"Tuhan tidak mungkin memberikan mu ujian itu, melainkan engkau mampu menjalaninya"
Hari demi hari berlalu, tetap berjalan melewati ribuan serpihan kaca yang tak terlihat menusuk batin. Terus berjalan dengan pendirian yang teguh, tidak pantang menyerah meskipun tahu akan ada badai yang siap menerjang kapan saja dan dimana saja, tetap yakin akan ada hasil yang baik dari semua itu. Terus melangkah maju meskipun banyak yang menghalangi, dan tetap percaya akan ada akhir yang baik.
Gemetar tubuh yang sudah lelah dan letih, tetap di paksakan untuk terlihat baik-baik saja. Berdiri tegap seperti sedang tidak terjadi apa-apa. Berdiri tegak seperti tiang yang tidak mungkin akan roboh meskipun di terjang angin dan badai. Menutupi segala luka batin dengan senyuman indah, bercengkrama seolah tidak ada hal yang merasuki beban pikiran.
"Tidak kah ada satu hari yang tidak terasa sulit?"
Perlahan berjalan memasuki gerbang sekolah, tetap terlihat seperti biasa meskipun banyak hal yang mengganggu pikiran, tetap beraktivitas seperti biasa meskipun banyak hal yang ingin di ceritakan. Ribuan serpihan racun yang menganggu pikiran tetap di pendam sendiri, meskipun tahu itu bukanlah solusi.
Namun sebaik apapun terlihat baik-baik saja. Mata yang sembab tidak akan pernah berbohong, bahasa tubuh yang seperti tidak lagi memiliki motivasi hidup terlalu terlihat jelas. Tatapan yang kosong selalu bertemu dengan pikiran-pikiran itu. Terus-menerus entah sampai kapan, terjerat dengan ribuan pikiran yang tidak seharusnya di pikirkan. Beragam pikiran mengerubungi otak dan akal sehat. Lelah? Ini benar-benar melelahkan. Mengeluh pun tidak ada artinya.
Hari-hari yang sulit ini terasa sangat lama, setiap tahun, setiap harinya, bisakah dilewati tanpa rintangan? Entah sampai kapan rintangan ini terlewati. Apakah 1 tahun kedepan? 2 tahun? 3 tahun? Atau 10 tahun lagi? Aku hanya bisa pasrah dan terus berjalan dengan penuh keyakinan.
"Tuhan aku lelah"
Berdalih seperti itu pun tetap tidak akan ada artinya. Namun proses ini terlalu panjang, sampai kapan? Ini sudah terlalu lama. Netra ku memandangi orang-orang yang di permudahkan dalam berbagai hal, pendidikan, kehidupan, maupun kasih sayang. Kenapa aku tidak pernah merasakan seperti mereka? Bahkan hanya untuk mengejar pendidikan pun sangat sulit?
Raut wajah cemburu sangat kentara melihat orang-orang yang kehidupannya sungguh beruntung. Andai saja aku memiliki keberuntungan seperti itu. Terkadang aku bertanya-tanya kehidupan apa yang sudah di buat kan oleh Tuhan di depan sana? Sehingga aku harus melewati ribuan rintangan ini untuk mencapainya? Tidakkah Tuhan mempertimbangkan rintangan ini terlalu sulit? Dan ini sungguh berat.
"Aku percaya aku bisa melewatinya, namun sampai kapan Tuhan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Relung Rembulan
Cerita Pendek"Dunia yang rumit, dan siklus kehidupan yang selalu berputar"