Saat ini rahang kelima orang itu turun, menganga sebab terkejut. Baru saja mereka dengar kata-kata dari Arshan yang mampu buat suasana hening seketika. Siapa yang tidak terkejut, tak ada sama sekali mereka sangka keduanya akan memiliki ikatan seperti takdir tersemat.
Melihat Sephia yang tidak menyangkal, pasti itu adalah benar. Sephia ataupun Arshan bukanlah orang yang akan bergurau tentang sesuatu mengenai mate. Jadi, tak ada pilihan lain bagi mereka selain percaya.
Dan itu menjelaskan semua perilaku aneh Arshan selama ini. Menjelaskan mengapa Arshan selalu pasang tubuh paling depan untuk lindungi Sephia.
Sunyi menyapa, hening datang tanpa ragu buat suasana canggung. Bahkan Karel pun rasanya tidak sanggup untuk mengambil kembali kentang goreng yang sangat disukainya itu. Rava dan Karel, mereka memiliki pertanyaan di kepala mereka, namun rasanya tersangkut di ujung tenggorokan. Keduanya saling tatap, menebak jika pikiran mereka itu sama.
Sephia jelas lihat itu semua, gerak-gerik aneh yang temannya lakukan. Awalnya ia bingung, namun baru Sephia ingat, mereka tidak mengetahui jika mate nya adalah seorang enigma, eksistensi yang pernah sempat mereka bicarakan.
Kini giliran Sephia yang menatap Arshan, ia seakan memberi kode dari tatapannya, meminta izin untuk memberi tahu kedua temannya tentang siapa Arshan sebenarnya. Dan seakan mengerti, Arshan mengangguk sebagai jawaban.
Tatapannya beralih pada Rava dan Karel, kemudian membuka mulutnya, "Lo pada pasti bingung, kan, kok bisa alpha sama alpha jadi mate?" tanya sephia, Rava dan Karel mengangguk mengiyakan. Memang itu pertanyaan yang sedari tadi ada dalam benak mereka.
Sephia tampak ragu sebelum kembali berkata, "Tapi, Arshan bukan alpha."
Sontak dua temannya itu menatapnya bingung. Jika bukan alpha, apakah Arshan adalah seorang beta atau omega? Tapi, aura dominan yang ia punya bahkan menandingi aura seorang alpha. Jadi tidak mungkin mate Sephia itu merupakan beta apalagi omega, pikir keduanya.
Sedikit kasihan melihat dua sobatnya bingung setengah mati, Sephia akhirnya bicara tak lagi ingin menjahili.
"Dia enigma."
Seakan tak mampu mencerna apa yang baru saja dikatakan Sephia, Rava dan Karel melihat ke sekeliling, menatap satu-persatu mata manusia yang ada di sekitar mereka untuk memastikan apakah yang didengarnya itu benar. Dan tentu saja, semua yang ada di sana mengangguk untuk mengkonfirmasi pernyataan yang baru dikatakan Sephia.
"Demi apa!? Bentar-bentar kok kalian gak kaget sih?? " tanya Karel melihat trio kelas tiga—kecuali Arshan dan Rava yang tampak biasa saja, seperti memang mereka tau dari awal.
"Tau tuh, jangan-jangan kalian sebenernya udah tau?" kali ini giliran Rava, ia menatap tajam ke arah Kaynen yang berusaha untuk menghindari tatapannya.
Meski Rava harap penjelasan yang akan keluar dari mulut Kaynen, namun sang enigma sendiri yang jelaskan. Dengan nada santai, serta tangan yang diam-diam genggam tangan Sephia yang masih pucat.
"Kaynen, Pharrel sama Zachary emang udah tau. Gua cuma ngasih tau ke mereka bertiga awalnya, karena kita udah bareng dari kecil. Dan untuk Sephia, mau gak mau dia harus tau, kan?" Jelasnya, beri sedikit jeda dalam beberapa kalimatnya.
"Untuk Rava sama Karel, gue harap kalian gak umbar identitas gue ke sembarang orang, meski itu temen, sahabat, saudara ataupun orang tua kalian. Gue punya alasan sendiri kenapa selama ini malsuin sub gender gue yang sebenernya enigma. Jangan rusak kepercayaan gue."
Karel dan Rava menelan saliva kasar, merasa suasana serius kala sang enigma mulai buka suara. Mereka mengangguk mengerti, "Oke, kita janji gak akan umbar identitas lo ke siapapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Belongs To Me
FanfictionEnigma itu begitu langka, bahkan dianggap mitos semata. Sephia, alpha yang sudah muak dengan hidupnya menemukan mate nya yang ternyata adalah si mitos, Enigma. Berhubungan dengan Enigma, apakah hidupnya akan seribu kali lipat lebih baik atau malah A...