BAB 4 : WAKE-UP CALL

28 4 10
                                    


"H-HALO ...." Luna mulai angkat bicara.

"Udahan ngobrol sama bokapnya?" sambut suara bariton di seberang dengan nada yang terdengar angkuh. Tidak salah lagi. Gaya bicara ini, sama persis dengan yang didengarnya di ruang kesehatan tadi pagi.

"Jadi, ini Luna? Ada apa?" lanjut suara itu.

Gadis itu mengangkat alis. Dari mana dia tahu nama--

Ah, pasti suara sang ayah yang beberapa kali memanggil namanya tadi masuk ke sambungan telepon, pikirnya.

Astaga. Memangnya sejauh mana cowok ini menguping?

Entah kenapa, Luna tiba-tiba menegakkan posisi duduknya. Ia berdeham pelan. "Iya. Gue Luna. Jadi, ini Felix? Yang buka jasa Wake-Up Call?"

"Hng. Lo mau order jasa Wake-Up Call gue?"

Ketusnya! Luna memekik dalam hati. Bukannya kalau lagi jalanin bisnis, terutama jasa, harusnya service-nya ramah-bintang-lima, ya? Lah, ini, kenapa judes banget, dah!? Apa cancel aja kali, ya?

"Kalau nggak, gue tutup, nih, telepon."

"Iya-iya-iya-iya!" sahut Luna cepat-cepat. "Sabar sedikit, kenapa. Galak amat."

Decak tidak sabar terdengar dari seberang.

God. Ini serius dia sejudes ini pelayanannya?

"Jadi, gimana cara kerjanya?" Akhirnya gadis itu melanjutkan. Terlepas dari bagaimana sikap si penyedia jasa, rasanya ia tidak bisa mundur sekarang. Mungkin insiden ketidaksengajaan jari Luna yang memencet tombol 'panggil' tadi merupakan salah satu cara semesta dalam memberikan solusi atas masalah yang terus berputar di kepalanya.

"Oke." Felix terdengar menghela napas. "Pertama-tama, selamat datang di layanan Wake-Up Call. Kenalin. Gue Felix, yang bakal bangunin lo selama seminggu ke depan. Kenapa cuma seminggu? Karena gue nggak mau lo manfaatin terus-terusan."

Hah? Luna mengernyit. Manfaatin? Terus-terusan?

"Harapan gue, setelah perjanjian kerja sama ini berakhir, lo udah bisa terbiasa bangun pagi. Selama periode kontrak, gue bakal teleponin lo mulai jam 5 subuh sampai lo beneran bangun. Pembayaran di muka. Setelah sambungan telepon ini berakhir, gue bakal kirim nomor rekening. Boleh via bank atau dompet digital. Nggak nerima via pulsa, gue pasang wifi soalnya.

Ada yang belom lo pahami sampai sini? Tapi, selama IQ lo nggak cuma dua digit, gue yakin lo paham apa maksud gue. Jadi, lo fix order jasa layanan Wake-Up Call ini?" cerocos Felix tanpa jeda, seolah sudah hafal di luar kepala.

"Hng ... oke. Gue--"

"Sekarang, ambil alat tulis lo. Catat syarat-syarat yang harus lo lakukan supaya kerja sama ini bisa berhasil. Satu--"

Luna secara otomatis meraih sebuah buku yang sudah terbuka di depannya dan segera menyambar bolpoin dari wadah pensil. Namun, ketika ia hendak menulis apa yang tengah dikatakan suara di telinga, tangannya malah tergantung di udara. Pasalnya, Felix bicara terlalu cepat. Rasanya, segala perkataan laki-laki itu masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

"--Paham lo?" pungkas suara bariton itu akhirnya.

"G-g-gimana, gimana?" Gadis itu mengetuk-ngetuk bolpoin ke dahi sambil mengernyit. "Bisa ulangin tapi agak pelan dikit, nggak? Gue nggak paham kalau lo nge-rap begitu."

"Nge-rap?" ulang Felix, terdengar kaget. Kemudian, ia menghela napas panjang. "Oke. Gue ulangin sekali lagi. Lo dengerin baik-baik. Gue nggak bakal ulangi lagi habis ini."

"Oke."

"Satu."

"Satu." Luna menirukan sembari mulai mencoret halaman buku.

"Jangan tidur di atas jam 11 malam. Dilanggar, resiko tanggung sendiri kalau dibangunin jam lima masih ngantuk. Dua, jangan sekali-sekali lo silent HP. Dimohon kerja samanya. Percuma lo ambil jasa gue, tapi HP lo diem-in. Tiga, profesional. Dilarang baper. Hubungan lo sama gue cuma sekadar rekan kerja, yang cuma teleponan pas pagi doang. Juga, dilarang sok kenal sok dekat, di mana pun lo bakal ketemu gue nantinya. Lalu, setelah satu minggu, kerja sama berakhir. Fin. Nggak melayani perpanjangan kontrak. Mengerti? Ada yang perlu ditanyain?"

Luna membaca cepat tulisannya. Ia manggut-manggut. Syaratnya masuk akal, sih.

"Hng, oke, gue ...."

"Oke. Habis ini gue kirim nomor rekening."

Lalu, sambungan terputus. Beberapa detik kemudian muncul notifikasi pesan yang ternyata berisi nomor rekening bank dan sebuah catatan.

'Sekali lagi. Jangan silent HP. Besok gue mulai bangunin lo. Start jam 5. Habis transfer, kirim screenshot-nya ke gue. Maksimal jam 10 malam ini. Biaya 150k.'

Luna lagi-lagi menaikkan alis.

Asli. Ini ... serius dia sejutek ini? Bahkan ke pelanggan sekalipun?

***

WAKE-UP CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang