Kaki-kaki itu bergerak cepat, menerbangkan debu-debu menuju ke gudang senjata. Patroclus agak terengah mengikutinya.
"Salam, Putra Nestor," Achilles menyapa Antilochus yang tengah mengorganisir lembing.
Antilochus, anak Raja Nestor, mengangguk hormat, "Salam, Putra Peleus. Salam, Patroclus."
Achilles dan Patroclus bagaikan dua belah koin, selalu bersama dan tidak bisa dipisahkan. Namun, ada semacam jurang status sosial di antara keduanya.
Para pangeran biasanya dipanggil berdasarkan nama Ayah mereka, atau nama kerajaan mereka. Seperti Achilles, dia dipanggil 'putra Peleus'. Kadang-kadang dia dipanggil 'pangeran Phtia' karena dia berasal dari kerajaan Phtia. Antilochus juga dipanggil 'putra Nestor' atau 'pangeran Pylos' karena dia berasal dari kerajaan Pylos. Itu adalah panggilan kehormatan bagi para pewaris tahta.
Patroclus sama sekali tidak punya panggilan kepangeranan seperti itu.
Padahal, Patroclus juga seorang putra raja, namun dia dibuang saat masih kecil. Tidak ada seorangpun yang tahu asal-usulnya. Sekarang, semua orang hanya memanggilnya 'Patroclus' saja, tanpa embel-embel apapun. Apalagi sebutan kehormatan. Hal itu membuat Patroclus tampak seperti pelayan Achilles, yang mengekornya ke mana-mana. Tanpa tahta. Tanpa status apa-apa.
"Kau bertugas di logistik persenjataan hari ini?" Achilles berbasa-basi. Dia mengambil beberapa lembing untuk berlatih.
"Benar," jawab Antilochus, "ngomong-ngomong, lukaku sudah sembuh. Aku berutang nyawa kepada Patroclus," dia tersenyum.
Patroclus tersipu sedikit. Ya, Antilochus adalah pasien bedah pertamanya. Beberapa bulan lalu Patroclus menyelamatkannya dari tusukan anak panah dan infeksi. "Aku senang kau baik-baik saja," ucapnya merendah.
"Kau beruntung punya pelayan sehebat dia, Achilles," puji Antilochus.
Mulut Achilles berkedut. Namun dia tidak berkata apa-apa. Tangannya masih memilih-milih lembing. "Aku ambil lembing ini," ucap Achilles, "akan kukembalikan nanti."
Achilles pun beranjak. Sekilas, saat dia melewati Antilochus, dia berbisik—pelan, kejam, tajam— "Dia bukan pelayanku. Jaga mulutmu, pangeran Pylos!"
Jantung Patroclus seakan jatuh karena kaget. Sementara Achilles tampak tidak peduli, dan berlalu, meninggalkan Antilochus yang melongo.
"Maafkan dia," Patroclus langsung memohon, merasa tidak enak hati.
"Oh, ya, ya," Antilochus tergagap, panik, "aku yang minta maaf..."
Patroclus undur diri dengan sopan, lalu tergesa-gesa mengikuti Achilles menjauhi gudang senjata.
.
"Aku tidak keberatan dianggap pelayanmu," Patroclus berkata suatu kali, di suatu sore pasca kejadian di gudang senjata. Dia merasa tidak enak pada Antilochus. Saat Achilles berbisik padanya kemarin, suaranya sangat kejam dan penuh ancaman. Seolah-olah Achilles siap membunuh Antilochus hanya karena dia salah bicara.
"Kau bukan pelayanku," Achilles menyahut dingin.
"Aku bilang, aku tidak keberatan."
Achilles mengangkat wajah. "Aku bilang," Achilles menaikkan suaranya sedikit, "kau bukan pelayanku! Kau adalah kekasihku!"
"Kau tidak perlu pergi ke mana-mana sambil mengumumkan itu," desah Patroclus.
Dulu, saat pertama kali Achilles mengumumkan hubungan mereka, dia sangat senang. Dia senang karena merasa diakui dan dibela, bahkan meskipun mereka berdua dikecam habis-habisan oleh sebagian besar pasukan. Namun sekarang rasanya pengumuman itu agak berlebihan.
![](https://img.wattpad.com/cover/359849286-288-k524805.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Patroclus X Achilles
FanfictionFanfiction dari Novel The Song of Achilles. 1 chapter 1 cerpen. Kisah cinta sang prajurit Yunani terkuat dan pangeran buangan yang menjadi petugas medis medan perang. 18+