"Sam... bisa-bisanya kau membawa dua kotak pizza? Aku memasak banyak makanan hari ini." omel Sunny ketika melihat suaminya masuk sambil menenteng dua kotak pizza ukuran besar.
"Reign dan Elliot yang membelikannya untuk Sarah." jawab Sam membuat Sarah terkejut.
Ia melewatkan wajah Shanta yang memerah ketika mendengar nama Reign dan Elliot disebut.
"Sebenarnya mereka mau kesini tadi untuk berkenalan dengan Sarah, tapi Elliot harus segera pulang. Jadi mereka menitipkan pizza ini padaku."
Sunny masih kesal, tapi tak bisa berbuat banyak dan mengambil alih kotak pizza tadi dari tangan Sam.
"Cuci tangan mu lalu kita bisa makan."
Sam segera melaksanakan perintah istrinya dan bergabung bersama Sarah dan Shanta yang sudah duduk dengan manis di ruang makan.
"Kau mau memakan pizza mu sekarang, Sarah?" tanya Sunny menawarkan makanan Sarah.
"Nanti saja Sunny." tolak Sarah dengan halus.
"Kalau begitu biar ku simpan." Sunny terlihat senang karena Sarah lebih memilih masakan buatannya dibanding pizza pemberian Reign dan Elliot.
Masakan buatan Sunny sangat enak, bahkan lebih enak dari masakan ibunya. Sarah mengakui hal tersebut, dan tidak terlalu heran mengingat Sunny ternyata bekerja sebagai koki disebuah rumah makan dekat perbatasan kota Denver. Sunny biasa berangkat jam enam pagi, dan pulang jam lima sore.
"Apa kau sudah memutuskan akan bersekolah dimana, Sarah?"
Pertanyaan sang ayah membuat Sarah menoleh. Pasalnya ia memang tidak tahu menahu tentang sekolah di tempat ini. Apa saja namanya dan apa saja keungulannya.
Tapi seandainya disuruh memilih pun Sarah pasti akan memilih sekolah yang lebih murah. Sebab ia tidak mau membebani Sam, karena pasti Sam juga membiayai sekolah Shanta.
"Kau bisa bertanya pada Shanta nanti." ujar Sunny memberi saran.
"Atau kau bisa melihatnya melalui internet. Kau punya laptop kan?"
Sarah mengunyah pelan, tak segera menjawab pertanyaan ayahnya.
"Aku tidak membawa laptop." jawabnya pelan.
"Apa sebelumnya kau tidak memakai laptop disekolah mu?" Sunny bertanya pelan membuat Sarah salah tingkah.
Gadis itu tak tahu harus menjawab apa, sebab laptop yang selama ini ia pakai telah diambil oleh Lorraine, ibunya. Lorraine beralasan jika Sam akan memberikan Sarah laptop baru nanti.
Sam sepertinya mengerti apa yang Sarah khawatirkan, jadi ia pun berkata, "Pakai saja laptop Shanta. Kau juga bisa bertanya padanya tentang sekolah terbaik di kota ini."
Shanta tersenyum manis pada Sarah sewaktu gadis itu menatapnya. Membuat Sarah sedikit lebih lega sekaligus merasa malu, karena sepertinya kehadiran Sarah disana hanyalah sebuah beban. Sama seperti kehadirannya diantara ibunya dan ayah tirinya.
❤❤❤
Sarah melihat kamar tidur Shanta yang sempit dan kecil, membuat si pemilik kamar memerah dan salah tingkah.
"Maaf aku belum merapikan kamarku." kata Shanta bergumam pelan sehingga Sarah hampir tidak bisa mendengarnya.
Gadis bermata sipit itu meraih barang-barang yang menurutnya tidak rapi. Dan segera mengambil laptopnya.
"Kau sudah lama tidur di kamar ini?" tanya Sarah membuat Shanta terdiam kaku.
Sarah yakin kamar Shanta sebelumnya adalah kamar yang saat ini ia tempati. Shanta pindah kesini karena kedatangannya dan hal itu membuat Sarah tidak suka.