24. Harapan

53 3 0
                                    

🍃

"Karena gue sayang sama lo bukan sebagai teman! "

Krist mematung, degup jantungnya berpacu tak karuan. Matanya membulat, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Pemuda yang selama ini dianggapnya sebagai teman, yang selalu ada untuknya, ternyata menyimpan perasaan pada dirinya.

"Gue sayang sama lo krist. "

"Gue gak bisa lagi buat nahan perasaan gue. "

Jujur saja, Krist sendiri memang sempat beberapa kali merasa terpukau oleh visual pemuda itu, atau bahkan takjub dengan kebaikan singto yang terkadang membuat dirinya merasa nyaman.
Tapi bagi dirinya, itu semua hanyalah sebuah kekaguman yang dia rasakan. Karena dia selalu menganggap hubungan di antara mereka hanyalah sebatas teman, tidak lebih.

Krist tertegun, menatap wajah singto yang menatapnya teduh karena menunggu jawaban.

"Krist..." Panggil singto dengan nada yang begitu lembut

Singto menyatakan perasaan padanya, dan dia akhirnya mengerti,bahwa inilah alasan di balik keengganan pemuda itu sangat menolak untuk menjauh dari dirinya.

"Sejak kapan?" Tanya Krist pelan, dia bisa melihat ekspresi singto yang kini terlihat gusar di hadapannya.

"Sejak awal kita ketemu, gue udah jatuh hati sama lo. " Singto menjawab dengan mantap.

"Kenapa? Apa yang lo suka dari gue. " Krist memandang singto dengan wajah serius "Gue orangnya kasar, suka marah gajelas, dan lo juga belum tau gue lebih banyak, lo belum tau gue lebih jauh. "

Singto terdiam sejenak, merenungkan pertanyaan itu. Dia tahu bahwa Krist memang memiliki sisi keras kepala dan mudah marah, tapi di balik itu semua, dia melihat sesuatu yang menarik.

"Gue tau lo mungkin terlihat kasar, tapi gue bisa ngerasa kebaikan di hati lo..." Singto menatap krist semakin lekat

"Gue nyaman tiap ada di dekat lo, gue suka senyum lo, gue suka lo yang marah-marah, gue suka semua yang ada di diri lo.

"kalau menurut lo gue belum tau lo lebih jauh, maka izinin gue buat selalu berada disamping lo, kenal lebih jauh mulai sekarang, sampai gue tau siapa lo sebenarnya...dan saat itu juga, gue yakin gue bakal makin jatuh cinta sama pemuda manis yang bernama Krist itu."

Krist masih tertegun.

Bohong jika ungkapan Singto tidak membuatnya salah tingkah, bahkan perasaannya campur aduk. Dia terkejut dan terharu.

Ungkapan itu membuatnya merasa bahwa pemuda ini benar-benar mencintainya, dan dia merasa seperti seseorang yang sangat istimewa.

Singto menelisik ekspresi wajah krist yang hanya diam di hadapannya itu, wajahnya yang tak terbaca membuat dirinya tiba-tiba merasakan sebuah kekhawatiran.

"Gue gak bisa nyembunyiin perasaan gue lagi Krist..." Singto menarik nafas dalam dalam sebelum melanjutkan ucapannya.

"...gue gak bisa jauh-jauh dari lo, gue pengen selalu berada di dekat lo, dan gak peduli sama ancaman dia...karena buat gue, lo jauh lebih penting."

Krist lagi-lagi terkesiap

"Dan ini jawaban dari pertanyaan lo waktu itu yang belum sempat gue jawab. "

Krist hanya terdiam sejak tadi, dia semakin terjebak dalam dilema, terutama ketika singto mulai mengambil posisi duduk tepat di sampingnya,dan menggenggam tangannya dengan lembut.

"Krist,jawab gue... Jangan diam kayak gini. "Singto menatap lekat ke kedua manik indah Krist.

Krist mengalihkan pandangannya ketika Singto semakin menatapnya dengan tatapan yang begitu tulus,namun entah mengapa ia tak ingin melepaskan genggaman itu.

M A N I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang