gita memanggil namanya.
"Aras" panggilnya lagi
"Git, iya aku di sini"
"Sakit"
Seakan tahu, aras cepat-cepat menyentuh dahi gita. Panas sekali.
"Git, gita" aras memanggil khawatir. Cepat-cepat ia menyalakan lampu, wajah gita sudah memerah, sesekali dahinya berkerut menahan sakit.
"Git, kita ke rumah sakit sekarang" aras benar-benar panik, segera ia memanggil mas faris untuk membantunya menjaga gita.

"Mas faris!!" Gita sudah didekapnya erat, wanita itu sudah benar-benar tidak berdaya. Aras segera turun ke lantai satu, di sana mas faris kebingungan.

"Gita sakit mas, nanti aja aku jelasin di jalan. Tolong jagain gita dibelakang aku yang bawa mobilnya" katanya cepat. Pagi itu jadi sibuk sekali karena gita yang tiba-tiba sakit.

"Mas aja yang bawa mobil, kamu jagain gita di belakang" mas faris mengambil alih, aras tidak banyak bicara, segera dia mendekap gita erat, gita sudah lemas sekali, sesekali meracau memanggil namanya, mamanya, dan sakit.

"Aras, sakit"
"Sebentar ya git, kita dijalan" mas faris menyauti.

Jika gita dapat merasakan betapa takutnya aras saat itu, apalagi ia meracau tidak berhenti memanggil mamanya.

"Gita please, ini aku aras, aku di sini sama kamu. Tahan sebentar ya sayang. Astaga kalo aku ga nekat masuk kamar kamu aku ga akan tahu kamu udah kaya gini" aras bahkan merasakan panas dibibirnya ketika mencium kening gita.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit, gita sesegera mungkin minta ditangani. Mas faris yang bersamanya berusaha menenangkan aras yang tidak bisa tenang.
"Gita udah di dalam ras, kamu tenang. Gita pasti baik-baik aja kok"

"Iya mas, aku cuma nyesel aja ga nekat masuk ke kamarnya lebih dulu. Aku mondar mandir lama banget padahal nunggu gita keluar"

"Gita pasti baik-baik aja ko setelah ini"

Mas faris mengusap bahunya. Semoga memang baik-baik saja, kalau tidak aras tidah tahu lagi bagaimana dengan hidupnya.

***

ENDless LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang