8. Kabar Burung

57 15 2
                                    

"Jika aku adalah sumber lukamu, maka izinkan aku untuk menjadi penawarnya."

***

Hari ini Kaluna tidak membawa Cila ke kampus karena ada ibu pemilik indekos yang berbaik hati, ia menawarkan diri untuk menjaga Cila. Sekarang Kaluna sadar bahwa inilah maksud Tuhan membuat ia terusir dari indekos sebelumnya karena akan dipertemukan dengan orang-orang baik di tempat tinggal berikutnya.

Ini adalah PKKMB hari selanjutnya, tetapi entah kenapa ia menjadi pusat perhatian, apakah karena dirinya yang mendapatkan hukuman menyanyi atau ada hal lainnya? Setelah mereka melihat ponsel, kemudian menatap Kaluna dengan tatapan yang sulit diartikan. Kaluna merasa ada yang aneh, akhirnya ia pun merogoh ponsel dari dalam tasnya.

Ternyata di grup besar PKKMB kampus ada video seorang pemilik warmindo yang mengatakannya hamil di luar nikah. Penyebar video ini adalah nomor asing, Kaluna tidak mengenalinya. Siapa dia?

Di sisi lain, Sena mengepalkan tangannya melihat video itu. Jadi Cila bukan adik Kaluna? Cila adalah anaknya yang hadir karena kesalahan orang tua? Sena menerka-nerka tentang fakta yang sebenarnya.

082236xxx
Gue curiga kalau bayi itu adalah anaknya Kaluna dan Sena, soalnya semalam gue lihat mereka lagi bareng di club.

081359xxx
Iya, terus Sena juga kan yang jagain Cila di ruang kesehatan, logika aja seorang ketua BEM FK rela jagain bayi.

Sena tidak terima kalau dirinya digosipkan yang tidak-tidak. Ini bisa mencoreng nama baik yang selama ini selalu Sena jaga.

Antasena Sadewa
Bukan anak gue
Dan belum tentu Cila adalah anaknya Kaluna
Kalian nggak bisa nuduh tanpa bukti
Itu namanya fitnah.

Adrian Ketua BEM FPsi
Selesai PKKMB hari ini, @kalunaisvara dan @antasenawijaya langsung ke RS kampus aja
Kita lakukan tes DNA di sana
Benar yang dibilang Sena, nuduh tanpa bukti itu fitnah.

Kaluna bisa bernapas lega, setidaknya ada orang yang tidak menelan mentah-mentah gosip itu. Ia tidak takut jika harus melakukan tes DNA karena Cila memang bukan anaknya.

Tak lama kemudian, muncul Sena secara tiba-tiba, ia menarik tangan Kaluna untuk mejauh dari lapangan, kini mereka ada di ruang kesehatan. Kemudian ia mengunci pintu, agar tidak ada yang masuk.

"Jujur sama gue, Cila anak lo atau bukan?" Pertanyaan to the point itu langsung tertuju di hadapan Kaluna.

Kini Kaluna menatap Sena, ayo Kaluna lawan rasa takutmu. "Kamu yakinnya gimana?"

"Bukan anak lo, tapi gue yakin dia bukan adik lo. Dia siapa?"

Lebih baik Kaluna jujur ke Sena tentang siapa Cila sebenarnya. "Dia anaknya Kak Rani, tetangga kosan aku sebelumnya. Ibunya pergi ninggalin Cila sendirian, akhirnya aku rawat Cila." Ini untuk pertama kalinya Kaluna mau berbicara panjang lebar kepada Sena setelah kejadian tiga tahun lalu. "Sekarang Cila lagi dijaga sama ibu kos."

"Oke berarti langsung tes DNA aja ntar sore. Gue antar lo ke kos buat ambil Cila."

Tentu saja Kaluna menolak. "Nggak. Aku bisa sendirian."

"Lo itu mau sampai kapan menghindar, Kaluna? Itu kejadian 3 tahun lalu. Kenapa lo nggak mencoba berdamai aja? Hidup dengan tenang dan bahagia." Sena menatap intens Kaluna. Ini adalah pertanyaan yang selalu ingin ditanyakan oleh Sena.

"Tenang dan bahagia? Itu cuma berlaku buat orang kaya kayak kamu. Bahkan, aku nggak tahu apa definisi bahagia, Sena!"

"Bahagia itu ketika kita bersyukur dengan semua yang terjadi dalam hidup kita."

Kaluna tertawa miris mendengar ucapan Sena. "Aku diajarin bersyukur sama orang yang dari lahir udah punya privilege? Aku diajarin bersyukur sama orang yang nggak tahu kerasnya kehidupan? Aku diajarin bersyukur sama orang yang mau apa pun langsung ada? Aku diajarin bersyukur sama orang yang lari dari tanggung jawab?"

"Kaluna, semua orang punya beban masing-masing."

"Apa beban kamu? Karena kamu nggak mau punya beban makanya tiga tahun lalu kamu kabur, Sena!" Kaluna terkekeh pelan. "Kadang hidup emang nggak adil sih menurutku, pelaku bisa hidup dengan bahagia, sementara korban selamanya akan hidup dengan rasa trauma."

Ucapan Kaluna, langsung membuat Sena terdiam, ia seakan kehabisan kata-kata untuk
membalas perkataan itu.

Kaluna tersenyum getir. "Aku masih ingat betul tiga tahun lalu kita melakukan dosa besar, Sena. Di umur aku yang baru 15 tahun saat itu, aku memberikan semuanya sama kamu. Mahkota aku sebagai perempuan aku kasih ke kamu. Benih yang kamu tabur, dengan santai kamu bilang 'Kaluna, ayo gugurkan, kita masih muda untuk jadi orang tua, masih ada cita-cita yang harus kita capai'."

Air mata Kaluna tidak henti menetes, ia berusaha mengubur semua kenangan pahit itu, tapi sekarang luka itu kembali terbuka lebar. Kaluna merasa dirinya sangat hina. Banyak seandainya yang ada di kepala Kaluna.

Sena semakin terdiam, tanpa disadari ia adalah laki-laki jahat yang telah membiarkan darah dagingnya pergi begitu saja, ia tidak bertanggung jawab.

Kaluna menyeka air matanya, ia memukul dadanya yang terasa sangat sesak. "Aku bodoh, kenapa aku harus kasih virgin buat orang yang bahkan nggak cinta sama aku? orang yang bahkan nggak mau memperjelas hubungannya. Kita HTS? Friendzone? TTM? aku bahkan nggak pernah tahu apa sebutannya. Yang aku tahu, aku cuma gadis bodoh yang jatuh cinta sama kamu saat itu. Setelah itu kamu ninggalin aku, Sena. Kamu biarin aku memikul semuanya sendirian. Bahkan, aku nggak berani cerita sama ibu."

Hati Sena seperti terpukul mendengar keluh kesahnya Kaluna, ternyata ia benar-benar jahat dan egois, tiga tahun lalu Sena hanya memikirkan bagaimana ia bisa masuk ke fakultas kedokteran yang menjadi impiannya sejak kecil, padahal ia telah menghancurkan kehidupan seseorang. Sena jahat, pantas jika Kaluna tidak ingin memaafkan laki-laki itu.

"Gue minta maaf. Izinin gue buat sembuhin luka yang gue torehkan."

Sena berusaha meraih tangan Kaluna, tetapi langsunh ditepis oleh gadis itu.

"Mari menjadi asing, Sena. Masa lalu nggak bisa diubah, kata maaf nggak bisa mengubah apa pun."

Kaluna berlalu meninggalkan Sena sendirian di ruangan itu, dan kembali ke lapangan untuk menjalani PKKMB.

Andai Sena bisa memutar kembali waktu, ia tidak ingin menghancurkan mental seseorang. Sena sibuk membuat citra dirinya baik di mata orang, padahal ada seseorang yang terluka karena ulahnya. Ucapan Sena kala itu begitu memabukkan, sehingga Kaluna yang polos pun mudah terlena. Siapa sangka karena perbuatan sepela yang Sena anggap, ternyata telah menghancurkan kehidupan seorang gadis.

Gue tahu kata maaf pun percuma. Benar kata lo, nggak akan mengubah apa pun, tapi gue akan menebus semua kesalahan gue. Gue janji akan buat hidup lo jauh lebih baik.

***

Gadis yang Memeluk LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang