Hari apa sekarang? Sudah jam berapakah sekarang? Terbangun di tengah gelapnya malam. Berjalan menyusuri lorong-lorong gelap, menuju dapur hanya untuk mengambil segelas air. Berjalan tertatih-tatih bersamaan dengan tubuh yang lemas dan tidak ada tenaga lagi. Membasahi tenggorokan yang kering tiada tara dengan segelas air. Memegangi perut yang terasa sangat kosong. 'Lapar' hanya itu yang bisa terucap dari bibir kering ini.
Ini bukan yang pertama kalinya, akan tetapi ini sudah kesekian kalinya. Mendapatkan kekerasan dan dibiarkan kelaparan. Apakah kali ini maut sedang menjemput? Sekuat tenaga menopang tubuh yang sudah tidak memiliki kekuatan agar tidak terkulai jatuh. Sekuat mungkin menahan hingga fajar datang.
Aku hanya bisa meringkuk, diatas dipan yang hanya berlapis tikar, menunggu kapan fajar akan datang. Tubuh ku gemetar, air mata membanjiri wajah, menahan rasa sakit dan lapar. Tidak ada habisnya kah mereka memberikan pukulan padaku? Tidakkah mereka merasa sedikit kasihan membiarkan anak malang ini kelaparan? Aku hanya bisa memejamkan mata, memegangi perut yang lapar. Kepala ku terasa berat dan pusing, penglihatan ku memburam. Mungkinkah? Mungkinkah ini saatnya aku pulang? Pulang kembali ke tuhan?
Seketika aku teringat dengan alm nenek ku. Hanya dia lah yang membuatku merasakan semangat hidup. Hanya dialah yang senantiasa melindungi ku dari segala gunjingan orang-orang. Namun Tuhan terlalu cepat mengambilnya dariku. Aku sudah tidak mempunyai penyemangat lagi, aku sudah tidak mempunyai motivasi lagi, dan aku juga sudah kehilangan pelindung ku. Air mata kembali membanjiri wajah ku, aku sangat membutuhkan sosok itu saat ini, aku sangat membutuhkan pelukan hangat darinya, aku sangat membutuhkan sosok yang selalu membuat ku merasa di sayangi dan dicintai.
"Nenek aku merindukanmu" gumam ku dengan nada yang lemah hampir tidak bersuara. Tubuh kecil yang selalu mendapat kan pukulan ini rapuh terbelah berkeping-keping. Luka lebam di balik tubuh yang tertutup rapi oleh kain. Tubuh yang terkulai lemas tanpa tenaga, bibir yang kering, dan kepala yang terasa berat.
Secepatnya aku hanya ingin terbebas dari dunia neraka ini. Dan secepatnya juga aku hanya ingin lepas dari dunia yang keji ini. Kapan aku akan mendapatkan keadilan? Kapan aku akan mendapatkan kebebasan? Kapan aku akan merasakan keberuntungan seperti yang lain?
Sekali lagi aku teringat dengan nenek ku, aku benar-benar sudah kehilangan semangat ku. Rasanya aku ingin sekali berteriak, 'Tuhan ini tidak adil bagiku, dunia ini terlalu keji dan kejam'.
Tubuh ku mati rasa, aku hanya bisa menangis kepada sunyi nya malam, berharap kehidupan ini akan segera berakhir."Kehilangan yang paling menyakitkan adalah kehilangan orang yang paling menyayangi kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
Relung Rembulan
Short Story"Dunia yang rumit, dan siklus kehidupan yang selalu berputar"