FELIX lagi-lagi berdiri di samping gerbang sekolah bak patung selamat datang. Di tangannya tergenggam sebuah ponsel yang telah berkali-kali ia dekatkan ke telinga, mencoba menghubungi nomor Luna untuk yang kesekian kalinya. Namun, lagi-lagi panggilannya tidak terjawab.
Jujur saja, ini adalah pelanggan terbandel yang pernah Felix tangani. Padahal, Meldy, si kakak kelas yang merupakan pelanggannya tiga minggu lalu, yang pernah membuat Felix ikut berjaga di dekat gerbang bersama Pak Robi seperti hari ini, yang secara tidak sengaja mempertemukan Felix dengan Luna pertama kali, rasanya sudah sangat bandel bagi Felix. Namun, sekarang, Luna-lah pemecah rekornya. Meldy saat itu tidak mengangkat telepon Felix karena ternyata sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Sementara Luna? Dirinya bahkan belum bangun padahal bel masuk sebentar lagi akan berbunyi!
Ini sudah hari kedua. Namun, tetap tidak ada perubahan. Sekali pun gadis itu belum mengangkat telepon Felix.
Tiba-tiba laki-laki itu teringat percakapan antara Luna dengan salah satu temannya kemarin di kantin. Saat itu, Felix sebenarnya duduk di dekat meja Luna. Akan tetapi, karena terhalang pilar, sepertinya gadis berpipi agak chubby itu sama sekali tidak menyadari keberadaannya.
"Katanya lo udah order jasa Felix? Kenapa masih telat?" tanya teman Luna saat itu.
"HP-nya nggak sengaja gue silent," jawab Luna. "Untung dia nggak tahu. Kalau tahu, kayaknya dia bakal ngomel, deh."
"Hah?" Teman Luna kedengarannya hampir tersedak. "Felix? Ngomel? Nggak salah?"
"Kenapa? Bukannya dia emang kayak gitu orangnya? Jutek abis plus suka ngomel begitu?"
Jeda sesaat.
"Lun, lo nggak salah orang, kan? Ini kita lagi ngomongin orang yang sama, kan? Felix 11 IPS 2?"
"Memangnya ada lagi yang namanya Felix di sekolah ini?" Luna malah balik bertanya.
Tanpa sadar, objek yang jadi bahan perbincangan itu menarik kedua sudut bibirnya.
"Ya ... maksud gue ... sejak kapan seorang Felix suka ngomel?" sahut teman Luna lagi. "Felix, tuh, pendiem orangnya. Malah kesannya kayak cool banget gitu. Dia, kan, temenan sama Pak Ketu. Justru Pak Ketu yang gesrek, suka darah tinggi kalau lagi nggak sesuai sama apa maunya. Felix, mah, enggak. Dia kalem. Ada alasan kenapa dia dijuluki Pangeran Es. Minggu kemarin aja, pas dia nolak order-an gue, dia bilang, 'Sori. Gue nggak bisa nerima order lo. Gue nggak pernah lihat lo telat. Udah, ya.' Gitu."
"Medida, itu jutek," judge Luna.
"Itu cool!" Teman Luna yang dipanggil dengan nama Medida itu terdengar tidak terima.
Sebenarnya, bukan salah mereka memiliki perspektif berbeda semacam itu. Normalnya, Felix memang tidak begitu suka mengomel. Ia hanya bicara dan bereaksi seperlunya, apalagi kepada lawan jenis. Namun, ketika berhadapan dengan Luna, kepribadiannya mendadak berubah. Rasanya, gatal sekali mulutnya kalau tidak bicara panjang lebar kepada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKE-UP CALL
Teen Fiction"Oke. Pertama-tama, selamat datang di layanan 'Wake-Up Call'. Kenalin. Gue Felix, yang bakal bangunin lo selama seminggu ke depan. Kenapa cuma seminggu? Karena gue nggak mau lo manfaatin terus-terusan. Harapan gue, setelah perjanjian kerja sama ini...