23. Sebuah perasaan

42 4 0
                                    

🍃

21:00 Pm

Krist membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur miliknya, setelah airin baru saja keluar setelah mengecup keningnya lembut,seperti biasa.

Beberapa jam yang lalu dia baru saja diperbolehkan pulang oleh dokter. Setelah makan dan meminum obat, dia sudah cukup merasa sedikit baikan di sekujur tubuhnya. Walaupun nyeri dikepalanya masih tersisa sedikit, namun dia masih bisa menahannya.

Krist termenung, menengadah ke atas langit-langit kamarnya sembari memeluk sebuah guling. beberapa menit tadi dia baru saja berbicara dengan Singto lewat telephone. Dia lega begitu tau jika pemuda itu baik-baik saja, hingga ia tak lagi harus memikirkan tentang kondisi pemuda itu.

Namun, dalam fikirannya kali ini lain lagi, saat ini ia memikirkan tentang nada suara pemuda itu tadi,Singto tiba-tiba saja memutuskan panggilan dengan nada yang lemah. Bahkan diakhir pembicaraan, pemuda itu berbicara dengan sangat singkat,dan terdengar lesuh.

"Ya." "Hm" "Udah gue mau istirahat" Ujar Singto tadi, lalu pemuda itu menutup telephone tanpa ucapan apa-apa lagi, dan menurut Krist itu bukanlah seperti singto yang dia kenal.

Krist tidak mengerti, apakah pemuda itu masih merasa kesal dan sakit hati karena ulah mamanya? Tapi dia fikir kembali, ia sudah meminta maaf atas tuduhan mamanya itu, dan bahkan Singto sebelumnya memaafkan dengan jawaban yang sangat pasti dan senang hati.

"Tuh anak kenapa sih. " Gumam Krist sedikit bingung.

"Mungkin dia lagi capek aja kali yah. " Tebaknya mencoba berfikir positif.

Memikirkan hal itu, Krist mulai merasakan ngantuk, ia menarik selimut hingga sebatas dada dan mencoba memejamkan matanya, namun ketika ia baru saja hendak menutup mata, dirinya dikejutkan dengan sebuah ketukan pintu dari luar kamar. Ketukan itu sangat pelan namun terdengar sedikit terburu-buru.

Dengan sedikit pusing, dia mendudukkan badannya diatas kasur "Siapa? "

"Den,ada temen aden mau jenguk. " Itu suara mbak dewi, asisten di rumah Krist.

"Ini kita Krist... " Sahut seseorang juga dari arah luar, suaranya terdengar mencoba berbicara dengan nada yang pelan.

Mendengar suara yang sudah tidak asing itu, Krist tersenyum dan menggelengkan kepalanya "oh iya, masuk guys.."

Sedetik kemudian pintu itu pun terbuka, menampilkan Newwie dan Gun yang langsung menatap ke arah Krist dengan tatapan cemas.

Mereka berdua mengambil posisi duduk diatas tempat tidur milik Krist, hingga kini Krist berada di tengah-tengah kedua temannya itu.

Newwie melihat-lihat sekujur tubuh Krist dengan tatapan serius "Lo gak papa kan krist? Apanya yang luka? "

"Gue gak papa.. "

"Kepala lo diperban gini apanya yang gak papa? Hah? " Sahut gun dengan wajah yang sedikit melotot

"Luka dikit doang. " Krist tertawa kecil melihat tingkah kedua temannya itu, bahkan newwie kini memberi sebuah pijatan kecil di kakinya. Lucu sekali.

"Kalian malam-malam banget kesini, gue baru aja mau tidur "

"Baru jam 9 kok... Mama lo aja masih nonton di luar. " Sela Newwie

"Lagian lo gak ngehubungin kita Krist kalo lo baru aja kecelakaan, untung ada kak janhae ngabarin." Sambung gun

"Iya,itupun ngabarinnya setelah lo udah ada dirumah, ya kali kita gak datang..." Sambung newwie, ia menatap Krist dengan ekspresi kesal, Krist tau bahwa temannya itu hanya menunjukkan rasa kekhawatiran yang lebih pada dirinya.

M A N I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang