Bab 1 ~ Awal Mula

464 22 0
                                    

Genangan air di sepanjang jalan raya menandakan baru selesai terjadinya hujan besar di wilayah ibu kota.

Remang lampu jalan dan suara bising dari kendaraan yang mulai mereda membuat suasana malam dingin yang makin mencekam. Tapi hal seram tersebut tak digubris oleh seorang pria muda dengan pakaian kemeja lusuh yang kini sedang duduk ditrotoar jalan dengan sebatang rokok di sela jari telunjuknya.

"Woy Zakianra Sebastian!" nama yang diberikan oleh ibu kandungnya yang belum lama meninggal membuatnya tertoleh ke sumber suara. "Ngapain lu masih disini?" Tanya orang tersebut yang berpenampilan layaknya preman jalanan?

"Nyebat dulu sebatang, ntar gue nyusul ke sana. Lo duluan aja" jawab tian

"Cepetan! Bos udah nagih janji lu buat nyicil uang nya hari ini" ucap pria tersebut yang langsung berlari menyebrangi jalan raya menuju ke arah spbu.

Tian bernafas gusar, pikirannya penuh diisi oleh berbagai macam cara bagaimana ia memberi alasan ke 'bos'nya tersebut kalo ia belum bisa menyicil hutang nya bulan ini. Ayolah ibunya baru saja meninggal awal bulan lalu dan ini baru tanggal 23, uang gaji magangnya yang tak seberapa itu sudah ia habiskan untuk pemakaman sang ibu kemarin dan baru akan gajian lagi di tanggal 28 nanti.

"Huh~"

Tak ingin membuang banyak waktu, langsung saja tian berdiri dari duduknya setelah menginjak putung nikotin yang sudah ia hisap beberapa saat lalu. Mau tak mau ia harus menemui 'bos'nya walau ia bisa tebak pada akhirnya ia akan pulang dengan muka lebam.

Nyitt...

Baru beberapa langkah tian menyebrang tanpa menoleh tiba tiba terdengar suara decitan ban mobil yang tergesek aspal menandakan mobil berhenti mendadak.

Mata tian menyipit melihat kilauan lampu mobil dengan badan yang tiba tiba terduduk lemas

Jantungnya berdegup cepat nyaris saja 5 cm lagi ia akan ketabrak mobil. Jika dibayangkan kembali mungkin tian akan menyusul ibunya kalau saja si pengemudi mobil tidak sempat menginjak habis rem.

Tiba tiba saja insting bejatnya keluar, tian tersenyum bangga mengapresiasi otak kecilnya yang bisa berfikir cerdas di keadaan begini.

Tian langsung meringis bak kesakitan setelah di lihatnya seorang pria dewasa keluar dari kursi penumpang, padahal dia tak tergores sedikitpun tapi mimik mukanya mengeluarkan ekspresi yang natural seperti orang yang akan mati ditempat.

"Hey dimana yang sakit?" Suara berat pria tersebut mampu mengintrupsi tian untuk melihat kearah wajah si pelaku. Tian diam tak bergeming sambil mengerjapkan matanya beberapa kali, terpana akan wibawa dari pria itu 'gak salah mangsa nih gue' batin tian ambigu.

Melihat tian yang tidak menjawab ucapannya, pria tersebut kembali bertanya "kamu baik baik saja?"

"Kaki saya sakit banget om, kayanya kesenggol tadi deh" ucap tian setelah sadar akan kondisi.

"Kalo begitu ayo saya antar kamu ke rumah sakit"

"Ehhhh... ga perlu om!" Tian langsung refleks berdiri "om cuma perlu ganti rugi aja! Saya bisa ke rumah sakit sendiri" lanjutnya sambil menadah tangan

"Oh ga bisa gitu. Saya kan yang tabrak kamu jadi saya akan bertanggung jawab nganter kamu ke rumah sakit" pria muda pikir dia itu siapa, jelas jelas dia sudah merasakan kejamnya hidup dan penjahat kecil ini mau mengibulinya. Oh lihat saja betapa kuatnya ia berdiri padahal 1 menit lalu pria itu mengeluh kakinya sakit.

"Ga usah repot repot om, saya bisa pergi sendirian" sangkalnya lagi. Tanpa babibu pria dewasa itu langsung menggendong tubuh yang hanya sebatas lubang hidungnya ala karung beras, langsung saja ia memasukan tian paksa ke dalam kursi penumpang dan mendudukan dirinya ke sebelah tian.

GrowthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang