Tian melangkah cepat dengan wajah yang sedikit tak karuan, padahal baru saja dia sampai di kantor tapi sudah ada cobaan baru yang harus ia hadapi.
Sepertinya kehidupan Zakianra Sebastian memang dipenuhi dengan kata balak dan sial.
Bukan maksud enggan untuk bersyukur, tapi buktinya tian baru sampai kantor aja langsung di panggil oleh ceo perusahaan. Bayangkan gimana persaan lo kalo semisal lo baru nafas di kantor aja udah di suguhi panggilan langsung oleh CEO PERUSAHAAN!
Udahlah tian bener bener sudah pasrah kalo semisal dia akan diberentihin hari ini juga.
Kaki tian rasanya melayang, badannya gemetar, telapak tangannya dingin, dan bibirnya memucat. Udah kayak mau disamperin malaikat pencabut nyawa, sungguh hiperbola sekali dia. Tapi tian memang tipikal orang yang panikan, baru di telepon mbak lily aja dia udah kalang kabut, apalagi ini.
Tok tok tok
Baru juga ngetuk pintu tapi nyawa tian berasa sudah di ubun ubun.
Diam... ga ada sautan dari dalam
Tok tok tok
Sekali lagi tian coba ketuk tapi masih belum dapat sahutan dari dalam ruangan. Apa jangan jangan tian salah pintu lagi?
Tapi ga mungkin lah salah soalnya di pintunya tertera tulisan 'Ruangan Khusus CEO'
Apa ketukan tian terlalu kecil banget sampe sampe orang dalem sana gak kedengeran, atau jangan jangan bosnya ternyata menderita penyakit gangguan pendengaran?
Lagian yang jaga meja depan kemana sih?! Bisa bisanya belum dateng di jam segini.
Kalo begitu tian bakal coba lagi dan tian pastikan ini jadi ketukan yang terakhir, kalo memang gak ada sautan tian bener bener bakal balik ke ruangannya!
Tok tok tok
Udahlah tian nyerah ga bakal ada yang menyuruh ia masuk juga. Mungkin resepsionis tadi cuma ngeprank tian doang. Bisa jadi kan?!
Baru saja tiga langkah tian menjauh dari tempat dengan hati yang perlahan mulai tenang, tiba tiba terdengar suara pintu terbuka.
"Sebastian?" Panggil orang di sebelah sana yang mampu membuat tian menoleh dan mematung.
Mampus
Tian takut banget, kalo tarnyata dia bener bener bakal di pecat jadi anak magang gimana?
"Ii..iya pak sa..saya sebastian" gagunya
"Kenapa ga langsung masuk aja. Kamu udah di tunggu oleh pak deion dari tadi."
Ya tuhan
Sebesar apa kesalahan tian sampe harus ditunggu pak bos dari tadiBunda hidup tian apes banget huhu...
Tian masuk ruangan sambil menahan nafas, bukan karena ruangan nya bau tapi karena tian tiba tiba saja lupa gimana caranya bernafas.
Tian melihat papan nama yang berada di atas meja, yang bertuliskan Deionoa Kenzo, cukup lama untuk tian memandang tulisan nama yang begitu asing baginya hingga pandangannya perlahan terangkat dan beralih ke arah seseorang yang duduk di belakang meja.
"Hah! Kamu kan om yang kemarin" kaget tian ketika melihat wajah sang ceo yang ternyata mirip dengan pria yang hampir menabraknya malam itu. Mereka orang yang sama, tian yakin seratus persen.
"Halo! Senang bertemu dengan kamu lagi Zakianra Sebastian Kenzo" sapa deion dengan senyuman ramah.
"Jadi om pemilik perusahaan ini?" Tanya tian ketar ketir
"Iya, ini perusahaan warisan dari ibu saya"
Damn!!!
Bisa bisanya malam itu tian menodongkan senjata ke arah bos nya sendiri. Wajar saja dari tadi pak deion rela nungguin tian, ternyata niatnya mau memecat anak magang yang berprofesi sebagai kriminal. Bahkan dia sudah lebih dulu menghafal nama panjang tian.... eits tapi tunggu..
"Maaf om.. eh maksudnya pak.. pak deion.. maaf tapi nama saya hanya Zakianra Sebastian bukan Zakianra Sebastian Kenzo" jelas tian dengan sesekali menyeka keringat yang membasahi dahinya.
"Itu dulu, mulai sekarang namamu menyandang marga kenzo sebagai akhiran nama"
"Hahh! Maksudnya gimana pak?" Tian linglung kurang mengerti dengan ucapan dari deion dan bukannya menjelaskan deion malah memberikan selembar amplop coklat dengan tersenyum.
Tian mengambil selembar amplop dengan tangan yang sedikit bergetar, apa jangan jangan di dalam amplop terasebut terdapat surat pemberhentian atas nama dia, tapi kenapa pak deion memberikan itu sambil tersenyum ramah?
Tian membuka amplop tersebut dengan tangan yang sedikit bergetar lalu mengambil kertas yang berada di dalamnya, tian meneguk salivanya membasahi tenggorokannya yang mulai kering sebelum ia membaca ukiran tinta rapi dari kertas itu. Keningnya mengkerut, dia yakin kalo dia bisa membaca tulisan ini tapi kenapa ia tak mengerti maksudnya. Kepala tian mendadak pening kala banyak pertanyaan yang hinggap. Oke! Tian harus pastikan sekali lagi.
Ini benar benar gila, bagaimana mungkin namanya dan nama ceo tertera nyata dengan angka 99,9% apa maksud dari semua ini? Sudah kedua kalinya tian membaca tapi ia tetap tidak memahami maksud dari kata kata tersebut. Apa jangan jangan dia sedang dipermainkan? Tapi kenapa? Apa untungnya buat mereka.
Baiklah, tian benar benar sudah muak! "Apa maksud dari semua ini pak?!" Wajahnya memerah dengan nafas yang memburu.
"Kenapa bisa ada nama saya dan bapak disini?! Kapan bapak melakukan ini?! Apa jangan jangan kemarin? Itulah kenapa ruangan saya di bedakan dengan anak yang lain, iya?! Untuk tujuan apa bapak melakukan semua ini?! Tolong jangan permainkan saya pak!" Tangan tian yang menggantung di sisi kiri dan kanan mulai mengepal membuat lipatan abstrak pada kertas yang ia pegang.
Kertas yang awalnya rapi tak bercela kini berubah menjadi bulatan layaknya bola. "Berhenti menjadikan ini sebagai lolucon!" Imbuhnya dan melemparkan bola kertas tepat kearah tubuh deion yang mulai mendekati tian. Tian berangsur mundur dan membalikan badan berniat meninggalkan kegilaan dalam ruangan.
"Bastian tunggu!" Cegah deion dengan mencekal pergelangan tangan kiri tian.
"APA?!" Pekiknya muak, menghempaskan tangan deion yang semula di lengannya.
Tian berlari meninggalkan ruangan dengan perasaan marah, nafasnya kian memburu dengan mata yang mulai memerah. Tian tidak boleh menangis hanya karena hal ini! Paling tidak sampai ia sendirian, karena ia tak mau di cap lemah oleh siapapun.
"Bastian, tolong dengar penjelasan ayah dulu" lagi lagi tangan tian dicekal tapi kali ini dengan genggaman yang lebih kuat.
Apa katanya tadi? Ayah?! Sejak kapan tian punya sosok itu, wujud ayah itu seperti apa?!
"LEPASIN TANGAN GUE BAJINGAN" sekuat tenaga tian mencoba melepas cengkraman di tangannya walaupun hasilnya sia sia. "GUE BUKAN ANAK LO! DAN APA MAKSUD DARI UCAPAN LO BARUSAN? APA ITU AYAH, HAH?! SEJENIS HEWAN?"
"Bastian" suara deion merendah memberi peringatan atas kata kata tian barusan
Deion tidak menyangka ucapan kasar tersebut keluar dari mulut anak kandungnya sendiri. Muncul sedikit rasa tersinggung di hatinya, tapi deion tidak boleh terbawa arus karena kalau ia menambahkan bensin ke api yang tersalut di diri tian maka kobarannya akan semakin besar. Jadi tian hanya perlu membawa bastian pergi dan menjelaskan semua kesalahpahaman yang selama ini terjadi.
"LEPASIN TANGAN GUE" rancau tian yang masih saja keluar saat deion membawanya pergi, menghiraukan banyak pasang mata karyawan yang melihat kejadian tersebut heran.
~~~
To be continuedHaloo semuaaa👋👋
Terima kasih telah membaca!!!🫶
Jangan lupa untuk vote dan komen yaa...Sampai jumpa di chapter selanjutnya😸😸
KAMU SEDANG MEMBACA
Growth
RandomBastian yang merasa bahwa ia sekarang menjadi yatim piatu semenjak meninggalnya sang bunda awal bulan lalu membuatnya harus menjalani hari hari yang berat seorang diri. Tapi tak disangka hadirlah seorang pria yang tiba tiba mengaku sebagai ayahnya...