10 - La Perle

566 2 0
                                    


Saat matahari memancarkan sinarnya yang hangat di jalanan yang ramai, Ibu Kos mengumpulkan daftar belanjaannya dan tas belanja yang sudah menjadi bagian dari rutinitas mingguannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat matahari memancarkan sinarnya yang hangat di jalanan yang ramai, Ibu Kos mengumpulkan daftar belanjaannya dan tas belanja yang sudah menjadi bagian dari rutinitas mingguannya. Dengan ketukan lembut di pintu, ia memanggil Alex, salah satu anak kosnya yang dengan baik hati menawarkan diri untuk menemaninya ke supermarket. Alex keluar dari kamarnya, seorang pemuda tinggi dan kurus dengan rambut ikal dan senyum yang mengembang. "Siap, Ibu?" tanyanya, matanya berbinar-binar penuh semangat untuk membantu. Ibu mengangguk, menepuk lengannya sambil tersenyum yang mengerutkan sudut matanya. "Terima kasih, Alex. Ayo pergi," katanya, saat mereka berdua melangkah keluar ke udara pagi yang segar. 

Aroma bunga-bunga yang bermekaran dan suara anak-anak yang sedang bermain di taman memenuhi indera mereka ketika mereka berjalan menuju mobil yang diparkir di jalan masuk. Alex membukakan pintu untuknya, sikapnya lumayan jentelmen untuk pria seusianya. Saat mereka memasang sabuk pengaman, Ibu Kos tidak bisa tidak merasakan kenyamanan dan persahabatan, berterima kasih atas uluran tangan dalam pekerjaannya yang biasanya dilakukan seorang diri. 

Mesin mobil pun hidup, dan mereka pun memulai perjalanan menuju Supermart, di mana lorong-lorong yang penuh warna dan hiruk pikuk para pembeli telah menanti mereka.Ketika mereka melaju melewati lingkungan yang tenang, Alex menoleh ke samping dan melihat Ibu Kos bersandar dengan tenang di jendela mobil, matanya setengah terpejam saat angin sejuk menerpa rambut bergelombangnya. Ia merasakan kehangatan lembut di dadanya, dan keinginan untuk meringankan suasana hati tumbuh di dalam dirinya. 

"Bu, tau nggak, Ibu terlihat lebih bersinar daripada matahari terbit hari ini," katanya, senyum manis tersungging di bibirnya. Ibu Kos tertawa kecil, matanya berkibar-kibar menyambut tatapan cerianya. 

"Oh, Alex, gemesin yaa goda goda ibu," balas Ibu Kos, sedikit rona merah muda merona di pipinya. 

"Lex biarpun udah puji ibu, kamu tetep bawa tas belanjaanya loh nanti" tambahnya, nadanya ringan dan menyenangkan. Dia berpura-pura mendesah dramatis, meletakkan tangan di atas jantungnya. 

"Tapi tentu saja, Ibu. Bagaimana mungkin saya menolak untuk membantu seorang wanita secantik ibu hemm?" Kata-katanya penuh dengan kehangatan dan kasih sayang, dan dia tidak bisa menahan tawa, tawanya yang merdu bergema di dalam mobil. Ibu Kos menepuk-nepuk lengan Alex dengan daftar belanjaannya. 

"Oh, kamu bisa aja lex.. lex...," katanya, matanya berbinar-binar karena geli. 

"Tapi ingat, Alex, ibu tuh dah tua, seumuran mama kamu loh." Suaranya penuh dengan perpaduan antara kasih sayang dan teguran. Alex menyeringai, pipinya berlesung pipit.

 "Ngga ah Bu, Umur hanyalah angka" jawabnya, "Ibu itu menua ibarat wine, dan kalau aku seperti penikmat wine hehe." Ucapannya yang menggoda itu membuatnya tertawa lagi dari Ibu Kos, yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keberanian Alex yang masih muda. Terlepas dari perbedaan usia mereka, persahabatan mereka telah berkembang menjadi persahabatan yang nyaman, yang dipenuhi dengan lelucon ringan dan momen-momen kegembiraan. Alex, yang tidak dapat menahan senyumnya yang nakal, menoleh ke Ibu Kos. 

Ibu Kos Cempaka (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang