Part 5

375 68 7
                                    


"Miss Steven pasti bisa mengerjakannya."

Sarah hanya bisa termangu menatap whiteboard, dimana Mrs. Olsen baru saja memberikan sebuah soal yang harus ia jawab ke depan kelas.

Sarah bukan lah murid berotak kosong, bisa dibilang ia cukup pintar saat disekolah lamanya. Hanya saja kali ini ia tidak bisa segera menjawab karena apa yang Mrs. Olsen terangkan tidak sama dengan soal yang wanita itu ajukan.

Wajar jika Sarah tidak tahu menahu bahkan tidak bisa menjawab soal tersebut.

"Silahkan maju ke depan miss Steven."

Mrs. Olsen duduk dengan anggun dan menunggu Sarah, bibirnya yang indah tersenyum cantik penuh pesona, tapi tidak dengan matanya. Mata itu penuh dengan kebencian.

"Anda belum menerangkan materi ini sebelumnya maam. Aku yakin Sarah tidak bisa mengerjakannya." kata Edmund memberi pembelaan.

Dan hal itu kembali membuat Sarah menjadi perhatian. Semua murid yakin seratus persen jika ada sesuatu antara Sarah dan Edmund. Karena pemuda yang terkenal tidak peduli itu sudah berkali-kali melindungi Sarah.

Mereka yakin jika Sarah adalah pacar Edmund.

"Benarkah?" balas Mrs. Olsen dengan enteng. "Kalau begitu miss Steven pasti tidak keberatan aku beri detensi setelah pulang sekolah nanti."

"Bukankah lebih baik anda menerangkan materi itu sekarang maam, agar kami mengerti dan Sarah bisa mengerjakan soalnya?"

Mrs. Olsen kembali mengembangkan senyum cantiknya. "Tidak bisa Mr. Ramsey karena setelah ini aku akan mengadakan kuis."

Murid-murid lain terdengar mendesah kesal, tapi tidak dengan Edmund yang masih menatap tajam pada guru cantik itu.

"Jauhkan tempat dudukmu dari miss Steven, mr. Ramsey. Atau kau akan mendapat detensi juga nanti."

Dengan menahan kesal, Edmund menggeser meja dan tempat duduknya menjauh dari Sarah. Pemuda itu menatap penuh kebencian pada sosok cantik sang guru yang kini tengah fokus dengan macbooknya. Dan kuis pun dimulai.

Mrs. Olsen memberi soal yang cukup sulit sehingga hampir semua murid frustasi ketika mengerjakannya. Dan begitu jam pelajaran berakhir, semuanya mengerang kesal sekaligus melegakan.

Edmund langsung berdiri dan mengikuti guru cantik itu keluar kelas dan tidak pernah kembali lagi.

❤❤❤

Sarah mengabaikan tatapan sinis yang ditujukan padanya ketika ia berdiri. Jam istirahat baru saja berbunyi dan ia sudah kelaparan. Edmund juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan kembali sehingga Sarah mendekati meja Shanta dan mengajaknya pergi untuk makan.

"Katamu disini ada cafetaria." ujar Sarah membuat Shanta mendongak. "Ayo makan."

Shanta melihat sekelilingnya yang hanya tersisa dua orang murid saja, dan keduanya memperhatikan mereka sambil berbisik-bisik.

Sebenarnya Shanta ingin menolak ajakan Sarah, tapi saudara tirinya itu kekeuh menunggunya, membuat Shanta mau tidak mau harus berdiri dan ikut keluar kelas.

Sarah pikir Cristo sangat berbeda dengan sekolah kebanyakan, tapi ternyata Sarah salah. Sekolah tetaplah sekolah. Ada banyak murid yang bergosip di sepanjang koridor, membentuk kelompok masing-masing dan menceritakan hal seru, bercanda serta mengabaikan keberadaan mereka. Tapi ternyata masih banyak lagi yang lain di cafetaria.

Seluruh meja serta sudut cafetaria terlihat terisi, namun karena Sarah sangat kelaparan, ia tetap masuk ke dalam sana bersama Shanta. Mereka mengambil nampan dan ikut antrian untuk mendapat makanan. Bibir Shanta gatal ingin bertanya pada Sarah tentang hubungannya dengan Edmund.

REIGNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang