16

6 1 0
                                    

"Penantian yang tak kunjung bertemu dengan akhirnya"


Diva merengut tatkala ia menemukan bau busuk yang bersumber dari seragam basah milik Alana, Sesekali matanya menatap tajam pada Alana yang hanya menonton layar televisi dihadapannya. 

"Bisa bisanya lo nyebur digot dan pulang gitu aja" Ucap Diva setelah sekian lama hanya menatap Alana dan juga seragam basah yang tersampir di tempat pakaian kotor.

"Ya masa gue harus belajar dengan keadaan kaya gitu??"Tanya Alana yang mendapat dengusan kasar dari Diva

"Setidaknya lo ngomong lah ke gue,Lo tau ga si Sean udah panas dingin gara gara lo telpon kaya begitu. Sahabat lo gue apa Sean sih heran gue selalu dijadiin last person mulu" Omel Diva yang terlampau kesal dengan Alana yang malah memilih menghubungi Sean ketimbang dirinya.

"Karna lo selalu kaya gini" Jawab Alana.

Ia pun melempar asal tas sekolah miliknya dan segera bergabung bersama Alana memilih tak lagi memperpanjang,Matanya kini menyorot pada foto kecil yang selalu Alana pajang disamping televisinya. Hening, Keduanya kini larut dalam pikiranya masing masing.Tangan Diva kini terulur untuk mengambil apa yang menjadi atensinya saat ini,Dahinya berkerut menatap mata yang terasa tidak asing baginya dengan pipi gembil serta mulut mungil tanpa senyuman itu.

"Lo masih suka nyari dia??" Tanya Diva masih dengan atensi yang ia berikan pada bingkai foto itu.

Alana menoleh ikut menatap benda yang kini tengah berada dipangkuan Diva, Sesaat kemudian Alana kembali menatap televisi.

"Iya" Balas Alana.

"Ada info baru?" Tanya Diva.

"Engga" Balas lagi Alana.

"Kalo seandainya lo ketemu sama dia,lo mau apa??" 

"Gue gak tahu,gue cuma mau tau dia masih inget sama gue atau engga.Entah kenapa gue selalu ngerasa belum siap ketemu dia walaupun gue selalu nyari tau" Jelas Alana.

Diva memagut mengerti.

"Gue rasa... "

Diva menoleh menunggu ucapan selanjutnya dari gadis disebelahnya

"Dia benci gue" Final Alana.

Diva mengkerut tak suka mendengar ucapan terakhir yang keluar dari mulut Alana

"Kenapa bisa?"Tanya Diva heran

Flashback on

Seorang anak lelaki dan satu orang anak perempuan yang bisa dipastikan usianya terpaut satu tahun itu kini tengah bersenda gurau didepan halaman rumah yang didominasi berwarna putih dengan rumput hijau yang terlihat begitu segar dipandang, Anak lelaki yang kini tengah duduk dibangku kelas 3 sekolah dasar itu berusaha untuk mengembalikan senyum anak gadis yang baru saja meredakan tangisannya. 

"Sukma jangan nangis terus yaa,kalo lagi sedih kamu bisa peluk kakak kapan pun kamu mau" Ucapnya begitu dewasa untuk anak seusianya.

"Janji??" Tanya Alana kecil dengan mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji" Tegas Raksa dengan menautkan kelingkingnya dengan kelingking kecil milik Alana.

"Dan kamu juga harus janji untuk selalu bersamaku ya Sukma??" Lanjut Raksa 

Alana tersenyum senang  "Janji"  Katanya dengan menunjukan gigi kecil milik Alana.

Setelah tautan terlepas Raksa kemudian merogoh sesuatu didalam paper bag yang sejak tadi tergeletak disekitar keduanya, Ia mengambil kotak berwarna emas dengan ukiran seni disetiap sudutnya. Alis Alana bertaut tak tahu apa yang kini tengah Raksa berikan padanya.

ALANA SUKMA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang