Hujan di luar seakan menyuarakan hati sakura malam ini, sedikit pun ia tidak bisa memejamkan mata nya. Hati serta pikirannya yang begitu berkecamuk dengan hebat antara memikirkan pilihan nya atau mengerti keinginan sang ibu, karena selama ini sakura selalu patuh akan apapun itu yang di perintahkan oleh ibunya. Pada dasarnya, sakura memang anak yang begitu baik dan penurut. Di sisi lain ia merasa tidak adil, karena kenapa keinginannya satu kali saja dalam hidup nya bersama orang yang begitu ia cintai tidak bisa di wujudkan? Apa ini semua karma akan doa orang lain yang melihat nyam udah mendapatkan apapun? Kenapa takdir ini begitu kejam, kenapa semua terjadi ketika ia sudah begitu terlanjur cinta laki – laki itu? sakura perlahan bangun dari tiduran nya dengan kepala yang sangat pusing, ia menurunkan kaki nya di lantai marmer yang dingin menjalar keseluruh tubuhnya. Ia berjalan ke arah walking closet nya dan meraih tas travel besar lalu memasukan baju nya denga nasal ke dalam dengan air mata yang turun ke pipi, kalau memang pada akhirnya hari ini adalah hari terakhir sakura akan bertemu dengan lelaki uchiha itu. Maka biarkan ia bertemu dengannya sekali lagi saja, melihat wajah yang begitu ia rindukan itu dan meminta maaf dengan tulus.
Apalah daya yang bisa ia lakukan? Kalau nyata nya sakura tidak bisa menendang keluar sedikit pun sosok itu dari hati dan kepala nya. Dengan perlahan ia membuka pintu yang tidak ada penjagaan di depan nya, cukup membuatnya bingung namun menguntungkan bagi nya. Kakinya melangkah dalam diam menuju pintu keluar di mana melewati pintu kamar sang ibu, seluruh ruangan sudah begitu gelap dan dingin. Jam sudah menunjukan pukul dua pagi tentu nya tadi ia berpura – pura tidur membuat mungkin shizune membiarkan para penjaga beristirahat karena sudah dua hari tanpa tidur menjaga nya, hanya saja sebuah tangis yang begitu tersedu membuat langkahnya berhenti di depan pintu besar berukiran indah yaitu kamar sang ibu.
"aku gagal menjadi ibu jiraiya...aku membutuhkan mu sekarang, kau di mana..."
Tangan sakura mengerat pada pegangan tas travel nya seakan rasa ragu di hati nya kian membesar untuk melangkah keluar dari mansion yang ia tempati ini. Apakah ia begitu tega meninggalkan wanita paruh baya yang melahirkannya? Yang berjuang untuknya sendirian dan ia pergi hanya karena rasa cinta yang begitu besar kepada laki – laki lain? Wanita musim semi itu menghela nafas pelan lalu menyeka air mata nya. Kali ini saja, sakura ingin dirinya yang di mengerti lebih dulu – ia tidak akan kabur melainkan hanya ingin bertemu setengah mati dengan uchiha sasuke yang pasti sedang menunggunya di sana. Apakah laki – laki itu sudah menyerah kepada nya? apakah mungkin langkah untuk menemuinya malam ini salah? Sakura mengulum bibirnya dengan keputusan akhir kakinya yang melangkah keluar dari mansion nya.
"tsunade sama, seperti perkiraan mu haruno sakura pergi meninggalkan mansion – "
Tsunade tersenyum kecil di tengah tangis nya yang baru saja reda mendengar walkie talkie di meja nya dari shizune yang sebenarnya memantau sakura lewat CCTV, semua sudah jadi rencana nya memulangkan para penjaga dan benar saja wanita muda itu nekat keluar dari mansion menuju tempat kerja uchiha sasuke, "biarkan saja, aku yakin dia melakukan nya untuk terakhir kali... aku percaya dengan putriku, aku mohon tetap awasi sakura" tsunade memutuskan sambungan lalu memeluk dirinya sendiri dengan senyuman dan air mata yang kembali turun ke pipi, "aku tahu kau akan melakukan itu, karena aku juga melakukan nya dulu..."
Hujan kian deras dengan angin yang cukup kencang, wanita musim semi itu berlari di tengah hujan tersebut sembari memeluk tas nya. Menunggu taksi tidak ada yang lewat di area perumahan nya, menunggu bus pun sudah tidak ada di larut malam seperti ini maka jalan kaki dan sedikit berlari menjadi jawaban untuk sakura. Dengan nafas yang terengah, kaki tanpa alas, tubuh yang sudah basah total terus berusaha menggapai cinta nya sebelum pada akhirnya ia tidak bisa melihatnya lagi.
Bruk.
"ah..." sakura jatuh terduduk dengan lutut kiri nya yang terluka dengan darah mengucur akibat hujan yang menimpa, dengan sedikit meringis ia kembali meraih tas nya dan kembali berjalan pelan. Bibirnya sudah biru, jari – jari tangan nya yang mengkerut dan tubuh yang mengigil. Dengan mata sayu ia berdiri di depan supermarket di mana awal kisah cintanya bermula, karin yang berada di dalam membelalakan mata nya melihat sakura yang compang camping dan basah. Sedikit tergesa karin keluar dari toko lalu memayungi wanita musim semi yang menatapnya itu dengan sangat lemas, wanita bersurai merah itu sedikit memapah tubuh sakura untuk duduk di bangku besi yang ada di luar supermarket dan menyampirkan wanita itu handuk serta segelas coklat panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Blossoms
Fiksi PenggemarHaruno Sakura sudah terlahir dari sendok emas sejak kecil, bagi nya tidak ada kata kesulitan apapun itu untuk di gapai atau pun di pijak. Sebagai putri tunggal kaya raya di Asia wanita yang baru saja menginjak usia 20 tahun nya itu di arahkan sebaga...