14. Receiving pain

1.7K 186 36
                                    

Happy reading... Jangan lupa vote dan komen yaaa....

.

.

.

Suara desahan Dain membuat Asa semakin berani.

Tangannya masuk ke baju tidur yang dikenakan si gadis yang lebih muda itu.

Menyentuh buah dada kenyal meski masih terhalang bra.

Asa kembali mencium bibirnya, menggigit, melumat, hingga menghisap bibir bawahnya lalu memasukan lidahnya lagi pada rongga mulut Dain.

Dain hanya bisa merespon dengan desahan juga membalas ciumannya kakaknya itu meskipun masih sangat kaku.

Tangan Asa juga tak lepas dari dua gunung kembar itu, meremasnya dengan perlahan.

"Ngghhh kak shh~"

Asa mengeluarkan tangannya lagi dan melepaskan ciumannya.

Dia menahan tubuhnya dengan tangannya menatap Dain dengan tatapan mata pupil yang menghitam dan Dain yang terlihat pasrah di bawahnya.

Hembusan nafas naik turun membuat Asa sedikit menyeringai bangga pada dirinya sendiri membuat Dain begitu pasrah untuknya dengan bibir bawah yang digigit menahan nafas.

Tangan kanannya bergerak membuka kancing piyama tidur gadis remaja itu dengan perlahan.

Dain hanya bisa menelan air liurnya yang berat.

Dia benar-benar pasrah dengan apapun yang akan kakaknya itu lakukan padanya malam ini, meskipun masih diselimuti rasa takut.

Satu persatu kancing piyama tidur Dain terbuka perlahan dengan Asa mencium rahang hingga lehernya.

Nafasnya menghembus cepat dan geli pada leher jenjang gadis pemilik senyum gummy itu.

"Nghhh~"

Asa dikuasai oleh nafsu birahinya dan ciumannya semakin turun pada payudara atas Dain yang tumpah tak tertutupi bra.

Gadis keturunan Jepang itu menjilat dan menyedotnya hingga menimbulkan bekas berwarna merah keunguan.

"Emmhhnghh kakk~"

Asa membuka satu kancingnya lagi, menyelesaikan pekerjaannya itu, sembari melihat hasil karyanya pada payudara atas Dain.

Dia menyeringai lagi merasa bangga.

Pada saat dia akan mencium bibir seksi yang sedikit terbuka itu, seseorang mengetuk pintu kamar Dain.

Keduanya terdiam dan langsung menoleh ke arah pintu tersebut.

"Dain sayang~"

Itu adalah suara Ayah mereka yang terdengar dari luar kamar.

Asa yang sudah berada di atas tubuh Dain itu pun segera berdiri dengan tergesa, dipaksa sadar dengan keadaan meski kepalanya pusing menahan hasrat yang sudah sampai ubun-ubun.

"Dain, apa kakak mu ada di dalam?"

Suara Lee Min Ho terdengar lagi.

"I-iya Dad, Asa di dalam sedang ngajarin Dain," jawab Asa dengan sedikit gugup.

"Daddy boleh masuk?"

Asa menoleh pada Dain yang terlihat berantakan dengan kancing piyamanya yang terbuka.

"Bentar Dad!"

"Rapihkan piyamanya cepetan!" ucap Asa pelan, dia juga membantu Dain mengancingkan baju tidurnya lagi.

Setelah cukup rapih keduanya langsung membuka pintu kamar Dain itu.

Min Ho tersenyum melihat kedua anaknya terlihat akur.

You're Mine - Rorasa (Rora x Asa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang