9. Kenangan Masa Lalu

57 11 0
                                    

"Biarlah masa lalu menjadi sebuah cerita, yang terpenting bagaimana kita di masa depan."

***

Setelah dilakukan tes DNA, hasilnya memang negatif antara Cila dengan Kaluna dan Sena. Adrian sudah melalukan klarifikasi di grup bahwa gosip itu tidak benar dan ia juga sudah memberikan teguran kepada pelaku agar tidak mudah menyebarkan berita hoax karena itu bisa mencemarkan nama baik orang lain. Adrian juga meminta kepada mahasiswa yang menjadi akar dari permasalahan ini untuk meminta maaf kepada Kaluna dan Sena. Sekarang masalahnya sudah selesai. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

Setelah dari rumah sakit, Sena menawarkan untuk mengantar Kaluna pulang, tetapi lagi-lagi gadis itu menolak. Bukan tanpa alasan, Kaluna memang ingin menciptakan jarak antara mereka. Segala perasaannya kepada Sena sudah hilang semenjak tiga tahun lalu, saat ia memutuskan untuk pergi.

"Mau pulang sama gue aja?" Itu adalah suara Adrian. Spontan Sena menoleh, untuk apa Adrian berbaik hati ingin menawarkan tumpangan untuk Kaluna? Jelas-jelas rumahnya tidak searah dengan indekosnya Kaluna? Ya, Adrian adalah warga Depok asli yang bertempat tinggal di daerah Margonda.

Kini pandangan Sena beralih ke arah Kaluna, ia berharap bahwa gadis itu juga menolak seperti yang sering ia lakukan kepada Sena. Aku bisa pulang sendiri. Itu adalah kata-kata andalan Kaluna saat Sena mengajaknya bareng.

"Iya aku mau."

Tiga kata lucu yang didengar oleh Sena adalah 'iya aku mau' padahal laki-laki itu berharap bahwa Kaluna menolak ajakan Adrian.

Adrian menoleh ke arah Sena yang masih diam membisu. "Gue duluan ya, lo hati-hati nyetir ke Jakarta."

Sena memutar bola matanya malas. "Lo bukan cewek gue, nggak usah sok care."

Adrian terkekeh, kemudian berjalan meninggalkan Sena yang disusul oleh Kaluna yang sedang menggendong Cila.

Di mata Kaluna, Sena hanyalah orang asing yang anggap tidak ada.

***

Setelah menempuh perjalanan hampir lebih dari satu jam, akhirnya Sena sudah memasuki wilayah perumahannya di daerah Menteng, Jakarta Pusat, satu kawasan kamu berkasta tinggi yang memiliki kehidupan elit.

BMW hitam kesayangan Sena, kini telah terparkir rapi di garasi. Kemudian ia melangkah ke dalam rumah. Seperti biasa sepi dan sunyi. Hanya ada asisten rumah tangga yang menemaninya setia menemaninya.

"Den Sena, mau langsung makan atau mandi dulu?" Bi Sarti yang baru dari dapur langsung menghampiri Sena yang baru menutup pintu utama.

"Nggak usah siapin makan malam ya. Capek banget, mau langsung tidur." Sena segera naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.

Sena membuka almamaternya, lalu ia melempar ke sembarang arah, kemudian merebahkan tubuhnya di atasa ranjang king size yang membuatnya nyaman. Pandangannya Sena tertuju kepada langit-langit kamar, pikirannya terbang ke masa lalu.

"Kak Sena, terima kasih ya, karena kehadiran kakak buat aku merasakan figur ayah yang selama ini nggak pernah aku rasain. Aku sayang sama kakak." Kala itu Sena dan Kaluna sedang berada di mobil, mereka baru saja menghadiri acara ulang tahun salah satu teman kelasnya Kaluna. Sena bersedia menemani Kaluna, walau huhungan mereka hanya sebatas teman, atau bisa jadi juga hubungan tanpa status? Yang jelas mereka berdua cukup dekat seperti couple, tapi di antara mereka tidak ada ikatan yang jelas, lebih tepatnya Sena yang masih bungkam, tidak ada niat untuk memberi status atas hubungan yang mereka jalani.

Sena meraih jemari Kaluna, lalu ia menggenggamnya dengan lembut. "Sama-sama, Sayang. I'm yours." Sena mengatakan dengan lembut dan senyuman yang tak lepas dari bibirnya, hingga membuat membuat Kaluna merasa ada kupu-kupu berterbangan di perutnya. Kaluna selalu terpaku dengan semua yang ada diri Sena, ya gadis itu sudah terlalu jatuh pada pesona seorang Antasena Sadewa.

Sena memiringkan wajahnya dan berusaha mendekatkan kedua bibir mereka, tetapi Kaluna langsung menutup bibir Sena menggunakan telapak tangannya. "Teman nggak ada yang ciuman, Kak." Kaluna mengatakan hal itu dengan malu-malu, padahal sebenarnya ia juga penasaran bagaimana rasanya.

"Kita lebih dari teman, Sayang." Sena kembali melakukan aksinya hingga Kaluna tidak dapat menolak dan terbuai akan sentuhannya Sena.

"Sen, lo lagi lamunin apaan dah? Gue masuk aja lo nggak sadar." Kehadiran Elang secara tiba-tiba yang masuk ke kamarnya, langsung membuyarkan pikiran Sena tentang masa lalunya. "Lo mikir jorok ya?" lanjut Elang yang kini merebahkan badannya di sebelah Sena.

Sena mengubah posisinya menjadi duduk. "Menurut lo, gue jahat nggak, Lang?"

Elang menaikkan sebelah alisnya. "Hah? Pertanyaan lo udah kayak anak cewek dah!" Namun, Elang tetap menjawab pertanyaan Sena. "Menurut gue, lo baik. Lo selalu fokus sama apa yang lo mau, lo pengen jadi dokter jadi lo belajar mati-matian, lo les sana-sini biar lo bisa lolos UTBK FK UI. Lo nggak punya track record cowok yang mainin cewek, banyak mantan, red flag, fuck boy, dan bahkan lo nggak pernah pacaran kan? Lo selalu bantu teman-teman lo, lo sering bantu gue pas mau ujian biar gue bisa ngerti sama materinya. Lo juga motivasi gue buat kuliah, padahal sebenarnya gue malas. Walau akhirnya gue masuk kampus swasta, ya karena otak gue mampunya di swasta sih."

Di balik citra sempurna yang disebutin sama Elang tadi, Sena memiliki masa lalu yang buruk. Sena terlalu pintar membranding dirinya, sehingga yang terlihat hanya Sena yang perfect dengan segala kelebihannya.

"Lang, gue punya masa lalu yang selama ini nggak pernah gue cerita sama siapa pun."

Elang penasaran, kini posisinya sudah duduk di sebelah Sena. "Maksud lo?"

Sena menunduk, seraya berkata, "Kaluna hancur karena gue."

Elang tidak bertanya lebih lanjut, ia menepuk pundak Sena. "Gue nggak tahu gimana masa lalu lo, tapi gue cuma mau bilang, semua orang punya masa lalu. Apa pun yang terjadi dulu itu biar jadi cerita aja, yang terpenting sekarang lo udah jadi Sena yang jauh lebih baik."

"Geli gue dengar ucapan lo." Sena langsung berdiri dari tempatnya. "Jadi mellow banget, udah gue mandi dulu."

"Si bangsat, padahal lo juga yang mulai!" Elang langsung melempar Sena menggunakan guling, tapi sayang tidak tepat sasaran karena perlawanan Sena cukup bagus.

"Halah, sok mau nimpuk gue. Kencing lo aja belum lurus."

"Antasena Sadewa, lo benar-benar ya."

Sena pun langsung menghilang dari balik kamar mandi dengan tawa yang tidak dapat ia tahan karena berhasil membuat Elang murka, ia meninggalkan Elang yang akhirnya memilih untuk menyalakan televisi di kamar Sena untuk menonton netiflx.

"Lo mau nonton film semi ya?" teriak Sena saat mendengar opening aplikasi berlogo merah itu.

"Nggak lah, gue kan suci kayak pantat bayi."

"Cih!!!"

***

Gadis yang Memeluk LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang