19

6 1 0
                                    

Malam hari dihari yang sama

Mina kini tengah menempelkan satu persatu plester pada kotak music itu untuk menyatukan kepingan kepingan yang tak bisa lagi di satukan, Sesuai permintaan Alana yang ingin mengobati kotak musicnya dengan plester katanya agar lukanya cepat sembuh dan ga infeksi. Polosnya Alana membuat Mina gemas, namun disisi lain Mina terus bertanya tanya apa yang telah terjadi pada Alana saat Mina menemukannya telah basah kuyup dengan bau tak sedap.

"Neng ini sudah beres" Ucap Mina pada Alana.

Alana tersenyum bahagia "Nanti sembuh kan wa?" Katanya yang di balas anggukan oleh Mina.

"Tadi kok bisa kepeleset sampe kebulusan kitu neng?" Taya Mina,hatinya merasa janggal sebab tahu sikecil tengah berbohong jika terpeleset dan menyebabkan air bekas pel jatuh membasahinya.

"Tadikan Alana udah jelasin kalo air pel nya ada di pinggir tempat cuci tangan jadi tumpah kena badan aku" Kata Alana

Mina hanya menghela nafas lelah,ia tahu sikecil tengah berbohong. Barang kali Alana tak mau bercerita padanya,biar saja Mina tak ingin memaksa.

Alana kini menatap kosong pada kotak music yang sudah terbaluti oleh plester luka itu, jarinya terlihat mengelus sayang seperti ia tengah mengelus luka pada tubuhnya.

"Uwa plester luka bisa nutupin luka hati juga?" Tanya Alana.

Mina sama sekali tak pernah menyangka kata itu yang keluar dari mulut kecil milik Alana,Melihat Alana rasanya Mina selalu mengingat pada keempat anaknya yang sekarang entah bagaimana kabarnya. Alana, tubuh kecil itu telah menyimpan luka entah berada banyak.

Tubuh kecil yang sudah jatuh dalam kegelapan,tubuh yang ingin sekali Mina raih untuk menunjukan betapa terangnya dunia ini.

Mina tutup pintu bercat putih itu setelah dirasa Alana telah lelap ditidurnya, ia menunduk menahan sesak didada.

Tok tok tok

Entah siapa yag betamu malam itu,memaksa Mina untuk segera membuka kan pintu itu barang kali Lidia sudah pulang. Namun salah dugaan Mina teryata itu adalah kang Diki,tetangga Mina.

"Mak, uih hela tinggal si abah" Ucap Diki pada Mina, Abah ditujukan pada Mang Ade.

'Mak pulang dulu liat si abah'

Ah.. yaa siang tadi Mang Ade jatuh sakit membuat Mina terlambat menjemput Alana disekolahnya.

Gemuruh petir terdengar dipendengaran Mina, Perasaan tak enak mengerayangi hatinya. Akan sebentar setelah itu cepat kembali kerumah Alana.

"Kela atuh sakedapnya bade nelpon hela neng Lidia"

'Tunggu sebentar mau nelpon dulu neng Lidia'

"Mak enggal si abah ntos teu kiateun"

'Mak cepat si abah udah ga bisa nahan'

Satu kalimat yang benar benar membuat Mina kalang kabut, Langkah pasti ia mengikuti kemana Diki pergi. Menyisakan Alana yang kini tertidur dengan gemuruh petir saling bersautan,hujan yang deras menyentuh jendela pada kamar milik Alana.

Dirumah itu,hanya tinggal Alana disana seorang diri...

Tak

Tak

Tak

Suara benturan pada jendela terus terdengar ditelinga Alana,membuat kegaduhan di nyamannya tidur Alana.Perlahan manik coklat itu terbuka,melihat betapa gelapnya malam itu yang hanya diterangi kilatan petir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALANA SUKMA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang