[04] Harmonies of Unknown

5 2 0
                                    

Perjalanan masih panjang, malam semakin larut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan masih panjang, malam semakin larut. Meskipun begitu, mereka tak bisa berhenti. Waktu sangat terbatas, mereka harus menemukan peta bintang yang menjadi tujuan utama misi berkedok study tour ini. Hanya saja, kali ini tak bisa bergerak seorang diri. Tim Virgo memerlukan bantuan dari para konduktor dan musikanya untuk menghancurkan F-Scherzo.

Keberadaan pecahan peta bintang sendiri masih belum diketahui, benda itu merupakan artefak kuno yang diramalkan bisa menyelamatkan kaum wizard dari kepunahan. Seer ternama yang merupakan Archimage Agung Fenella Davonshire telah mendapat petunjuk beberapa lokasi artefak itu. Empat di antaranya bahkan sudah ditemukan.

Zuyin, Drafar, dan En dengan didampingi Vierra ditugaskan untuk menemukan salah satu pecahan bintang tersebut yang tersimpan di dimensi ini. Mereka tak yakin akan menemukan benda itu dengan mudah mengingat keadaan dimensi ini juga di ambang kehancuran. Kerusakan tersebar di mana-mana. Monster ganas lahir dan membabi buta, sementara para ilmuan masih berusaha keras menemukan cara mengalahkannya.

Lahirlah musika yang bergerak selaras dengan seorang konduktor. Musika itu konon lahir di ruang rahasia di sebuah bengkel musik di Vilvadora bernama Charte de Luthiera. Musika terkuat saat ini Melodia Diva, dipimpin oleh konduktor yang saat ini memimpin Orkestra Virginous Philaharmonic, Allegro Serenatius.

Beruntunglah tim Virgo bertemu dengan Alto di Maestroville sehingga mereka memperoleh cukup informasi.

"Kau bernyanyi, Zu." En yang bersandar di bahu Zuyin mendongak.

"Apa? Aku? Tentu saja aku tak sebodoh itu menyanyi dalam keadaan seperti ini."

Zuyin manyun, dia memang kerap bersenandung tanpa sadar. Namun, sumpah demi pecahan peta bintang yang mereka lindungi dengan sepenuh nyawanya, Zuyin tak pernah bersenandung sepanjang perjalanan. Ternyata suara itu tak hanya didengar oleh En, Drafar dan Vierra pun saling berpandangan, mereka pasti sama-sama mendengarnya. Rasanya untuk menelan ludah saja mereka kesulitan.

Keduanya mengamati sekitar, pepohonan tinggi tak ada lagi, tanaman pun sudah berkurang. Hanya hamparan putih berkilau keperakan terkena pantulan cahaya bulan yang pucat.

"Aku mendengarnya, suaranya dari dalam tanah."

"Kau yakin di sana sumbernya?" tanya Drafar.

Vierra menyela, "Bisa saja, di sekitar sini tampaknya bukan permukaan es yang solid. Kau pasti lebih paham hanya dengan melihatnya, Drafar."

"Danau beku ... suara itu berasal dari dalam air? Mungkinkah monster?"

"Entahlah, semoga mereka tak tertarik mengganggu perjalanan kita." Vierra sibuk mengamati sisi kanan. "Aku akan turun untuk memeriksa."

"Tidak, itu terlalu berbahaya." Drafar melarangnya, dia melirik ke arah En yang duduk di depannya. "Bagaimana keadaan En, Zu?"

"Aku baik-baik a–"

Feather of MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang